[Chapter 34] || Hidden Hatred

437 108 560
                                    

- Hidden Hatred -
\
\

Netra-nya mengerjap, pupil matanya melebar selagi menatap foto ditangannya. Maudy tidak berniat curiga, bisa saja itu foto kebetulan — Mungkin Bunda dan Bu Rita menghabiskan waktu bersama, juga dengan pasangan masing-masing, dan foto ini diambil iseng. Lagipula Bunda akrab dengan pak Hadi seperti Bu Rita dengan Ayah. Tahukan, saling ramah pada pasangan sahabat?

Wajah riang di foto tampak lebih muda — entah di umur berapa mereka saat itu. Maudy tidak tahu kapan tepatnya mereka saling mengenal, atau Bunda dan Bu Rita bersahabat.
Segelintir pertanyaan mulai menghujami otaknya.

Kenapa foto ini aneh? Terkesan tersembunyi? Atau mungkin tak sengaja terbuang? Tapi kenapa baru sekarang ia lihat foto seperti ini? Apa ada yang tahu soal foto ini? 

Kemudian derit pintu terdengar, bikin dirinya spontan lepas foto itu dan diinjak sebelum berdiri. Maudy tak berharap itu Harry, tapi tentu saja mustahil mengingat bilik ini tempatnya.

Pria itu masuk, tapi belok kanan ke area kamarnya. Maudy kira Harry tidak menyadari keberadaannya jadi ia mundur sedikit sembunyikan diri tertutupi susunan kardus di rak. Namun kemudian dengar ucapan, "Ngapain disitu?"

Ia mengintip dari celah kardus, mendapati Harry rebahan sambil lihat kamera.
Itu tadi Harry ngomong sama dirinya kah?

"Nyari apaan? Masih lama? Mau ganti baju nih," kata dia lagi.

Maudy terkesiap saat Harry ubah pandangan ke tempatnya.
"Eh? Tau ya?"

"Hm," deham Harry, baru mengenali Maudy. Tadinya hanya sekedar tahu ada yang masuk karena bilik tidak terkunci.

"Oh. Bentar." Maudy hati-hati merunduk ambil foto lalu diselipkan di salah satu pegangannya ke gitar.

Harry tidak repot memperhatikannya keluar jadi Maudy menarik kesimpulan : sepertinya dia tidak tahu soal foto ini.
\
\

Dari stage Kayla memandang pelaminan, tempat Herdi yang duduk termangu disana.
"Untuk lelaki yang bawa pernikahan ini ke aku, aku mau kasih tau.. 5 tahun.. nahan perasaan.. Itu termasuk best part yang kupunya. Karena kamu isinya."

Riuh tepuk tangan menyambut alunan petikan gitar, disusul suara Kayla.

'You don't know, babe
'When you hold me
'And kiss me slowly
'It's the sweetest thing..

Seakan lupa gugupnya, gadis itu menjiwai lagu. Suara merdunya membuat terpana, terutama Herdi.

'You're the coffee that I need in the morning
'You're my sunshine in the rain when it's pouring
'Won't you give yourself to me.. Give it all, oh

'I just wanna see..
'I just wanna see how wonderful you are
'You know that I see it.. I know you're a star
'Where you go I follow.. No matter how far
'If life is a movie.. Oh you're the best part, oh 
'You're the best part, oh oh

Kayla kembali melihat Herdi dan kali ini  membiarkan diri menatap suaminya itu.

'Best part~

Diantara seluruh hadirin yang tersihir penampilan Kayla, hanya Maudy yang tidak teralih. Matanya memang memperhatikan stage, tapi pikirannya entah kemana.

Secara teknis, Maudy melamun. Duduk dibarisan belakang. Otaknya sibuk ber-teorema tentang foto itu diluar kendalinya. Terlepas dari bagaimana Maudy meyakini itu foto wajar — ia khawatir orang yang tidak tahu akan salah paham ketika lihat foto itu.

Walking Towards Me [COMPLETED]Where stories live. Discover now