9. SMA Galaksi

574 56 5
                                    

Hai aku kembali lagi(^^)

Happy reading (^^)

***

Dua minggu liburan hanya dihabiskan di dalam kamar bagi gadis cantik bernama Sylvia Ivy Vianly. Gadis dengan sebutan Ivy itu memang tidak terlalu suka keramaian pasalnya sulit berkonsentrasi. Ia lebih suka berdiam diri di kamar dan menghabiskan waktu dengan novel-novel favoritnya.

Dua minggu tak mengubah apapun, ia hanya sendiri di rumah dan di bawah ditemani dengan asisten rumah tangga. Vanya dan Vero tetap sama. Tetap berangkat menuju rumah sakit tengah malam, dan kembali lagi tengah malam.

Ivy sangat malas saat ini, pasalnya setelah dua minggu ia bisa bersantai ria di kamar, begadang, bangun pagi, bermalas-malasan, kini Ivy harus kembali melakukan kegiatan yang menyebalkan. Ia harus bangun pagi, mandi pagi, sarapan, berangkat sekolah, belajar, ah iya! Jangan lupakan ia harus les setiap hari setelah pulang sekolah pada semester ini. Tak ada lagi waktu santai sambil berleha-leha. Tak ada lagi waktu menonton film, maupun membaca novel kesukaannya.

Pagi ini Ivy sudah dibangunkan oleh mamah, katanya mamah sengaja berangkat lebih siang supaya bisa melihat anaknya pergi ke sekolah. Ah, paling hanya alasan belaka, paling hanya untuk mengingatkan Ivy supaya nanti sore ia mengikuti les dengan baik, memberikan jiwa ambisius pada diri Ivy, dan lain sebagainya.

Ivy memakai seragamnya dengan baik, seragam biru muda dengan rok senada serta rambut panjang yang digerai sebagai identitasnya. Gadis mungil itu mengoleskan sedikit lip-balm supaya terkesan lebih segar. Ia mengambil beberapa buku dan memasukkan buku tersebut ke dalam tas ranselnya. Huh, awal dari segala hal. Awal dari diforsirnya Ivy. Tak masalah, Ivy harus tetap semangat.

Ivy menuruni anak tangga yang melingkar satu-persatu. Ia melihat Vanya dan Vero yang sudah siap duduk di meja makan. Mereka berdua sedang berbincang-bincang kecil, entah masalah apa. Dengan langkah cepat Ivy langsung berjalan menuju mereka berdua, duduk bergabung dengan kedua orang tuanya.

"Pagi, Mah, Pah!" sapa Ivy sambil menarik kursinya di meja makan, lalu gadis itu menaruh tas serta mengambil piring kesayangannya.

"Pagi, Sayang!" sapa Vero dan Vanya bersamaan. "Jangan lupa kamu nanti ada les," lanjut Vero sambil memakan roti sandwich sebagai sarapannya.

Gotcha! Benarkan dugaan Ivy? Kedua orang tuanya ini berangkat siang hanya untuk mengingatkan Ivy pasal les serta menanamkan sifat ambisius dalam diri Ivy. Tidak benar-benar ingin melihat Ivy mengawali segalanya.

"Iya, Mah, Pah," jawab Ivy dengan raut wajah yang ditekuk. Gadis itu mengambil roti sandwich buatan mamahnya serta memakan roti sandwich tersebut dengan hati yang menggerutu tak menentu. Sampai kapan keluarganya mengerti kalau Ivy tersiksa? Sampai kapan keluarganya mengerti kalau Ivy tidak suka dengan ilmu alam?

"Pokoknya kamu harus serius belajar, Vy. Di sekolah kamu harus peringkat satu paralel, kamu juga harus memahami ilmu alam dengan sungguh-sungguh. Jangan lupa juga kalau kamu ada les dari sore sampai malam. Maksimalkan fasilitas yang mamah sama papah berikan sama kamu. Kamu harus menyusul Anastasya di Inggris. Kamu harus bisa tembus perguruan tinggi di luar negeri dengan jurusan kedokteran. Kamu harus jadi dokter yang hebat, harus melebihi mamah dan papah." Vanya menjeda acara sarapannya, wanita itu menatap manik wajah putrinya dengan lekat, ia ingin putrinya ambisius. Ia ingin putrinya menjadi orang yang jauh lebih sukses darinya dan suaminya. Orang tua mana yang tidak ingin putrinya sukses? Orang tua mana yang tidak ingin anaknya di masa depan jauh lebih baik daripada dirinya?

"Iya, Mah. Ivy ngerti kok. Ivy juga bakalan berjuang sebisa mungkin. Ivy gak tau ke depannya takdir bakalan seperti apa. Yang Ivy bisa lakukan cuma berjuang sesuai kemampuan, mau gimanapun nanti hasilnya, Ivy sama sekali gak tau, Mah." Ivy berusaha memberikan pengertian kepada mamahnya. Oke kalau orang tuanya menginginkan yang terbaik, Ivy bisa mengerti itu. Ivy jauh bisa lebih menerima itu, tapi untuk dipaksa menjadi yang mereka inginkan, Ivy belum bisa. Ivy masih ingin menjadi dirinya sendiri, Ivy masih ingin mencapai mimpinya sendiri.

MIPA VS AKUNTANSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang