40. Welcome, Semarang!

275 31 1
                                    

Ivy telah tiba di bandara Semarang. Rupanya ini kota yang akan menjadi tempatnya singgah. Rupanya ini kota yang mereka putuskan untuk Ivy. Ivy tahu alasannya, pasti karena mereka tidak mau sahabat-sahabat Ivy tahu keberadaan Ivy. Di Semarang ini juga tidak ada saudara Ivy berada. Oleh karena itu mereka semua mencari tempat baru yang jauh lebih fresh untuk disinggahi.

Ivy berjalan keluar dari bandara bersama dengan Vanya. Mereka pergi mencari taksi online yang sudah dipesan sedari tadi. Kata supir taksi online itu, dirinya sudah berada di depan bandara.

Setelah menemui supir taksi online, Ivy masuk ke mobil. Kata Vanya tujuan mereka adalah mall. Mereka akan membelikan Ivy ponsel baru, laptop baru, dan banyak lagi yang baru.

Ivy masih tetap sama, ia masih mendengarkan musik lewat airpods, novelnya juga masih tergenggam di tangan. Setelah semua koper, dan barang-barang lainnya sudah masuk ke bagasi, supir taksi pun langsung melajukan mobilnya menuju pusat perbelanjaan.

Ivy hanya diam, tak tahu harus berbicara apa. Saat ini Ivy memang jauh lebih kalem, tidak mau bar-bar lagi, karena menjadi bar-bar itu melelahkan. Ivy akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi Natasya.

Natasya yang pandai. Natasya yang baik. Natasya yang bisa diandalkan. Natasya yang selalu patuh pada peraturan. Ivy akan merebut posisi Natasya. Sejak beradu selisih dengan Natasya, sekarang Ivy tahu, Natasya menganggapnya musuh. Jadi, mari kita buktikan. Antara Ivy dan Natasya, siapa yang akan menang.

"Nanti kamu pilih handphone sesukamu. Yang kamu inginkan, yang kamu sukai," ujar Vanya mengulangi kata-katanya lagi.

Ivy hanya mengangguk, tidak tahu harus berbicara apa. Tidak tahu harus merespon bagaimana.

***

Saat ini Ivy sudah sampai di pusat perbelanjaan, Ivy langsung melangkahkan kakinya menuju tempat di mana handphone dijual. Gadis itu memilih keluaran terbaru untuk menggantikan handphone yang disita.

Handphone dengan warna grey membuat Ivy tersenyum lebar, itu favoritnya. "Mah beli yang ini, ya?" pinta Ivy langsung dibalas anggukan.

Keluarganya memang seperti itu kalau memberikan sogokan, tidak pernah melihat harga terlebih dahulu, padahal handphone seperti ini berharga dua puluh delapan jutaan.

Ivy langsung melihat-lihat kembali. Ia ingin membuat keluarganya mengeluarkan uang yang banyak, Ivy ingin meminta ponsel lagi.

"Mah, Ivy kayaknya butuh handphone dua, deh. Ivy ambil dua, ya?" pinta Ivy dengan tatapan sendu.

Vanya lagi-lagi tersenyum. Wanita itu mengangguk dengan mudahnya. "Ambil aja yang kamu mau, mau berapapun ambil."

Oke, mari kita ambil berapapun. Ivy mengambil ponsel yang berbeda generasi, satu generasi di bawah ponsel grey tadi. Gadis itu langsung menarik mamahnya untuk membayar semuanya.

Vero tersenyum tipis saat melihat Ivy yang berusaha menghabiskan uang, mungkin gadis itu lama tidak berbelanja, atau apa, entahlah. "Kamu mau langsung beli laptop sekalian, Vy?" tanya Vero pada anak gadisnya.

Ivy mengangguk. Laptop Ivy sudah lama disita, gadis itu merindukan laptopnya.

"Oke, ayo!" ajak Vero langsung menggenggam tangan Ivy.

Mereka menikmati memilih-milih laptop. Ivy senang sekali, akhirnya setelah sekian lama. Semua perlengkapan handphone dan laptop pun sudah mereka beli. Lengkap.

MIPA VS AKUNTANSIWhere stories live. Discover now