[Chapter 21] || Curhat

525 169 733
                                    

- Curhat -
\
\

Bisakah Maudy kembali mengenyam usia sebelum 17 ini?

Benci sekali ia menjadi perasa begini. Terlalu memikirkan hal sepele, baperan, parno..

"Nanti juga katanya kak Andre kesini," lanjut Elina.

Baru Maudy menanggapi, "Ngapain?"

"Ya jelasin. Dia juga ngeri lu salah paham," jawabnya.

Tadi Elina sudah cerita kalau dia bertemu Andre di kantin, tak lama setelah Maudy lari. Pria itu mencarinya — ternyata dia tak menyadari keberadaan Maudy di kantin, yang intinya terjadi salah paham disini.

Dalam hati ia merasa lega, tapi tidak sepenuhnya lepas dari pengaruh bayang-bayang mimpi itu. Karena ketika Andre tidak datang setelah waktu istirahat berakhir, ia merasa kalut lagi.

"Positif thinking, mungkin kak Andre mepet waktunya, keburu bel masuk. Paling nemuin pas jam pulang," hibur Elina kemudian.

Maudy melirik sekilas gadis itu. Di mimpi juga positif thinking, tapi hasilnya.. Spontan ia menggeleng cepat, usir pemikiran itu.

Elina mengernyit, "Kenapa lu? Sakit kepala?"

"Gausah bahas out materi. Ganggu fokus ngerjain soal nih," tegur Maudy.

"Yakin fokus? Bukan pura-pura sibuk tapi sebenarnya mikirin kak Andre?" goda Elina.

Justru Maudy sengaja menyibukkan pikiran agar tidak memikirkan hal lain. Tapi terima kasih pada Elina, fokus nya buyar sekarang.

"Sesuka lu berpendapat aja."

Ketika bel pulang menggema, Maudy tahu bunyi itu adalah hal yang paling ditunggunya sekarang. Ia sengaja mengulur waktu berlama-lama — ulas materi, tidak lagi peduli pada sorot pandang anak kelas atau orang-orang yang berlalu lalang didepan kelas.
Pikirannya satu, ketika Andre datang ke kelasnya, ia masih ada.

Tapi setelah 15 menit, Andre sama sekali tak muncul. Perlahan meredupkan pikiran cerah Maudy.

"Kelar nih. Ayuk balik!"

"Langsung balik?" tanya Elina. Iya, sahabatnya itu masih disebelahnya.

"Nungguin apa emang lu?" Maudy bertanya balik, sok polos.

"Gua kira lu sengaja lama-lama dikelas nungguin kak Andre."

Benar, tapi Maudy tidak mengakui. "Ya ngapain, kayak gaada besok aja," dustanya.

Mereka beriringan keluar kelas.

"Lupa gua, lu kan Mody. Yakali gampang kemakan salah paham kayak gini terlalu lama," jawab Elina.

Maudy hanya menoleh padanya sekilas. Benar, seharusnya ia seperti yang Elina katakan. Kenapa juga berlebihan menanggapi mimpi itu?

Selanjutnya langkah Maudy terhenti ketika lihat Andre keluar perpustakaan, dengan wajah sumringah. Tanpa kendali memutar lagi adegan mimpi nya semalam.

Elina juga berhenti, lihat arah pandang Maudy dan berbinar. Hendak memanggil, tapi tangannya lebih dulu di pegang Maudy.

"Jangan panggil," tuturnya datar tanpa sadar.

"Kenapa?" tanya Elina.

Tapi tak digubris. Maudy malah menatap lurus Andre, dengan pupil mata perlahan bergetar. Elina tak mengerti, sekaligus khawatir, jadi dia menepuk pelan bahu Maudy.

Gadis itu terkesiap, mengerjap. "Sorry, gua bengong," cicitnya pelan.

"Apa sih yang lu pikirin?" Elina mulai sewot, tapi tak Maudy tanggapi.

Walking Towards Me [COMPLETED]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant