[Chapter 30] || Galau

501 127 624
                                    

- Galau -
\
\

Tepat sekali takdir memilih Elina sebagai sahabatnya. 

"Oke google, how to make princess Thumbelina smile?"

"Error 404, not found." Elina memutar dua bola mata. "Tanpa princess, please."

Maudy terkekeh kecil. Sahabatnya itu galau, pagi tadi melapor dengan sedih kalau Harry sudah pacaran lagi. Biasanya Elina tak se-galau ini meski Harry sering gonta-ganti pacar, tapi karena sekarang sosok gadis itu adalah Bella — yang ikut membully-nya saat party — Elina sedikit tak terima.

Sempat tak habis pikir Maudy pada si idiot jangkung itu. Pertama, gadis yang putus sebelumnya adalah kak Jane, senior blasteran cantik bersuara emas yang kerap menyanyi tiap event sekolah. Kedua, alasan putusnya sungguh konyol — perkara malas sering diminta main gitar. Ketiga, gantinya Bella, yang sudah mantanan dua kali. Tidak jelas si Ari.

Dan Elina seperti ini, seolah mendukung Maudy untuk ikutan galau dengan sakit hatinya sendiri.

"Thumbelina kan princess." Maudy tutup buku. Ponselnya bergetar tapi dibiarkan saja.

Elina menelengkan kepala. "Kok udahan?" 

"Useless. Buku nya, gua nya juga," ujarnya.
Bahkan sejak dikelas tadi Maudy sudah dibuat sulit fokus dengan murungnya Elina. Ia tidak tahu cara menghibur, juga tidak bisa mengekpresikan diri ikut sedih karena akan berujung merasakan kepahitan kemarin. Jadinya ia merasa bersalah.

"Maksudnya gimana?" tanya Elina tak mengerti. "Gua ganggu lu belajar ya? Yah, sorry.. Padahal gua ikut kesini biar numpang tenang sama lu. Jadi gaenak."

Maudy tersenyum kecil, "Gua pernah dengar itu juga, numpang tenang." Itu Harry, di bus saat outing. "A matched-pair."

"Awas aja matching-matching-in gua sama yang lain. Gua masih belum niat pindah hati."

Lagi-lagi ponsel bergetar dan Maudy hanya meliriknya. "Entah harus ngeri atau protes sama keteguhan hati lu El," ia menjeda. "Gangerti sama jalan pikiran si idiot itu, udah putus dua kali masih dipacarin juga. Ngapain putus kalau gitu."

"Bella tuh! Ga punya malu banget. Dua kali putus itu Harry yang mutusin, tapi masih tetep nembak, gercep banget. Ya Harry mah iya-iya aja anaknya."

"Nah, kenapa ga lu tembak?"

"Gamau lah. Harry begitu kan jadi kayak main-main, pacaran sama siapa tapi jalan sama siapa. Percuma jadi pacar. Maunya tuh Harry nembak sendiri, pasti di spesialin."

Benar juga, dan Maudy tersindir. Ia bersama Harry kemarin.

"Tau begitu, masih juga galau?" kata Maudy. "Brengsek itu udah bagian dari Harry. Kayak ga layak aja gitu lu ratapin sampe segininya."

"Ya gimana.. Sakit hati tau, orang yang disuka, selalu baik dan dibaikin, malah jadian sama cewek yang pernah nge-bully kita?"

Sakit hati mana, orang yang disuka punya tunangan, kejebak double date sialan, ditambah si tunangan crush ngajak berteman? Maudy menggumam dalam hati. Sengaja tak mengatakan karena buruk membandingkan kadar kesedihan orang.

"Liat sih Mod. Gagal fokus gua mau sedih, berasa geter hape lu ke meja. Kebiasaan, nyuekin chat gitu," tegur Elina, melirik ponsel Maudy diatas meja.

"Baguslah!" celetuk Maudy, mengambil ponsel, lalu mengetik dengan sorot mata datar tapi terkesan nanar. Jadi Elina bertanya, "Kak Riko ya?"

Maudy letakan ponsel itu tak acuh.
"Gua ga tau gimana ngehibur lu El. Tapi kalau boleh saran, jangan diam mikirin aja. Sakit hatinya berasa soalnya," balasnya, tak menggubris yang Elina tanya.

Walking Towards Me [COMPLETED]Where stories live. Discover now