27. Ketahuan!

276 42 0
                                    

"Ivy!"

Ivy yang merasa terpanggil langsung membalikkan badannya, gadis itu terdiam terpaku melihat siapa sosok yang memanggilnya. Sialan, mengapa harus hari ini?

"Mamah? Papah?" beo Ivy dengan bibir bawah yang sudah digigit, Ivy juga langsung meremas tangan Ravin. Gadis itu takut bukan main.

"Kamu ngapain di sini? Siapa cowok di sampingmu? Kenapa pakai acara gandengan tangan segala?" tanya Vanya dengan bertubi-tubi.

Oh ayolah, Ivy harus menjawab apa sekarang? Rasanya Ivy ingin menangis saja. Ivy tidak tahu harus berbuat apa, Tuhan.

"Tadi Ivy pulang lebih awal, Mah. Terus pas Ivy ke tempat les cuma dikasih materi sama kumpulan soal gitu, makanya Ivy mau jalan-jalan sebentar untuk menenangkan otak sejenak. Ini Ravin ...." Ivy nampak seperti menggantungkan jawabannya. Apa yang harus Ivy katakan? Apakah Ivy harus mengatakan yang sebenarnya? Atau seperti apa?

"Siapamu?" tanya Vero dengan tatapan menusuk.

"T—temen, Mah, Pah," jawab Ivy dengan gelagapan.

"Bohong!"

DEG!

Ucapan Vanya benar-benar langsung membuat Ivy semakin gemetar saja dibuatnya. Apakah insting seorang ibu begitu kuatnya sampai-sampai mengerti kalau Ivy tengah berbohong?

"Kata Mbok Darmi kamu pacaran sama dia, setiap hari antar jemput kamu." Kicep, Ivy benar-benar langsung kicep dibuatnya. Astaga, kenapa Mbok Darmi begitu menyebalkan?

"Kenapa gak mau dikenalin ke mamah sama papah?" tuding Vanya melanjutkan.

Ivy memutar otaknya, mencari alasan terbaik yang seharusnya bisa membuat Vanya kicep dan tidak bertanya lagi. "Bukan pacar, Mah. Cuma lagi deket aja," kilah Ivy. Akhirnya, Tuhan. Akhirnya Ivy bisa memutar otak di saat genting seperti ini.

"Saya Ravindra Atmawidjaya Pratama, Om." Ravin langsung meraih yang Vanya dan Vero, pria itu menyalami orang tua Ivy sebagai bentuk hormatnya. "Biasa dipanggil Ravin," lanjutnya.

Vanya dan Vero manggut-manggut. Mereka paham, pastinya seusia Ivy pantas melakukan hal tersebut. Mereka sama sekali tidak memaksa ataupun menentang.

"Ngapain kamu ke sini, Vy? Kamu lagi pengin beli kue?" tanya Vanya mulai mengalihkan topik pembicaraan. Vanya dan Vero nampak seperti sedang istirahat dari pekerjaan mereka. Walaupun tidak mengenakan jas putih kebanggaan mereka berdua, gaya mereka dua benar-benar menunjukkan kalau mereka adalah pasangan dokter.

Ivy mengangguk sebagai jawaban. "Lagi pengin beli kue balok, Mah."

"Ya udah, ayo sekalian. Biar papah kamu ngobrol sama Ravin dulu," kata Vanya langsung menggenggam tangan Ivy dan berjalan menuju tempat pemesanan. Sejujurnya mereka berdua nampak seperti kakak beradik saat berjalan berduaan seperti ini.

Ivy saja sampai heran. Sebenarnya Ivy yang muka tua atau Vanya yang mukanya terlalu muda dan awet muda?

"Mau kue balok satu atau dua?" tanya Vanya.

"Dua deh, Mah. Lagi pengin banget soalnya."

***

"Kamu satu sekolah sama Ivy?" tanya Vero yang sedang duduk, di hadapannya ada Ravin. Mereka berdua sedang menunggu Vanya dan Ivy yang tengah memesan kue.

"Pas SMP bareng, Om. Sekarang enggak," jawab Ravin dengan jujur.

Vero mengangguk. Ia langsung menanyakan pertanyaan berikutnya. "Terus kamu sekolah di mana sekarang?"

MIPA VS AKUNTANSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang