31. Perkara Nikah

13.8K 1.1K 750
                                    

hai maniezz! Absen dl yuk weekend gini kalian ngapain aja?? 😍

part ini agak panjang, pelan pelan bacanya okay

***

Kantin sudah berada di depan mata. Tinggal beberapa langkah lagi Miko akan sampai. Tapi ia malah menghentikan langkah dan berpikir sesuatu.

Miko menepuk keningnya keras ia melupakan fakta bahwa Echa termasuk jejeran gadis ceroboh. Mengingat fotocopy yang terletak disebrang sekolah dan pukul segini biasanya kendaraan sedang ramainya
berlalu lalang.

Satu pertanyaan terlintas dipikiran nya. Bisakah Echa menyebrang jalan besar itu?

Persetan haus di tenggorokannya ia membalik badan dan berlari menuju gerbang utama. Bahkan ia sempat menabrak seorang gadis yang sedang membawa buku membuat bukunya jatuh berserakan.

Tanpa membantu gadis tersebut ia berteriak sekedar kata maaf.

Saat sampai di dekat gerbang ia menghela napas lega. Ia mengatur napas nya sejenak. Melihat Echa yang celingak celinguk sambil maju sedikit dan kembali mundur saat ada mobil yang melintas seperti ragu untuk melangkahkan kaki.

Echa mulai melangkah maju dan saat itu juga Miko melihat sebuah motor yang tadinya pelan secara tiba-tiba menambah kecepatan menuju kearah Echa. Matanya membulat sempurna.

"ECHA AWASSS!!"

Echa tersentak mendengar seseorang yang meneriaki namanya. Saat ingin menoleh tiba-tiba tubuh nya di dorong dengan keras oleh seseorang sampai ia terjatuh keaspal dan menyebabkan lututnya terluka.

Darah segar keluar hingga menetes ketanah. Gadis itu meringis merasakan sensasi yang sangat perih.
Tangan nya mencengkram erat rok yang ia gunakan guna menahan sakit.

Sementara Miko -seseorang yang menolongnya tadi tak lepas menatap motor tersebut hingga hilang dibalik belokan. Kemudian ia menoleh mensejajarkan tubuhnya dengan Echa dan mambantunya berdiri.

"Lo gimana sih?! Gak liat tadi ada motor apa." sentak Miko tak terkontrol.

"Kalo tadi gue telat dikit aja gue gak bisa bayangin!"

Nafasnya naik turun tapi tak dipungkuri raut khawatir tercetak jelas di wajah Miko. Walau bagaimana Echa adalah sahabat perempuan satu-satunya yang dekat dengan dirinya. Meski ada Hana juga yang sudah kenal lama tapi ia tak dekat dengan gadis itu.

Echa mendunduk takut. Ia semakin kuat meremas roknya hingga kusut tak berani menatap Miko.

Sadar bila gadis di hadapannya takut atau mungkin masih syok Miko mengumpat dalam hati lantaran ia malah membentaknya. Miko mengatur napasnya sebentar dan melirik lutut Echa yang terluka.

"Sorry-sorry! Gue gak maksud. Ayo gue anter ke UKS." Miko mengelus rambut Echa hingga ia mendongak lalu menggeleng.

"Gak mau."

"Kenapa emang? Nanti infeksi kalo gak diobatin."

Miko tak mengetahui jika Echa paling anti dengan ruangan yang menurutnya bau obat-obatan. Melihat Echa yang hanya diam ia berinisiatif menuntun pelan lengan gadis itu agar mengkutinya kembali ke sekolah.

Tapi Echa malah melepaskan tangan Miko dengan mata berkaca-kaca hampir menangis.

"Gak mau ke UKS, bau obat." mati-matian Echa menahan suaranya agar tak Bergetar. Ia hanya ingin mencoba tidak cengeng.

"Oke-oke! Jangan nangis ya, nanti ada yang liat dikira gue ngapa-ngapain lo lagi." panik Miko.

Gadis itu mendongakkan kepala menahan air matanya. Miko melirik sekilas luka di lutut Echa semakin banyak darah yang menetes. Sebegitu kencangnya kah ia mendorongnya tadi? Miko meringis sendiri, pasti perih pikirnya.

Erlangga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang