[Chapter 19] || Absolutely Mine

637 203 1.1K
                                    

- Absolutely Mine -
\
\

Cup!

Seketika rasanya seribu kali blank dibanding pagi tadi. Maudy mematung, matanya membelalak dan bibir membeku. Otomatis menahan napas, minimalisir pergerakan sekecil apapun agar mata dibawahnya tidak terbuka.

Detik ketiga baru motoriknya bisa terkendali. Maudy cekatan berdiri dengan hati-hati, siap menerima apapun reaksi Harry meski masih trans. Tapi pria itu hanya menggeliat kecil, tetap terpejam.

Tiga detik selanjutnya Maudy menegang dengar suara pria.

"Ody,"

Refleks mundur selangkah. Lalu kepalanya disentuh dari belakang. Maudy terlampau cepat menoleh karena terkejut.

"Ngapain di kamar bang Ari?"

Ternyata bang Herdi yang memanggil. Astaga, otaknya kacau sekali! Padahal Maudy memandang Harry tidur dari tadi, tapi malah menyangka dia yang memanggil.

"Tadi disuruh Bunda bangunin bang Ari, nyuruh makan," jawab Maudy.

"Bisa?"

Maudy menggeleng. Bang Herdi mengguncang lengan Harry, sempat bikin Maudy gugup tapi dia tetap terlelap. Hanya ganti posisi tidur.

"Berarti udah makan dia," kata bang Herdi. Maudy mengeryit tak mengerti jadi bang Herdi melanjutkan, "Ari kalau tidur emang susah dibangunin. Tapi dia gabakal bisa tidur kalau perutnya keroncongan. Keluar aja yuk? Pusing Abang sama kamar ini."

Maudy menurut, jalan lebih dulu. Ia berbalik tepat didepan kamar saat bang Herdi menutup pintunya.
"Susah banget dibangunin bang Ari?"

"Tergantung, tidur pulas atau cuma rebahan merem doang. Kalau pulas, ya susah."

"Walaupun diganggu, ga kebangun?"

Bang Herdi menggeleng, terkekeh kecil, "tanya Olin deh, dia sampe kapok bangunin Ari. Katanya, mending bangunin mumi sekalian. Coba, Ody bangunin Ari kayak gimana tadi?"

Maudy tersentak. Tidak mungkin kan bilang perihal kissing?
"Euhh.. manggil doang sih," ujarnya kikuk.

Untung bang Herdi tak menangkap gelagat aneh Maudy. Iya, Maudy susah payah mengontrol diri terlihat biasa meski masih blank.

"Kalau rebahan merem, dipanggil, dia pasti bereaksi. Tadi engga kan? Kebiasaan Ari gitu, jarang tidur, sering begadang, tidur ayam. Tapi kalau udah beneran tidur, cuma dia sendiri yang bisa bangunin diri," jelas bang Herdi.

"Jangankan kita, temen atau pacarnya datang, dia gabakal bangun. Misal ada gempa juga dia gabangun kali."

Semisal ada Bunda atau Bu Rita, pasti bang Herdi kena tegur bilang barusan. Tapi ini Maudy, jelas tak peduli. Setidaknya ia merasa lega mengetahui fakta itu.

Ambil kemungkinan 75% Harry tak akan sadar insiden itu. Sisanya, Maudy tinggal bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Jadi akan terlupakan.

Sialnya, impuls motorik Maudy tidak bisa diajak kompromi. Paginya saat lihat Harry, ia berbalik masuk kerumah — dengan debaran gugup serentak menerjang.

"Loh? Gajadi panggilin Bunda?" Tanya Ayah, kepalanya meneleng dari ruang tengah.

Maudy baru sadar kalau menutup pintu agak keras dari yang seharusnya, makanya Ayah dengar.

"Jadi, tapi Ody sakit perut. Maaf ayah, nutup pintu nya kekencengan," tepat saat itu Maurin keluar kamar, "nah, ada Olin."

Maudy melempar suruhan Ayah pada adiknya, yang untungnya Ayah mengerti dan menyuruh hal sama. Lekas Maudy masuk kamar.

Walking Towards Me [COMPLETED]Where stories live. Discover now