51. Akhir

26.8K 1.2K 196
                                    

UDA SIAPIN HATI? SIAP RAMEIN JUGA DONG YA BERARTI 🚀⚡

entar baca note sampe paling bawah oke? vote jangan lupa!

***

Terkadang emang harus mendengarkan apa kata hati. Tanyakan, jangan tentang siapa yang kamu cinta tapi tentang siapa yang membuat kita bahagia dan dihargai.

***

Semilir angin berhembus lumayan kencang membuat rambut begerak indah. Sore yang labil, pasalnya dikit-dikit cerah lalu mendung akibat matahari tertutup awan hitam.

Keheningan menyelimuti. Gadis yang sedari tadi terdiam memandangi kekasihnya kini angkat suara. "Jadi, kak Gio udah ke sekolah?"

Gio mengangguk singkat, "Gue terima, sekalian isi formulirnya juga."

"Kapan berangkatnya?" Echa memiringkan tubuh bertanya. Berusaha tetap terlihat baik-baik aja. Meskipun hatinya tidak.

"Lusa." laki-laki itu mendongak, tatapan mereka bertemu dan saling mengunci.

"Kok cepet banget?" ceplosnya. Suaranya pun ikutan bergetar seiring dengan matanya berkaca. Tak menyangka bahwa secepat itu Gio meninggalkannya dan menjalani LDR.

"Gue juga awalnya kaget, kirain masih satu mingguan ke depan eh taunya lebih cepet. Tapi lebih cepet kan lebih baik," tangan Gio terangkat mengusap puncak kepala gadis itu, terkesan sangat lembut.

"Boleh Echa minta waktu kakak seharian ini?" kapan lagi kalo bukan sekarang menghabiskan waktu bersama Gio. Pasalnya ia yakin besok dia akan sibuk untuk mempersiapkan keberangkatannya.

"Nggak ada alesan buat nolak." Gio tersenyum simpul. Menyeka sudut mata gadisnya yang mulai berair, "Karena itu termasuk tujuan gue kesini."

"Waktu cepet berlalu ya sampe gak kerasa hampir satu tahun Echa sama kak Gio." ia menerawang insiden pertama mereka bertemu, berawal dari tabrakan di pertigaan koridor. "Singkat sih, tapi Echa jadi tau gimana rasanya dianggep istimewa."

"Sini peluk dulu," merentangkan tangan seolah meminta Echa masuk ke dalam rengkuhannya.

"Gue makin gak tega pergi kalo lo nya terus nangis begini." lanjutnya ketika isakan perlahan mulai keluar. Gio juga merasa cengkraman tangan Echa pada bajunya.

"Andai waktu bisa diputar. Echa bakal tarik kata-kata waktu itu, Echa gak mau kakak pergi sebenernya." gumamnya tidak terlalu jelas, suaranya terendam. Mode labil dalam dirinya muncul namun itu sebuah kejujuran.

"Kenapa? Bukannya yang lo bilang bener hm? Lo udah besar, bisa segalanya tanpa gue." Gio menaruh dagunya di atas kepala Echa.

Pernyataan kekasihnya membuat Echa membisu. Gio menarik napas dalam mencoba tenang. "Setiap libur gue pasti pulang jangan khawatir."

"Janji akan selalu kabarin Echa?" walau masih gak rela. Mau tak mau ia harus menerima, ini udah menjadi keputusan Gio.

Gio mengangguk tegas. Menyodorkan jari kelingking kearah Echa. "Janji juga sekarang terakhir kalinya nangis karena gue?"

"Kalo itu nggak bisa janji tapi akan Echa usahain." jari kelingking mereka saling menaut dan kekehan pun keluar bersamaan.

"So, mau ke suatu tempat atau gimana?" Gio menawarkan.

"Diluar mendung, nonton film aja deh kebetulan dapet rekomendasi dari Hana." Echa bangkit dan menuntun Gio agar mengikutinya menuju ruang menonton.

Erlangga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang