[Chapter 5] || Different Type

866 299 1.3K
                                    

- Different type -

\
\

"Have fun with your prince yaa," goda Elina menepuk pundak Maudy.

Maudy tidak menggubris karena sahabatnya itu lebih dulu melenggang. Mereka baru selesai menghadiri ekskul basket, sekedar perkenalan anggota baru. Ia tidak bisa langsung pulang karena urusan ekskul juga kumpul OSIS, itupun harusnya sejak tadi. Semoga saja masih sempat hadir.

Tugas Maudy sebagai mata-mata masih berlaku meskipun sibuk, tapi ia tidak pernah melihat secara langsung kenakalan Harry, hanya berdasar mulut orang saja. Sengaja menjauhi malah, karena takut membebani.

Jadi ketika ia melihat Harry diantara barisan siswa dilapangan, sedang berhadapan dengan guru kesiswaan yang membentak beserta Andre — itu adalah hal terakhir yang ingin Maudy ingat.

Tanpa sengaja Andre melihatnya dan mundur untuk menghampiri, mau tak mau Maudy mendekat.

"Sorry kak, kumpul OSIS nya udahan ya?"

"Its okay, cuma diskusi bentar, rencana mau surprise Bu Yuli. Ntar kamu tinggal ikut aja."

Maudy mengangguk ringan, pandangannya bergulir ke lapangan tanpa sadar.

"Mereka ketahuan ngerokok di belakang gudang," jelas Andre seolah paham Maudy penasaran.

Gadis itu pura-pura bergeming. "Yaudah kak, kalau gitu Maudy ketemu Bu Vera dulu."

"Basket, OSIS, KIR dalam satu hari. Kamu lebih sibuk dari saya hahaha. Oke!"

Maudy ikut terkekeh, sebelum melenggang sempat bergurau, "Jangan galak-galak kak, lulus nanti disuruh gantiin pak Rudi loh buat jadi guru kesiswaan," yang direspon kekehan oleh Andre.

Sekilas, ia bertemu pandang dengan Harry ketika melewati lapangan.

Kelar urusan di ruang guru, Maudy masih harus ke perpustakaan karena dimintai tolong Bu Vera mengembalikan buku-buku. Sialnya, sebagian buku tempatnya berada di rak atas. Maudy terlalu malas ambil bangku, jadi ia memaksa berjinjit. Ia terkejut ketika sebuah tangan mengambil alih menjulurkan buku sampai berhasil terletak. Hawa keberadaan orang terasa dibelakangnya.

"Udah tau pendek."

Suara familiar itu masuk pendengarannya. Maudy langsung menyingkir tanpa menoleh, lanjut menyimpan buku lain. Harry diam saja sambil bersendekap memperhatikan gerik Maudy. Bikin tidak nyaman saja.

"Gua gatau kalau perpus bisa jadi tujuan orang yang suka seru-seruan," ucap Maudy sarkas.

"Bisa. Buktinya lu. Lu have fun di perpus kan?"

"Belajar, bukan have fun."

"Belajar itu seru bagi lu, sama aja konteksnya."

Maudy malas mendebat. Sisa tiga buku lagi, ada di barisan rak lain. Bagus, ia enyah dari pandangan Harry. Tapi lelaki itu malah ikut pindah.

"Yang orang lain tau, kita ga saling kenal. Jangan bikin situasi aneh," kata Maudy tanpa melihat Harry.

Pria itu menyeringai, "Emang teman sekelas ngobrol itu aneh?"

Dia jelas perlu sesuatu dengan Maudy.

"Apapun itu, buruan ngomong. Ga akan gua ladenin lagi kalau udah di luar perpus," tutur Maudy tak acuh.

Diam sepersekian detik karena Maudy fokus mencari susunan tempat buku yang sesuai, padahal menunggu Harry bicara.
Akhirnya ia melirik pria itu.

"Lu . . Bakal laporin tadi ke nyokap?"

Nah, mana mungkin Harry datang dan bicara begitu saja tanpa keperluan?

Walking Towards Me [COMPLETED]Where stories live. Discover now