38. Surat dari Ivy

291 36 0
                                    

Ivy berjalan tanpa semangat ketika memasuki kelas. Ini adalah hari terakhirnya di SMA Galaksi, ya meskipun awalnya Ivy tidak menginginkan berada di sekolah ini, tapi Ivy juga tidak membayangkan akan berpisah secepat ini.

Keluarga sama sekali tidak mengizinkan Ivy berbicara apapun ke teman-teman, apalagi Kayla. Mereka tidak ingin Ivy berpamitan bagaimanapun caranya. Oke, Ivy lakukan. Sudahlah, Ivy lelah berontak terus-menerus.

"Lo kenapa gak semangat gitu, sih, Vy?" tanya Kayla yang baru saja memasuki kelas, gadis itu membawa susu kotak coklat favoritnya. "Masih pagi padahal," imbuhnya.

Andai Kayla tahu kalau ini adalah hari terakhir mereka bertemu, mungkin Kayla akan memeluk erat tubuh Ivy, mentraktir Ivy makan di kantin, atau mengatakan banyak hal. Ya, andai.

Ivy menggeleng, tidak ada niatan sama sekali untuk gadis itu menjawab pertanyaan Kayla. Hari ini Ivy memilih untuk puasa ngomong. Selain tidak buang-buang tenaga, Ivy juga ingin tidak mengukir kisah indah di hari terakhirnya, takut susah move-on.

Ivy bangkit dari duduknya, gadis itu berjalan ke arah belakang kelas, mencari karpet bulu yang terbentang di sana. Hari ini Ivy ingin tidur saja. Ivy ingin menjadi bad girl di hari terakhirnya sekolah.

Semoga suatu saat nanti takdir memang mempertemukan Ravin bagaimanapun caranya. Semoga Tuhan selalu melimpahkan kebahagiaan, suatu saat nanti.

"Hari ini pelajaran matematika peminatan, Vy. Lo kok kayak gak semangat gitu, sih? Tumben banget, biasanya aja paling semangat," cibir Kayla yang merasa aneh dengan gadis penyuka matematika itu.

Tak seperti biasanya, Ivy yang biasanya senang dan sangat excited dengan angka, sekarang malah malas dan memilih goleran di karpet bulu saja.

"Lo kenapa, sih, Vy? Latian jadi orang bisu?" sindir Kayla yang sebal karena tak kunjung mendapatkan sahutan dari Ivy. Ivy malah dengan simpelnya mengangkat jadi di depan bibir, menunjukkan diam dan jangan berisik.

Sumpah demi apapun, Kayla ingin menyumpel mulut Ivy dengan kertas ulangan Fisika saja rasanya. Supaya Ivy semakin pandai menjadi artis bisunya.

"Terserah." Perempuan tulen rupanya Kayla ini, selalu mengatakan terserah dan pergi begitu saja saat sebal.

Ivy mengangkat kedua bahunya. Terserah juga.

***

Bel terakhir yang Ivy bisa dengarkan sekarang. Gadis itu tersenyum getir, menyedihkan sekali. Ini adalah hari terakhir, dan besok Ivy sama sekali tidak ada di sini, tidak masuk sekolah, tidak duduk bersama Kayla, tidak makan bersama Kayla di kantin, merecoki makanan Kayla, dan lain sebagainya.

"Kay!" panggil Ivy setelah seharian penuh cosplay jadi orang bisu.

Kayla menatap wajah Ivy dengan malas. Gadis itu mengernyitkan keningnya seolah bingung dengan raut Ivy.

Tiba-tiba sekali Ivy memeluk Kayla dengan erat, gadis itu menangis tanpa suara di bahu Kayla. "Lo kenapa? Gue susah napas, Bego!"

Ivy yang takut Kayla curiga pun langsung mengendurkan pelukannya. Ia tersenyum dan tertawa terbahak-bahak. "Maafin gue kalau sering bikin lo marah-marah gak jelas, ya, Kay. Maafin gue kalau udah bikin lo sedih, ngerepotin lo, dan kadang gue terlalu jahat sama lo." Ivy meminta maaf dengan tulusnya.

"Kayak orang mau pergi jauh aja lo, Vy. Tenang aja, gue Cut Kayla Nazwa Ayuning yang baik hati dan tidak sombong, rajin menabung, serta lain-lain selalu maafin sahabat laknatnya ini."

MIPA VS AKUNTANSIWhere stories live. Discover now