[Chapter 32] || Palembang

495 116 619
                                    

Ada yang nunggu?

Kerja lembur bagai kuda~
Sampai lupa nulis cerita😩
Check it out!

\
\

"Born of Fool's day. Selamat ulang tahun."

Tatapan mereka bertahan sepersekian detik, sampai sebelah alis Harry terangkat kecil. "Kata siapa gua ulang tahun?"

"Dunia. Semua orang tau hari ini, dan ngerayain," jawab Maudy spontan, seolah memang itu jawaban seharusnya.

"Oh?" gumam Harry, tepatnya dengan nada bertanya. "Gua se-famous itu?"

"Bisa sih, hmm.. Gaada di belahan dunia manapun yang gatau hari ini. Mayoritas semua ngerayain April Mop, atau mereka sebut, Fool's Day. Tau kan artinya?"

Hari bodoh, atau sepertinya dalam pikiran Maudy, Harry bodoh.
Oke, jadi mungkin ucapan ulang tahun Maudy semata-mata karena eksistensi terkenal tanggal ini, yang dikorelasikan dengan dirinya.
"Teorema apalagi yang otak lu ciptain?" tanya Harry skeptis.

Senyum Maudy terulas kecil. "Just like that, lu bodoh." Lalu senyumnya pudar, beralih lihat kedepan. "Kenapa pake nyuekin kalau akhirnya duduk disini? Kenapa pake ninggalin di kapal kalau emang peduli? Kenapa sewot nyuruh gua turun bus sendiri padahal lu juga turun. Dan apa tuh tadi? Astaga, dari sekian banyak alibi, lu malah milih ngaku jadi pacar dan enteng bilang sayang. Weird banget asli."

Mereka bicara dalam volume kecil, hampir seperti gumaman. Jadi tidak mengganggu penumpang lain yang tidur.

"Apa susahnya bilang sayang? Weird? Tch! Nanti juga nagih. Belum pernah ada kan yang manggil lu sayang?" cibir Harry.

Maudy hanya mendelik geli.

"Jangan geer. Gua cuma males ngadepin hal sama berulang-ulang. Misalkan gua ngaku abang lu? Yang ada gua yang dipedekate-in dia buat ngegaet lu. Ngaku temen? Ntar lu ngerengek dan ngaduin gua ke orang rumah kalau gua diam aja pas dia gangguin lu lagi. Ngaku bokap? Alibi goblok, cuk! Kecuali dia bego banget. Atau lu pengen gua ngaku jadi suami? Idih. Kejauhan mikir lu," sambung Harry.

Itu juga untuk keuntungan dirinya sih. Penumpang bus kan juga ada kalangan perawan. Harry tidak niat menambah selir dari perjalanan ini.

Kalau Harry ngomong 'idih' tanpa reaksi, Maudy justru yang bergidik tanpa bilang 'idih'.
"Ya, intinya, semua yang lu lakuin itu definisi dari bego banget tau! Bikin gua takut, panik, tremor, dan sekarang — " Maudy menjeda untuk kembali menatap Harry. "Malah sakit. Gua gabisa ngurus orang sakit, dan lu nyebelinnya gabisa diajak kompromi. Bikin bingung, cemas."

Tepat setelah bilang 'cemas', Harry menoleh menurunkan pandangan, tatap wajah Maudy yang jengkel namun tersirat gelisah.

"Jadi pas kan? Sekarang peringatan Fool's day, hari bodoh, it's you! Total ngacauin gua seharian ini," tutup Maudy.

"Karena itu, lu ngucapin ulang tahun?" sesuai tebakan Harry. Yeah, Maudy mungkin orang terakhir yang peduli untuk ingat ulang tahunnya. Itu lebih wajar.

Gadis itu mengangguk. Itu memang hanya jenaka-nya saja, untuk ungkapin unek-unek. Tapi respon Harry aneh.
"Bentar, jangan bilang lu beneran ulang tahun?" seloroh Maudy.

"Atas dasar apa lagi lu bilang gitu?"

"Ya lu ga ngelak."

Harry terkekeh kecil, sedikit antukan kepala ke kepala Maudy. "Always ya, otak lu kerja semaunya. Padahal gua ga tertarik jadi objek pandang aneh lu, tapi kayaknya ada bagian dimana nama gua beroperasi dalam kepala lu. Wah.."

Walking Towards Me [COMPLETED]Where stories live. Discover now