42. Sebuah Pengorbanan

13.9K 1K 272
                                    

MANA YANG NUNGGUIN?? YUK DIRAMAIKAN VOTE & KOMENNYA YA GENGS!! 😤💛

selamat membaca kalian

***

"Lo sebenernya bisa baca maps gak sih?!" Devin membuka helmnya. "Sini dah biar gue aja." hendak merebut ponsel Gio tapi di jauhkan oleh sang empu.

"Berisik!" Gio berujar ketus. Percayalah gak cuma Devin yang panik. Dirinya juga tapi gak seperti laki-laki itu yang terus mendumal membuat kepalanya ingin pecah.

"Abisnya gak sampe-sampe. Kalo Echa gue kenapa-napa gimana anying?" hari semakin sore tapi mereka belom sampe pada lokasi keberadaan Echa.

Gio melotot. "Mau gue bonyokin kayak minggu lalu lo?!"

"Yaelah dasar pemarah, sensian, tukang nuduh!" gerutu Devin sinis. Kadang terlintas pemikiran kok selama ini bisa ya Echa tahan pacaran sama Gio. Padahal dia banyak banget nilai minus ketimbang plus-nya.

"Keberadaan Echa udah deket, kita harus agak masuk ke dalem hutan lewat gang ini." mengabaikan gerutuan Devin lantas Gio turun dari motor selepas memarkirkannya sembarangan.

"Serius gak nih? Gue kira mah lo tau pasti tempatnya." Devin mengekori Gio yang berjalan lebih dulu.

"Gue cuma pernah denger kalo di sekitar sini ada pabrik kosong yang udah bangkrut." ungkap Gio. Matanya tak pernah lepas dari ponsel dan sesekali alisnya mengerut saat titik keberadaan Echa bergerak-gerak sedikit.

"Kenapa bisa bangkrut?"

"Ya mana gue tau, lo nanya seakan gue yang punya tuh pabrik." karena kesal ia menoleh sinis. Nyesel banget ngebiarin Devin ikut. Lagian orang lagi fokus ada aja pertanyaan yang gak penting, bikin darah tinggi.

"Biasa aja kali orang gue cuma nanya." mata Devin menjelajahi sekeliling. Suasana sangat sunyi di tambah matahari mulai turun. Ia langsung mensejajarkan langkahnya dengan Gio.

"Ngomong-ngomong nih hutan gak ada binatang buasnya kan?" gak lucu aja kalo beneran ada terus pada kelaparan berakhir memangsa dirinya, seperti film yang sering ia tonton. Ngebayangin aja bikin Devin bergidik ngeri.

"Kalo takut mending lo balik sekarang. Daripada nanti nyusahin gue."

Devin mengerjap tak terima. Sialan! Gio baru aja meremehkan dirinya, "Bukan takut. Lebih tepatnya waspada, bego!"

"Misalnya ada bagus dong, biar gue bisa ngelemparin tubuh lo buat jadi santapan mereka."

"Anggep aja simbiosis mutualisme. Mereka kenyang dan gue gak perlu repot-repot lagi ngejauhin Echa dari predator macam lo." lanjut Gio dengan santainya.

"Udah lah mending lo diem. Kalo ngomong bawaannya bikin orang hipertensi terus," 

Gio jadi serba salah gini, padahal tadi Devin duluan yang nanya. "Makanya mulut jangan sebelas duabelas kayak cewek."

Devin mengangkat bahu acuh. Tak lama terlihat bangunan tua lumayan besar yang mereka yakini pabrik kosong itu. Sepertinya memang di biarkan terbengkalai begitu aja. Kemudian menarik Gio agar bersembunyi di balik pohon besar karena di depan sana di jaga beberapa orang.

"Gimana gak mau bangkrut, tempatnya di pelosok begini." gumam Devin berbisik.

Ia menarik kepala Gio yang terus mengintip dan menggeplaknya pelan,"Kalo mau ngintip palanya dikit aja anjing nanti ketauan."

"Langsung masuk aja lah! Kita ngapain maen petak umpet coba?" Gio hendak keluar dari persembunyian tapi bajunya di tarik kuat oleh laki-laki yang sekarang menjelma menjadi temen satu team.

Erlangga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang