38. Balasan untuk Zahra

12K 943 346
                                    

Ciee yang abis bangun bobo langsung buka wp, sans satu server kite

Oiyaa, Vote & Comentnya diramaikan skuy biar aku tambah semangat 😻🌼

***

Semenjak pulang dari birthday party Hana hubungan antara Gio dan Echa lekas membaik. Bahkan kembali berangkat dan pulang bersama lagi. Tidak nampak lagi adanya gengsi di antara keduanya. Mereka juga bersepakat untuk lebih terbuka satu sama lain.

Tapi ada satu yang belom Gio ceritakan pada Echa, alasannya menyueki gadis itu. Ia hanya takut ancaman Zahra akan mengganggu pikiran gadisnya dan membuat dia tak nyaman.

Ditambah dua hari lalu Gio menemukan sebuah surat di dalam loker Echa. Berisi kalimat ancaman agar menjauhi dirinya yang tertulis dengan spidol berwarna merah. Waktu itu Echa sedang tembus karena datang bulan dan meminta tolong padanya agar mengambilkan pembalut disana. Untungnya surat tersebut ia temukan lebih dulu bukan Echa. Saat itu juga Gio menyobeknya kasar. Tak perlu dicari tau lagi laki-laki itu udah tau siapa pelakunya.

Mulai dari situ tingkat ke-posesifan Gio semakin besar. Ia tak membiarkan Echa kemana-mana sendiri mengingat Zahra bisa berbuat hal berbahaya yang tidak di inginkan kapan saja. Untung Echa tidak keberatan, malah selalu mengintilinya kemana pun Gio pergi ketika di sekolah kecuali toilet. Ia tak merasa risih atau semacamnya, Gio justru senang memiliki peluang banyak untuk menggoda dan menjahili gadisnya.

"Kenapa diaduk-aduk doang Cha?" tanya Farrel ketika menatap Echa yang memandang semangkuk bakso di depannya tanpa selera.

Gadis itu cemberut dan menopang tangan di dagu, "Kak Gio kemana?" tadi saat berangkat sekolah Gio bareng bersamanya. Malahan laki-laki itu mengantar Echa hingga ke depan pintu kelas. Tapi saat istirahat pertama batang hidungnya tak terlihat seperti hilang di telan bumi.

"Lagi nyari tante girang." ceplos Alvin asal. Laki-laki itu hampir tersedak saat Farrel menepuk keras punggungnya padahal dirinya tengah mengunyah bakso. Emang sialan!

"Kebiasaan mulut lo." omel Farrel membuat Alvin mendelik. "Gak usah pake nabok juga bisa, nyet!" sumpah kalo misalnya tadi ia beneran tersedak Farrel akan terima akibatnya.

Karena sedang lapar-laparnya Farrel mengabaikan Alvin. Tangannya bergerak mengarahkan bakso ke mulut. "Kak Gio kemana?" ulang Echa mendesak ingin tau.

Baru ingin membuka mulut menerima suapannya tapi tertunda karena menyahuti pertanyaan Echa, "Ada urusan sebentar katanya,"

"Urusan apa?" Echa tidak melihat raut Farrel yang udah masam karena suapannya tertunda terus. Ia sibuk menyeruput es teh manis miliknya.

"Kepo lo kayak dora!" celetuk Alvin setelah baksonya abis lebih dulu. Tumben dirinya tak tega melihat Farrel tersiksa. Pasalnya dia tipe laki-laki yang kalo lagi ngunyah males ngomong. Terus kalo pertanyaan Echa gak dijawab gadis itu akan semakin bawel nantinya.

"Biarin Echa kayak dora, lucu. Daripada kak Alvin kayak monyetnya dora." Echa memandang Alvin sengit. Bingung sekaligus kesel, Alvin tuh ibarat Miko tapi versi kakak kelasnya, gak pernah biarin dirinya tenang.

Alvin melotot mendengar kata yang Echa lontarkan, enak aja maen disamain sama seekor monyet. "Gak cowoknya gak ceweknya demen bener ngehina wajah ganteng gue,"

"-susah ya bilang kalo sebenernya kalian iri? Jujur aja, gue gak bakal marah." lanjut Alvin dengan pedenya.

"Lagi ngehalu kak? Kalo iya lanjutin deh, Echa cuma mau bilang gantengan pacar Echa kemana-mana." balas gadis itu dengan senyum bangga.

"Untung lo ceweknya Gio." membuang napasnya pelan Alvin mengelus dada, sabar. Yang dibalas sahutan Echa, "Kalo bukan mau ngapain?"

Oke, selain banyak tanya seorang Echa sungguh nantangin. Ditanggapi nada candaan oleh lawan bicaranya, "Ya gue gebet lah! Yakali bocah gemesin kayak lo dianggurin aja."

Erlangga [COMPLETED]Where stories live. Discover now