[Chapter 23] || Impas

533 157 700
                                    

- Impas -
\
\

Kalau tadi Kayla yang terperangah setelah lihat make over Maudy, kini giliran ia yang terperangah dengar penuturan Kayla.

"Seriusan kak?"

Posisi dirumah Kayla, tepatnya kamar gadis 24 tahun itu. Dia duduk didepan meja rias, dengan balutan lace fairy dress warna cream dan tatanan rambut bergelombang dikuncir setengah — ada kepangan sepanjang puncak poni membentuk bando dengan hiasan pernak-pernik. Cantik, tentu saja.

Dari cermin, Maudy lihat Kayla mengangguk. Ekspresinya sudah lumayan tenang dibanding tadi, syukurlah. Maudy tidak lagi merutuki diri karena jadi teman bicara yang payah.

"Gaada spoiler?"

"Mana ada," sambar Kayla gemas, sedikit terkekeh. Nah, anggap saja itu secuil usaha Maudy agar gadis itu tak gugup.

"Yaampun bang Herdi, ga nyangka Ody," gumamnya pelan.

Kayla cerita panjang lebar kisahnya dengan Herdi. Berawal dari pengagum jauh di masa kuliah, lalu berhasil interaksi saat satu bimbingan skripsi. Herdi cuek sekali katanya, tapi Kayla bebal untuk tetap friendly. Akhirnya bisa jadi teman semenjak satu kantor. Berteman pun tetap cuek — sepak terjang nya menyukai sosok dingin workaholic itu banyak makan hati.

Kayla tahu Herdi malas ditaksir, risih dengan perhatian berlebih dari para cewek. Karena itu dia bertransformasi jadi teman yang cuek, sembunyikan rapat-rapat perasaannya.
Sampai akhirnya tadi malam. Kayla terjebak hujan di stasiun, dijemput Herdi tanpa disuruh, dan marah-marah bilang Kayla menyusahkan. Selanjutnya bikin terkejut, pria itu bertemu Papanya dan minta izin untuk menjaga Kayla. Dalam konteks menikah.

Intinya lamaran ini bukan hanya mendadak di keluarga Herdi, tapi keluarga Kayla, termasuk Kayla sendiri. Tanpa pacaran, tanpa romantisme, tapi Kayla keliatan bahagia sekali.

"Kamu pasti bingung, kenapa aku bawa kamu sekarang?"

Benar juga, Maudy penasaran itu. Padahal ada Maurin yang ceriwis untuk dijadikan pendamping. "Kenapa?"

"Selama 5 tahun nyukain kak Herdi, aku paling ngerasa nyesek pas tau ada satu nama perempuan yang suka dia sebut. Maudy. Aku mikirnya itu pacar kak Herdi atau orang yang dia suka, makanya sering tahan cemburu."

Kayla beranjak, dekati Maudy di pinggir kasur, lekas raih tangannya.

"Aku total blank kemarin, takut cuma mimpi. Meskipun kak Herdi datang lagi pagi tadi bilang malam ini bawa keluarga, sekalian ajak aku ngenalin ke keluarganya, aku masih takut itu mimpi. Terus kita ketemu, kak Herdi ngenalin kalau kamu Maudy dia," jeda sejenak.

"Aneh, pas liat kamu ketakutan aku hilang. Rasanya nyata, dikenalin kak Herdi ke kalian nyata, perasaan aku berbalas itu nyata."

Genggaman tangan Kayla menguat. Maudy seolah merasakan beban Kayla memendam cinta nya selama ini.

"Kamu representatif nyata hal tak terduga ini terjadi. Makanya, temenin aku ya? Sampai Abang tembok kamu itu ngejemput."
\
\

Kalau Kayla saja — yang belum dikenal 24 jam — terperangah dengan new look Maudy, apalagi orang-orang akrabnya?

Saat dampingi Kayla masuk acara lamaran, Maudy lebih dulu mencuri perhatian rombongan Herdi — meski sebentar. Bikin tidak enak. Ia duduk di pihak keluarga perempuan. Tersenyum kikuk pada Bu Rita dan saling lirik dengan Herdi. Masih bisa Maudy lihat kegugupan dibalik ekspresi tenang abangnya itu.

Maudy melafalkan kata 'semangat' tanpa suara dan gesture kecil kepalan tangan. Pria itu tersenyum tipis mengangguk. Kayla sendiri dilanda gugup parah, tapi berhasil tenang tiap bertatapan dengan Maudy.

Walking Towards Me [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang