[Chapter 11] || Outing

673 234 918
                                    

- Outing -

\
\

"Bang udah atuh, jangan marah lagi sama bang Ari. Kan kak Ody juga ga kenapa-kenapa." Lagi, bujukan setengah rengekan itu mengisi keheningan.

Indi hanya menatap putrinya sendu, Rita menunduk sedih, sementara Herdi diam. Hanya mereka berempat dirumah Rita sekarang, yang dibicarakan tidak ada sejak sore tadi.

"Ibu, jangan marah sama bang Ari. Kasih tau bang Herdi juga. Bunda, Olin gamau dijauhin bang Ari."

"Bang Ari ga jauhin kamu nak," balas Bunda.

"Ga Bun, bang Ari sekarang udah ga bercanda lagi sama Olin. Biasanya bang Ari ada terus, tapi sekarang kalau Olin kesini bang Ari sibuk atau di kamar mulu. Itu kan ngejauhin namanya."

"Olin jangan nangis," ujar Herdi pelan, melihat mata Maurin memerah.
Tidak tega sebenarnya melihat gadis yang biasa ceria ini menangis.

Sejak dimarahi, Harry memang tampak membatasi diri. Padahal tak disuruh, Herdi hanya emosi menyalahkan ulahnya yang membuat Maudy celaka. Harry merenung seharian itu, menyesal pada Ibu karena membuat kecewa, lalu tanpa sadar mengambil jarak agar hubungan pertemanan ibunya tidak rusak karenanya. Itu juga didukung dengan Ibu yang terus merasa bersalah pada Tante Indi sehingga menjauh. Tapi Tante Indi berbesar hati tetap baik pada Ibunya, pada keluarganya, tidak marah. Herdi jadi makin menekankan Harry untuk tidak merugikan putri tetangganya lagi.

"Kalau gitu bang Herdi jangan marah sama bang Ari, biar Olin ga nangis lagi," rengek Maurin.

Rita mengusap air mata Maurin, hanya menatap bersalah. "Jangan nangis sayang," katanya, menunduk untuk sedikit mengusap mata nya yang juga berair.
"Maaf Indi."

"Rita, Ody mikirin ini sampai ga fokus ujian kemarin, karena kamu canggung ke dia. Sekarang Olin nangis karena dijauhin Ari. Anakku gaada yang nyalahin kalian. Jangan ngerasa bersalah terus," ucap Bunda.

"Tapi Tante, karena Ari Ody hampir celaka. Herdi khawatir sewaktu-waktu terulang lagi apalagi lingkungan Ody nyatu sama lingkungan nakal Ari. Sekarang aja meskipun ngehindar, Herdi masih khawatir," kilah Herdi.

Indi ingin membalas tapi Maurin lebih dulu menyela, "Tapi kenapa Olin juga kena? Sekarang, karena bang Ari udah ga jemput Olin les lagi, Olin jadi digangguin anak cowok."

"Olin diganggu?" tanya Indi.

Gadis itu mengangguk. "Tapi, pas ada bang Ari mereka ga ganggu Olin. Daripada ngejauhin, kan mendingan bang Ari lindungin kak Ody disekolah? Kayak lindungin Olin. Ya kan bang?"
Menoleh ke Rita, "Ya kan Bu?"
Juga ke Indi, "Bener kan Bunda?"

Tiga orang dewasa itu menatap Maurin yang sesenggukan, tampak berfikir.
\
\

Disisi lain, Maudy sedang fokus membuat proposal event di kamarnya. Kegiatannya terhenti karena ringtone ponsel menggema. Maudy beranjak dari kasur, menuju ponsel yang di charge.

ThumbELINA☘️ is calling . . .

"Ya El?"

"Malam mingguan Mod?"

Bola matanya memutar malas, Elina pasti lagi gabut makanya menelepon tak jelas.
"Pacaran sama proposal," balas Maudy, kembali naik ke kasur.

"Pantes chat gua dianggurin."
Maudy membayangkan Elina memutar bola mata juga disana. "Padahal ada yang mau gua tanyain."

"Harry lagi, gua endcall."

"Bukan ih, suudzon." Jeda sejenak, "tadi disekolah terjadi sesuatu gak sama lu?"

Walking Towards Me [COMPLETED]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant