45. Bahan Bicaraan

272 29 0
                                    

Ivy melihat sekeliling, sekolah yang cukup luas, tidak begitu memalukan juga. Hijau dan banyak tumbuhan, cukup sejuk. Saat ini Ivy sedang berjalan bersama dengan Bu Siti—wali kelasnya di X MIPA 2.

Mereka berdua sedang berjalan menuju kelas untuk memperkenalkan diri, Bu Siti lah yang akan mengantarkan Ivy.

"Permisi, semuanya!" sapa Bu Siti memasuki kelas dengan cat tembok berwarna krem. "Hari ini kita kedatangan teman baru, kenalan dulu, ya?"

Satu hal yang Ivy kenali dari Bu Siti sebagai first imperession adalah Bu Siti merupakan guru yang ramah, ceria, serta friendly, tidak seperti wali kelasnya yang lama, selalu mengadu pada Vanya saat nilai Ivy anjlok.

Setelah dipersilakan masuk, Ivy pun masuk, banyak yang berbisik-bisik, menatap tak suka, membicarakan gaya Ivy, memuji kecantikan Ivy, dan banyak lagi lainnya.

"Perkenalkan nama gue Sylvia Ivy Vianly, biasa dipanggil Ivy. Gue pindahan dari SMA Galaksi, Jakarta. Gue gak bisa Bahasa Jawa, dan belum terbiasa pakai kosa kata aku kamu. Gak usah mempermasalahkan gaya bicara gue, karena di Jakarta emang gini. Gue belum terbiasa sama Semarang, suasana, keadaan, adat-istiadat, atau apapun itu, seragam gue mungkin terlalu ketat untuk kalian semua, gue minta maaf. Di Jakarta rok segini dan baju seketat ini adalah hal yang wajar, jadi gue mohon jangan dipermasalahkan."

Ivy memperkenalkan diri dengan caranya sendiri, caranya cablak dan santai. Ia memang sengaja menunjukkan Jakarta supaya mereka semua bisa berpikir jernih. Hai, di Jakarta memang seperti ini adanya, jangan norak dengan mempermasalahkannya.

"Oke, ada yang mau ditanyakan?" Bu Siti yang mengerti dengan keramaian muridnya langsung bertanya seperti itu, salah satu cara untuk memperkenalkan.

Salah satu siswi dengan bibir merah menyala mengangkat tangannya, tanda ingin bertanya. "Ya, Sarah, mau bertanya apa?" tanya Bu Siti.

"Ada hubungan apa kamu sama Raka? Kenapa bisa berangkat bareng gitu?" tanya Sarah langsung dibalas anggukan kepala semua siswi di kelas ini.

Ivy menatap tajam, gaya judes sudah menjadi andalannya. "Raka ada di sini, gue pikir kalian semua bisa tanya ke dia, lebih lazimnya kalian bakalan percaya sama jawaban orang yang udah kalian kenal, daripada orang baru."

Ivy benar-benar menskakmat semua siswi kelas ini. Terlalu ikut campur, Ivy tidak suka itu!

"Sudah-sudah, Ivy kamu duduk di depan Raka, bersama dengan Lita, Lita ayo angkat tangan!" Ivy yang sudah mengetahui di mana ia duduk langsung berjalan, gadis itu menghampiri Lita dengan muka masamnya, duduk di sana, dan menyandarkan tubuhnya ke meja.

"Ibu tinggal dulu, ya. Hari ini jadwalnya Fisika, kan? Kalian tunggu Pak Wisnu masuk, jangan sampai ada yang berisik, Raka tolong awasi, ya!" Raka yang sedang menatap wajah Ivy sontak mengangguk, memberikan jempol sebagai jawaban untuk Bu Siti.

"Aku Lita Arabella." Lita mengangkat tangannya, berusaha berkenalan dengan Ivy. "Panggil aja Lita," lanjut gadis itu.

Ivy yang melihat uluran tangan Lita langsung tersenyum tipis. "Sylvia Ivy Vianly, panggil aja Ivy. Jangan terlalu berharap gue bisa pakai kota kata lembut, ya, jangan anggap gue songong juga. Gaya bicara gue emang gini."

Lita paham, ia juga tidak mempermasalahkan. Mau menggunakan lo gue juga tak masalah, walaupun telinga Lita masih belum terbiasa.

Ivy menidurkan kepalanya di meja, tak payah mendengarkan atau menjawab yang ingin berkenalan dengannya, masa bodo.

Raka yang melihat banyak siswa-siswi kelasnya menghampiri Ivy, sedangkan Ivy cuek tanpa menanggapi langsung menepuk pundak Ivy. "Vy, kenalan dulu!" ujar Raka.

"Ntaran aja, gue mau tidur, males pelajaran Fisika."

"Sombong banget sih kamu? Kenalan sebentar kok," cibir Sarah, gadis dengan bibir merah menyala, sepertinya Sarah memang mempunyai dendam kesumat pada Ivy.

Ivy yang tidurnya terganggu langsung bangkit. "Gue lagi males, gak usah cari gara-gara, deh. Lagian lo udah kenal gue, kan? Gue udah kenalan tadi, masalah gue mau kenal lo apa enggak juga urusan gue. Kalau gue mau temenan sama lo, mau kenalan sama lo, gue yang dateng ke lo."

Raka mendekati Ivy, ia menggeleng supaya Ivy tidak melanjutkan ributnya. "Sorry, Sarah. Ivy emang gini orangnya, belum terbiasa sama suasana Semarang, maafin, ya?" Raka meminta maaf kepada Sarah, ia takut kalau Sarah membenci Ivy dan membuat masalah pada Ivy.

"No problem. Emang dia siapanya kamu sampai kamu minta maaf segala, Rak?" Sarah dan semua siswi yang mengidam-idamkan Raka tentunya patah hati, pagi-pagi sudah disuguhkan dengan Raka yang satu mobil dengan siswi baru, dari Jakarta, dan cantik pula.

"Rib—"

"Ivy!" Raka lagi-lagi melerai. "Jangan kasar, pakai bahasa yang lemah lembut, kalau kamu pakai bahasa kayak gitu terus, mereka semua bakalan anggap kamu orang sombong, orang sok, dan orang songong." Raka memperingatkan.

"Ivy pacarku." What? Apa yang Raka katakan tadi? Pacar? Semenjak kapan Ivy berpacaran dengan Raka?

Semua murid yang mendengarkan jawaban Raka langsung membulatkan matanya. Patah hati berjamaah. Ketua OSIS yang selama ini mereka idam-idamkan, ternyata sudah mempunyai pacar.

***

"Lo ngapain ngaku-ngaku jadi pacar gue?" tanya Ivy di dalam kelas, saat ini kelas sedang sepi, hanya ada mereka berdua saja. Sebenarnya Raka sudah berulangkali mengajak Ivy, namun gadis itu mengatakan nanti saja.

"Kita lagi ada di tahap mau jadi pacar, aku mau kamu disukai semua orang, makanya aku akuin kamu sebagai pacar aku." Ivy tak mengerti dengan jawaban dan pola pikir Raka. Bukannya memudahkan Ivy, yang ada malah menyulitkan Ivy.

Oh ayolah, coba bayangkan bagaimana perasaan para fans Raka saat mengejar-ngejar Raka, namun yang mendapatkan Raka malah seorang murid baru?

"Terserah lo lah, Rak. Gak ngerti sama pola pikir lo!" Ini yang Ivy takutkan. Ivy takut kalau janjinya kepada Ravin sama sekali tidak bisa ditepati, Ivy takut kalau Ravin menganggap Ivy ini tidak setia, padahal perasaan Ivy hanya untuk Ravin, bukan Raka ataupun yang lainnya.

"Ayo ke kantin, kamu harus makan. Nanti Tante Vanya bisa marah ke aku dan marahin aku karena kamu gak makan." Raka langsung mengajak Ivy ke kantin, untuk membeli makanan dan makan tentunya.

***

Semua sorot mata di kantin langsung memandang Ivy dengan tatapan mematikan, berita tentang berpacarannya Ivy dan Raka sudah tersebar ke mana-mana, apalagi dibuktikan dengan keberangkatan mereka berdua tadi pagi, ah iya, ditambah pergi ke kantin bersama sekarang. Tentunya tambah gempar saja.

Ivy yang menatap kantin langsung bergidik ngeri, di sini sangat sempit, tidak seluas kantin di SMA Galaksi. "Ini yang namanya kantin, Rak? Jelek banget," komentar Ivy menjatuhkan.

"Maaf, ya. Kantin di sini emang gak sebagus di sekolah kamu yang dulu pastinya. Kamu mau makan apa? Biar aku beliin."

***

Hai, Guys! Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, dan selamat malam untuk kalian semua yang baca cerita ini!

Ngeship siapa nih? Ravinivy apa Rakaivy?

Kepo sama kabar Ravin? Di part selanjutnya, ya!

Sampai jumpa di part selanjutnya!

Xoxo,

Luthfi Septihana🌹

MIPA VS AKUNTANSIWhere stories live. Discover now