32. Gertakan Darka

282 36 1
                                    

Darka tersenyum riang. Ia bangga terhadap dirinya sendiri karena sudah mampu mendapatkan informasi tentang Ravindra Atmawidjaya Pratama. Berani-beraninya sekali pria itu mendekati cowoknya, padahal pria itu sama sekali tidak pantas. Bukan berasal dari keluarga terpandang, bukan berasal dari keluarga dokter juga.

Keluarga Ravin sama sekali tidak pantas untuk menjadi besan keluarga Pati. Hanya mengandalkan warung saja tidak bisa menghidupi putri dari keluarga Pati dan keluarga Vianly.

Satu rencana yang tepat sudah berada di benak Darka, ia akan menghancurkan keluarga Ravin. Ia pastikan akan membuat Ravin kapok untuk mendekati Ivy.

"Halo, siapkan rencana kita besok!"

Darka semakin mengembangkan senyumnya. Dirinya memang egois, keras kepala, oleh karena itu ia akan berlaku kejam untuk semua yang telah menghancurkan mimpinya.

***

Darka pagi-pagi sekali sudah mendatangi sekolah tempat Dara belajar, ia mendapatkan satu informasi kalau gadis yang berada di bangku kelas enam itu masih menunggak pembayaran sekolah, biaya ujian nasional pun belum dibayarkan sama sekali.

"Kalau seperti itu keluarkan saja Dara, Pak. Saya akan bayar berapapun asalkan bapak bisa mengeluarkan anak itu." Darka saat ini sedang berbicara dengan kepala sekolah Dara untuk memberikan efek jera pada Ravin. Tentu saja umpan yang akan ia pakai adalah adik dari Ravin.

"Maaf, Pak. Kami sama sekali tidak akan bisa mengeluarkan peserta didik begitu saja, kami berikan toleransi ke mereka supaya mereka bisa memberitahukan kepada orang tua dan supaya orang tua bisa mencari," tolak kepala sekolah. Tentu saja ia tidak bisa mengeluarkan Dara tanpa sebab apapun.

"Kalau seperti itu berikan dia tenggat, Pak. Akan saya bayar berapapun asalkan bapak menegur anak tersebut. Tentu saja sekolahan ini sama sekali tidak rugi, bukan?" Benar-benar penawaran yang menggiurkan. Sekolah hanya tinggal menagih Dara supaya membayar uang sekolah serta uang ujian saja, tidak perlu merugikan apapun.

Kepala sekolah tersebut pun mengangguk. Ia juga sudah bosan menunggu janji kedua orang tua Dara. "Baik, Pak. Saya akan tagih Dara supaya cepat melunasi uang sekolah, dan saya akan mengeluarkan Dara jika tidak melunasi sesuai tenggat."

Mantap, semua rencana Darka akan berjalan dengan lancar. Kini, Darka tinggal menunggu waktu untuk pergi ke rumah Ravin dan membuat semuanya sesuai rencana.

***

"Dara, ada yang ingin ibu bicarakan dengan kamu," ujar Bu Ratih, wali kelas Dara saat memasuki ruang kelas.

Dara yang dipanggil pun langsung maju dan duduk di depan meja Bu Ratih. "Ada apa, Bu?" tanya gadis itu.

Bu Ratih memberikan kartu dengan kertas berwarna hijau. "Kamu sudah telat membayar uang sekolah, Dara. Sekolah sudah lama menunggu janji orang tuamu. Besok adalah waktu terakhir kamu membayarkan uang sekolah beserta uang ujian, kalau kamu tidak membayarnya kamu akan dikeluarkan dari sekolah. Sampaikan surat ini kepada orang tuamu, ya. Kami tunggu sampai besok."

Dara mengedipkan matanya dengan cepat, baru saja ia ingin menangis jika ia tidak menahannya. Seperti inilah rasanya menjadi orang kalangan bawah, membayar sekolah saja tidak mampu. Membayar sekolah saja membutuhkan waktu yang lama, harus sampai ditagih terlebih dahulu.

"Makasih ya, Bu. Dara nanti sampaikan sama orang tua Dara."

***

MIPA VS AKUNTANSIWhere stories live. Discover now