[Chapter 6] || Mood

818 308 1.3K
                                    

- Mood -

\
\

Suasana sekolah masih sepi karena Maudy berangkat terlalu pagi. Ia mengantuk, semalam habis dapat mimpi buruk. Biasanya Maudy akan memanggil Bunda untuk menemaninya tidur. Tapi kali ini tak ada Bunda, jadi setelah terbangun jam 3 Maudy tidak bisa tidur lagi. Bahkan tidak sadar kalau berangkat kepagian.
Sulit sekali tanpa Bunda, Maudy kangen berat.

Sayup sayup terdengar alunan gitar, mengusir kantuk Maudy karena tersentak. Ini masih jam setengah 6, siapa yang bermain gitar di jam segini di area koridor kelas?

Sekedar informasi, Maudy benci horor. Penakut menyedihkan karena menghabiskan banyak waktu sendirian dirumah.

Tapi ketika didengar saksama, alunan gitar itu memainkan nada familiar. Jadi, apa setan tau lagu lagu manusia?

Mengganti takut, Maudy jadi penasaran. Alunan nada itu membuatnya terkesima hingga melangkah pelan, ke arah suara yang datang dari ruang OSIS. Ketika Maudy mengintip dari jendela — susah payah karena harus jinjit — baru mendapati sosok yang bermain gitar itu.

Masih belum tau pasti siapa, karena posisinya membelakangi, tapi Maudy cukup lega karena itu manusia. Ia menikmati permainan gitar pria itu, sampai kakinya tiba-tiba kesemutan.

"Arghh.." Maudy spontan menjatuhkan diri.

Andre muncul dari ruang OSIS. "Maudy?" lekas mendekat dengan raut panik, "kenapa?"

"Kesemutan kak," ringis Maudy.

Sontak pria itu menekan telapak kaki Maudy, tanpa melepas sepatunya. Maudy terkesiap ditengah ringisan, "Eh kak, jangan, kotor."

Tapi Andre bergeming. Sampai akhirnya kesemutan Maudy hilang. Ia berkata terima kasih dengan raut tak enak. Andre pasti sengaja tak melepas sepatu Maudy karena kontak fisik itu.

Ekspresi panik itu perlahan berubah jadi tawa kecil, bikin Maudy sedikit mengernyit. "Kenapa ketawa?"

"Engga, maaf, lucu aja. Tadi kamu beda banget dari Maudy yang biasanya. Ngeringis nya, imut."

Maudy mengerjap dan tiba-tiba merasa malu.

"Jadi kenapa bisa kesemutan?" tanya Andre ringan tanpa menyadari efek kalimatnya tadi. Malah santai duduk menghampar di lantai mengikuti Maudy.

"Tadi jinjit disini." Maudy menunjuk tempatnya berdiri tadi. "Kirain siapa gitu, pagi-pagi udah denger main gitar. Kan ngeri, tapi bagus."

"Kenapa ga masuk aja?"

"Kan gatau kalau itu kak Andre."

Pria itu mengangguk. "Kamu biasa datang jam segini?" Andre membuka topik baru. Padahal jika dengan orang lain dia jarang basa-basi, katanya tidak pandai membuka obrolan. Tapi dengan Maudy malah kelihatan sebaliknya.

Si gadis menggeleng. "Engga kak. Lagi kerajinan aja ini. Biasanya jam setengah 7. Kakak sendiri, pagi banget?"

"Iya, GR (Gladi resik). Kalau dirumah susah soalnya, papa saya sibuk, takut ganggu. Hari ini ada pengambilan nilai alat musik," jelas Andre, kemudian mengambil ancang-ancang berdiri. "Mau denger lagi?"

"Mau," seru Maudy cerah.

Maudy melemaskan kaki sebentar jadi Andre berdiri lebih dulu. Tangan pria itu terjulur dihadapan Maudy, "Perlu bantuan?" tawarnya ketika Maudy agak kesulitan berdiri.

Tapi Andre menjulurkan lengan jaketnya sampai menutupi telapak karena Maudy telat merespon. Maudy merasa tak enak hati lagi, jadi ia tersenyum tipis menerima uluran tangan itu. Mereka masuk ke ruang OSIS.

Walking Towards Me [COMPLETED]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin