[Chapter 10] || Unfamiliar Scenery

789 245 1.1K
                                    

- Unfamiliar Scenery -

\
\

"Kirain masalah cewek. Baru Selasa diingetin, Sabtu beneran dikeroyok," respon Tora jengah setelah mendengar penjelasan Harry.

Alasan keributan itu sungguh kekanakan, masalah tanding bola Minggu lalu. Ridho dijegal sengaja saat menggiring bola, kemudian mereka terbalas tanpa sengaja (atau sengaja) ketika tendangan bebas Harry mengenai wajah salah satunya. Jadi mereka tak terima dan terjadilah hari ini.

"Kok lo ga calling sih mau digebukin gitu?" Catur menyahut.

"Lu fikir mereka calling mau ngajak meeting? Keluar toilet gua langsung diseret," dengus Harry.

"Bangsat emang tuh koloni! Beraninya main belakang!" maki Sandy.

"Lagi lu ngapain sore masih disekolah? Gua kira lu jalan sama cewek makanya ga ke pos," tanya Ridho.

"Nge-game, sambil nungguin Mitha nyatetin materi gua."

"Si anjing, malah asyikan dikelas, goblok," seru Wildan, menepuk lengan Harry, membuatnya meringis kecil karena jadi menekan lebam wajah yang dia kompres.

"Bangsat!" umpat Harry menendang kaki Wildan disebelahnya. Wildan hanya tertawa.

"Nge-game, yang tangan kanan. Tangan kiri mah beda lagi haha, bejatnya mendarah daging," ledek Catur.

"Bentar bego, game apa dulu ni? Siapa tau yang membutuhkan dua tangan," tambah Eki menaik-turunkan alisnya.

"Sumpah gelo pisan lu pada, otak isi selangkangan doang," tawa Arjun.

Tio disebelahnya menyahut. "Lo juga kalau diajak, semangat. Gaya bener!"

Arjun menyengir lebar, sementara Harry tidak menggubris ledekan. Sudut bibirnya perih jika bicara. Dia bersandar di sofa, terpejam dengan kepala menengadah dan tangan mengompres pelan lebamnya, sesekali meringis jika tekanannya kuat. Mereka dirumah Riko sekarang.

"Toxic bangsat, adek gua mau bawa minum nih." Riko muncul, disusul adik perempuannya membawa minuman botol. Lalu beralih ke Maudy, "hape lo," katanya, memberi ponsel ber-case galaksi.

Iya, Maudy juga disini. Hening sejak tadi memperhatikan interaksi bar-bar dihadapannya. Benar-benar situasi asing sampai Maudy speechless.

"Minum kak," tawar Rika.

"Makasih." Itu suara pertama yang Maudy keluarkan sejak menginjak rumah ini.
Adik Riko lekas meninggalkan ruang tamu karena tak tahan asap rokok. Maudy pun risih sebenarnya.

"Gapuas gua belum ngehajar para bangsat itu sampe mampus," ketus Tora, kemudian menatap tajam ke Maudy. "Gara-gara lo tuh!"

Gadis itu hanya mengalihkan pandangan.

Sebelumnya, tepat sebelum tamparan terjadi, genk Crusher datang dan langsung menghajar beringas. Maudy tentu terkejut saat membuka mata, terpaku menyaksikan perkelahian itu. Sampai Riko menendang pria yang hampir menamparnya tadi ke dinding sebelah Maudy, ia baru tersentak. Cepat dihentikan perkelahian dengan ancaman akan memanggil OSIS cowok yang masih disekolah.
Jadi mereka terpaksa berhenti, dan 5 siswa itu kabur terseok-seok.

Tora dengan kesal pergi, diikuti Harry yang dipapah, dan lainnya — termasuk Maudy yang malah dibawa kesini. Terpaksa menurut diajak karena ponselnya ada di Riko — baru diserahkan tadi.

"Niat nolong setengah-setengah, gimana sih?" Sandy menambahkan.

"Bukan nolong, dia nya aja lagi apes." Harry yang menjawab, "Btw, lu pada tau darimana gua di situ?"

Walking Towards Me [COMPLETED]Where stories live. Discover now