49. Merelakan Pergi?

15.4K 1K 123
                                    

VOTE & KOMEN JANGAN LUPA 💫

mulai playlist nya nanti kalo uda ada peringatan, oke.

selamat membaca kalian

***

Orang-orang bisa marah tanpa harus nangis. Kok aku selalu nangis ya kalo lagi marah?

***

Kurang lebih tiga jam berlalu. Gio masih setia dengan posisinya berbaring, membiarkan tubuhnya dipeluk layaknya guling. Kalo kalian nanya apa nggak pegal? Jangan ditanya, banget malah. Tapi untuk itu masih bisa ia tahan.

Ia emang tak ikutan Echa terlelap. Justru terjaga memandangi wajah cantik itu ketika sedang tidur. Ingin membangunkan kembali juga Gio mana tega, padahal hujan telah reda dan matahari semakin naik ke atas.

Gio mengukir senyum saat Echa menggeliat. Lalu dia membuka mata dengan sendirinya. "Puas tidurnya?" godanya.

Gadis itu belom menyahut, mungkin masih mengumpulkan kesadaran. Detik berikutnya berujar serak, "Kak Gio udah bangun duluan kok gak bangunin Echa?"

"Gue enggak tidur. Sengaja biarin lo bangun sendiri," Gio nemiringkan tubuh sedikit.

"Kenapa nggak bobo?" tanpa mengubah posisi Echa bertanya, lagi.

"Pengen aja. Di samping gue ada gadis cantik lagi tidur, kapan lagi bisa mandangin sepuasnya." jawaban laki-laki itu sukses membuat Echa menahan senyum. Astaga, dirinya baru bangun langsung mendapat asupan kata manis seperti itu.

"Dasar modus!"

Echa bangun dari ranjang lalu merenggangkan otot. Berjalan pelan menuju kamar mandi untuk sekedar membasuh wajah dan menggosok gigi agar terlihat lebih segar walaupun tidak mandi. Mau mandi juga tanggung nanti aja sore sekalian, itung-itung hemat air.

Lagi juga tak berniat kemana-mana hanya ingin bermalas-malasan di rumah. Masih dengan mengenakan piyama ia mendekati Gio yang melamun menatap langit-langit kamarnya.

"Kak Gio, laper." Echa mengadu sambil mengusap perutnya yang kerongcongan.

Gio mengulum senyum, "Mau makan apa? Atau mau delivery?"

"Gak usah Mama pasti masak. Yuk ke bawah!" ajaknya tak lupa menarik pergelangan tangan Gio agar mengikutinya. Laki-laki itu pun menurut.

Tiba di lantai bawah Echa celingak-celinguk mencari keberadaan Mika. Biasanya jika weekend begini beliau akan bersantai di ruang keluarga. "Ma?" panggilnya tapi tak mendapat sahutan.

"Mama kemana ya?" ia bergumam pada diri sendiri.

Lalu menuju ke dapur namun tidak ada siapapun juga. Gadis itu cemberut kemudian menuntun Gio kearah meja makan. Benar aja, Mika telah masak banyak mungkin sengaja. Juga mendapati sebuah sticky note, Echa membacanya.

Mama keluar sebentar ya sayang ada urusan. Udah Mama siapin makan juga jangan lupa ajak si ganteng

Love u
Mama canci <3

Gio menaikan alis bertanya saat Echa menatapnya. "Mama pergi." kata dia. Ia menanggapi, "Pergi kemana?"

"Cuma bilang keluar sebentar ada urusan katanya." laki-laki itu manggut mengerti. "Yaudah jangan manyun. Kan ada gue, lo gak sendiri."

Erlangga [COMPLETED]Where stories live. Discover now