[Chapter 20] || Salah Paham

628 196 963
                                    

- Salah Paham -
\
\

Gadis itu serampangan berlarian di sepanjang koridor. Lapangan sepi, sebagian pintu kelas terbuka — menampilkan sorot pandang kearahnya dari dalam kelas.

Sampai di muka kelasnya sendiri, sorot pandang mencekam lebih terasa.

"Maaf Bu, saya terlambat," ujar Maudy.

"Silahkan hormat bendera sampai jam istirahat selesai."

Seringai sinis serempak muncul dari teman kelasnya. Ia menuju lapangan, berat hati melaksanakan hukuman.

Maudy sadar dirinya salah — terlambat 15 menit ditambah tak ikut upacara —, wajar dihukum, tapi ini lain. Biasanya guru mentoleransi, dan ia yang meminta diperlakukan adil mendapat hukuman.

Ini perdana nya Maudy langsung ditegasi. Harusnya tak masalah, tapi rasanya buruk. Tentu saja orang bersuka cita melihatnya seperti ini.

Bisik-bisik judge terdengar saat jam istirahat, sorot tajam dan seringai sinis makin banyak terlempar kearahnya. Kalau Sabtu kemarin — dengan presensi murid tidak seluruhnya masuk karena KBM belum normal — Maudy sudah tertekan, apalagi sekarang.

"Guru juga ogah respect. Keliatannya teladan, taunya pacaran sama anak genk juga."

"Itu kan orangnya? Yang di Instagram? Uwah, baru berapa hari pacaran udah nular bandelnya."

"Katanya yang ngehukum Bu Yuli. Mungkin para guru juga udah tau gosipnya, atau liat postingan juga? Mampus, bentar lagi turun tahta gelar anak gurunya."

"Gua nunggu dia didepak OSIS. Mau liat, masih songong ga tuh sama aturan. Atau, dia nanti jadi yang langgar aturan? Bareng pacar wkwk."

"Kak Andre pasti males deketin dia lagi. Siapa lagi dekingannya sekarang? Ah, pacar."

"Seru juga lihat metamorfosis siswa teladan jadi ratu pentolan haha."

Maudy memejam sekilas, konsisten mendongak lihat bendera sambil hormat. Kakinya kebas berdiri hampir dua jam, keringat mengalir sepanjang pelipis. Terus membatin, jangan dengar, jangan dirasa, jangan down karena omongan mereka.

Tapi akhirnya down, kala lihat Andre di koridor setelah waktu hukumannya berakhir. Sosok itu sama sekali tidak menoleh ke lapangan, terus berjalan, naik tangga, dan hilang masuk kelas.

"Mungkin kak Andre ga liat," gumam nya positif thinking. Tapi gunjingan orang-orang soal Andre bersamaan terngiang di otaknya, mengusik.

Makin terusik ketika gerombolan Riko lewat koridor sambil bergurau. Pria yang katanya pacar itu sama sekali tak peduli — malah terkekeh remeh melihatnya.

Dikelas, Maudy disudutkan ditempat duduknya. Ia perlu ekstra tak peduli menghadapi semua itu.

"Kemana El?"

"Duduk belakang. Risih gua jadi pusat perhatian juga disini," cetusnya lalu pergi.

Tekanan Maudy bertambah. Untuk sesaat, ia merasa sekolah itu menyeramkan.

Pulang sekolah, Maudy lihat Andre keluar dari perpustakaan. Perasaannya sedikit ringan, lekas ia panggil pria itu dan hampiri.

"Ada apa?" tanya Andre.

Senyum Maudy luntur. Padahal tadi Andre tampak sumringah keluar perpustakaan, tapi rautnya berubah setelah dipanggil. Bahkan membalas datar Maudy.

Gadis itu salah tingkah. "Eh, enggak. Cuma manggil aja sih. Abis dari perpus kak?"

"Keliatannya gimana?"

Deg!

Maudy mengerjap merasa degup jantung menohok dirinya sendiri.

Walking Towards Me [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang