34. Salam Terakhir

281 31 0
                                    

Ivy benar-benar seperti mayat hidup, ia berangkat sekolah tanpa semangat sama sekali. Perutnya bahkan sejak kemarin siang sama sekali belum diisi. Kayla yang melihat keadaan sahabatnya hanya bisa diam dan menunduk lesu. Semoga sahabatnya ini bisa segera bahagia dan tidak ditentang lagi.

"Vy lo mau sarapan dulu? Biar gue yang beliin makanan buat lo." Kayla tentu saja berinisiatif untuk membelikan Ivy makanan. Gadis itu takut terjadi sesuatu yang buruk dengan Ivy.

Ivy yang kepalanya disandarkan di meja menggeleng. "Gue gak laper, Kay," ujarnya lesu. Gadis itu seperti tidak niat hidup lagi. Ivy bangkit dari tidurnya saat mendapatkan satu ide. "Gue pinjem handphone lo, boleh?" pinta Ivy dengan raut wajah semenggemaskan mungkin.

Kayla yang melihat raut Ivy langsung terkekeh, gadis yang memakai hoodie ungu pastel itu merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya. "Mau hubungi Ravin? Dari semalam dia khawatir ke lo," sahut Kayla memberitahu.

Setelah mendapatkan ponsel Kayla, Ivy langsung menyalakan ponsel tersebut dan mencari kontak Ravin.

Cut Kayla: Vin, ini aku Ivy. Hp ku disita, makanya aku gak bisa hubungi kamu.

Ivy menanti jawaban dan balasan dari Ravin. Gadis itu sudah tidak ada niatan apapun, gadis itu sudah tidak ada ide untuk menentang keluarga lagi. Bolak-balik Ivy membuka dan menutup ponsel Kayla, tentu saja untuk memastikan apakah Ravin sudah membalas pesannya atau belum.

"Lo gak laper, Vy? Biar gue beliin makanan." Kayla masih saja menawarkan Ivy untuk makan, soalnya bibir Ivy benar-benar pucat pasi. Kayla takut Ivy pingsan saat pelajaran. "Gue takut lo pingsan, Vy. Gue takut lo sakit," imbuhnya.

Ivy tetap menggeleng sebagai jawaban. Keputusannya untuk tidak makan tetap bulat. "Gue bakalan makan kalau gue mau makan, Kay. Lo tenang aja," sahut Ivy dengan tangan yang tak henti-hentinya mengecek notifikasi masuk di ponsel Kayla.

Kayla paham, pasti Ivy sedang menunggu Ravin membalas pesannya. "Chat Aksa aja, dia pasti lagi sarapan di kantin sama Ravin, sama Bening juga," kata Kayla memberitahu.

Benar juga, Ravin selalu kumpul di kantin dan menikmati sarapan bersama dengan Aksa serta Bening. Mereka pasti saat ini sedang di kantin.

Cut Kayla: Sa, ini gue Ivy. Ravin lagi sama lo, kan? Tolong bilangin ke dia suruh buka hp, ya. Gue hubungi dia pake hpnya Kayla.

Aksa-yang, benar-benar tipikal orang yang bucin Kayla ini, sampai-sampai menamai kontak Aksa dengan nama seperti itu.

Aksa-yang: Oke, gue udah bilang ke Ravin.

Ivy tersenyum, ia tak sabar menunggu balasan dari Ravin.

Ravindra Atmawidjaya: Iya, Vy. Aku khawatir banget dari semalam sama kamu, makanya aku tanya ke Kayla, tapi dia sama sekali gak tau apapun, ternyata hp kamu disita. Kamu gapapa, kan? Keluargamu ngapain kamu aja?

Ravin itu paket komplit yang selalu Ivy syukuri kehadirannya. Ravin itu anugerah terindah yang selalu melengkapi hidup Ivy. Ravin tidak pernah egois, Ravin baik, Ravin cerdas, Ravin selalu bisa diandalkan, tapi sayang, Ravin tidak bisa diterima di keluarga Ivy. Jalan apa yang harus Ivy ambil?

Cut Kayla: Gapapa, aku baik-baik aja kok, sempet kena tampar di depan keluarga aja. Aku mau nanti ketemuan bisa? Kita kumpul di kafe biasa aja, nanti kita pergi ke suatu tempat. Ada yang mau aku bicarain sama kamu, Vin.

MIPA VS AKUNTANSIWhere stories live. Discover now