Extra Part || Baby

576 80 214
                                    

Jadi pengangguran itu enak.

Yah, bagi Maudy yang sejak kuliah memaksa diri sibuk, ia beranggapan begitu.
Tapi pengangguran dalam hidupnya selalu seperti hari Minggu — hanya sebentar.

Padahal Maudy berharap bisa bersantai paling tidak setengah tahun — mengingat sebelumnya ia menjelma jadi workaholic lebih parah dari bang Herdi. Kenapa lebih parah? Karena bang Herdi masih ingat pulang, Maudy boro-boro.

Tapi sekali lagi, thank's but no thank's pada Andre. Pria itu menghubunginya pagi tadi, jadi ia mau tak mau meluncur ke perusahaan. Maudy agak curiga, Andre ini bermaksud peduli atau nyiksa? Hobby sekali comblangin dirinya dengan kolega-kolega yang butuh skill-nya.

Jam digital di dashboard menunjukan pukul 4 sore. Maudy di jalan pulang. Beruntung, masih pengangguran, tapi rada bete. Andre menyetujui permintaanya untuk menganggur sampai setengah tahun, tapi menyinggung secara halus setidaknya membuat draft lagu baru Oriqian selama berlibur. Malah mengungkit lagu khusus itu, berhubung punya talent baru yang siap membawakan lagunya.
Nah, kan, niat sekali ngasih libur.

"Amaaaaa!"

Kebetean Maudy luntur ketika turun mobil disambut Dika yang lari ke arahnya. Lekas di tangkap dan gendong.

"Udah mandi beluuuum?"

"Udah dong! Nih cium," balas Dika lucu, lekas dicium pipinya oleh Maudy.

"Hmmm wangiiii~"

"Acik belum mandi Ama, pacaran mulu sama om Rama," adu bocah itu.

"Masih aman kalau ngadu sama Ama, Dika. Ngadu nya tuh sama Om Ari, biar om Rama disentil kupingnya," sahut Najwa, anak bang Teddy.

"Ehhh, gak boleh gitu Najwa. Jangan di kompor-komporin," timpal Maurin yang sedang menguncir rambutnya. Rama ada disebelahnya, juga beberapa bocah lain.

Seperti biasa, bale depan rumah Bu Rita ramai. Para Ibu rumpi juga berkumpul disini.

Setelah asik dengan Maudy, Dika turun dan bergabung kembali dengan bocah-bocah itu. Maudy bergerak salim pada para ibu.

"Hayoo, mau kerja di bagian kota mana lagi?" cibir Bu Sari bergurau.

"Masa baru pulang udah dipanggil kerja lagi," Bu Rita menimpali.

Maudy merespon senyum. Meski dirinya kehilangan sosok Bunda, namun perhatian berlimpah seorang Ibu tetap ia dapat. Tidak ada alasan lagi untuk sedih-sedihan sekarang. Apalagi ketika Maudy beralih lihat Kayla dan bayi di gendongannya.

Gadis itu antusias hampiri Kayla dengan senyum merekah.

"Hallo Dilla, uduuhh cantik nian~ eum wangii hii udah mandi," ujar Maudy dengan nada suara gemas. "Gendong sama Ama siniii."

Diberikan oleh Kayla dengan senyum. Ia sampai lupa kapan terakhir melihat sosok gadis canggung dan kaku ini dulu — yang sekarang sudah banyak ekspresif.

"Bakal pergi lagi Dy?" tanya Kayla basa-basi.

Maudy mengekeh. "Udah kayak trauma gitu ya kalau Ody ditelpon Andre."

"Sadar diri aja ya. Kecil jarang keliatan karena dirumah mulu, udah gede jarang keliatan karena doyan jauh-jauh."

Direspon tertawa lagi oleh Maudy, sembari mencandai bayi 7 bulan di tangannya.

"Tapi pergi juga kayaknya ga bisa deh," sahut Rian disebelah Rama. "Gak yakin Ari ngizinin. Olin aja dibawa nginep di Bandung kemarin, langsung disamperin kan?"

"Tau lah, parah. Gak asik bang Ari. Padahal kan ramean, ada gua juga yang jagain," sungut Rama. "Mau pacaran jadi susah sekarang."

Maurin terkikik. "Ya, maap-maap aja Ram. Bang Ari sayang aku banget sih hehe."

Walking Towards Me [COMPLETED]Where stories live. Discover now