[Chapter 9] || Troublemaker

746 253 1.2K
                                    

- Troublemaker -

\
\

Seorang pria berperawakan besar dengan ekspresi kesal mendekat ke pos usang dimana beberapa siswa berkumpul disana. Pria itu melakukan tos kepal sebagai sapaan.

"Darimana bos?" yang duduk paling pinggir menyeletuk.

Dia hanya mencebik kesal, menoleh ke warung disebelah pos. "Mang, es sama rokok, biasa." Lalu duduk.

"Kusut amat tuh muka Tor."

"Biasa, si bangsat. Bikin susah," jawabnya, name-tag nya Tora.

Direspon kekehan oleh beberapa yang lain.
"Pantesan ga cabut. Gua kira ketua genk tobat jadi rajin karena kelas 12 haha," sahut si hitam, Catur.

"Udah ancang-ancang aja nih koloni mau angkat ketua baru wkwk." Riko menambahkan gurauan dengan atensi tak pindah dari ponsel.

Mang Sueb — pemilik warung dekat tongkrongan mereka ini — menyita obrolan karena mengantar pesanan Tora.

"Palingan si Arjun nanti yang ambil tahta, ya gak Jun?"

"Bacot lu Ki! Jangan ngada-ngada sia. Ganggu wae aing mau nge-kill ini," sewot Arjun tanpa mengalihkan atensi dari ponsel.

"Wey Ri, dari kapan lu disini?" tanya Tora.

Harry juga ada, dengan kemeja sekolah yang seluruh kancingnya terlepas menampakkan kaos hitam polos. "Pagi," jawabnya singkat. Matanya fokus pada game online yang ia mainkan.

"Bisa cabut lu?"

Ia mengangguk. "Abis absen cabut. Males denger story-telling Mrs. old. Ngantuk."

Kemudian tertawa. Mereka semua satu sekolah, tentu tau siapa Mrs. Old yang Harry sebut. Dia guru bahasa Inggris tua yang sudah senior disekolah.

Pos ini merupakan tongkrongan genk crusher. Letak nya tak jauh, ditikungan depan sesudah tikungan kesekolah. Jumlah keseluruhan anggota genk mencapai 28 termasuk anak kelas 10. Tapi yang loyal suka ikut kumpul hanya 11 orang. 6 kelas 12 dan 5 kelas 11. Sekarang hanya 7 yang muncul.

"Lah si Ridho?"

"Ngeri katanya Tor. Mau ujian semester. Dia ga kayak Harry yang ngedipin cewek aja kertas ujiannya bisa penuh." Eki yang menjawab.

"Giliran gua ngedipin cewek, malah dikatain cacingan sih. Parah, ga paham keadilan emang para cewek," sahut Wildan yang juga main game bersama Arjun dan Harry.

Lekas di tepak kepala nya oleh Riko yang duduk disebelah Wildan.

"Bangs— Eh eh Ri, anjir jangan gue, eh— Kampret, mati. Ah bangsat lu Ko! Mati kan gue."

Kecuali Harry yang menyeringai kecil, yang lain tergelak setelah umpatan Wildan.

"Si babi senyum ganteng doang lagi abis nge-kill gue. Sok ganteng maneh," sembur Wildan lagi.

"Lah Harry mah kagak senyum udah ganteng, dongo. Udah lu kesini, kebanting bego, lu duduk disebelah Harry. Kayak lutung obesitas."

"Babi juga lu Tur. Gue putihin juga lu pake kapur barus!"

Di genk, yang paling rame Itu Catur dan Wildan. Tambah Ridho. Jika ketiganya disatukan, selalu mengundang gelak tawa. Hanya Harry, anak kelas 11 yang jarang kena bahan bully-an pemecah tawa. Palingan diledek soal eksistensi nya saja.

"Ah anjing lu pada, berisik, ganggu konsentrasi," celetuk Harry, menaruh ponsel lalu menyesap es teh manisnya.

Arjun yang juga selesai game mencibir. "Si bangsat ini, dia yang menang juga." Lalu mengambil sebatang rokok. Jadi genap, hanya Harry yang tak ikutan merokok.

Walking Towards Me [COMPLETED]Where stories live. Discover now