14. Jadian?

33.8K 2.9K 561
                                    

ADA YANG NUNGGUIN???

satu vote dari kalian sangat berarti buat aku, so jangan lupa vote dan ramaikan juga comentnya yaa 💫🍒

***

Karena..aku menyayangimu tanpa 'karena'

Echa berjalan keluar caffe sambil menghentak-hentakan kakinya kesal. Sedari tadi bibir mungil nya tak berhenti mengeluarkan gerutuan. Ia benar-benar merasa kesal, malu lebih tepatnya lantaran terciduk tengah cemburu oleh sahabat Gio.

Apa salahnya sih ia cemburu kepada pelayan wanita tadi? Ia tak rela wajah tampan Gio ditatap lama oleh orang lain selain dirinya. Gio hanya miliknya, akan selama nya begitu. Memang sejak pertemuan pertama mereka, Echa sudah langsung jatuh hati pada kakak kelas gantengnya itu.

Bibirnya maju beberapa senti ke depan. Tangannya bersedekap dada, sekarang Echa berada dipinggir jalan. Ia bingung ingin pulang naik apa. Pasalnya kan tadi berangkat bareng Hana, sekarang Echa pulang gimana dong batinnya berpikir.

Bisa saja ia naik bus atau angkutan umum. Tapi masalahnya ia tak tau lokasinya dimana, lumayan jauh juga dari rumah. Gadis itu memang jarang keluar rumah kalau tidak ada yang mengajaknya hangout seperti Hana ini.

Echa lebih memilih berdiam diri di kamar. Menghabiskan berbagai cemilan sambil menonton berbagai macam film kartun. Atau sekedar baca novel.

Saat tengah bingung berpikir tiba-tiba seseorang cowok menggunakan motor ninja hijau berhenti di hadapannya kemudian melepas helm.

Cowok itu bersiul menggoda. "Cewek, sendirian aja."

Echa mengamati baik-baik wajah itu. Ia pernah melihatnya tetapi lupa nama. Maklum dirinya sangat amat susah mengingat sesuatu, terlebih keduanya belum lama kenal.

Setelah berusaha mengingat keras ia menjentikan jari seraya bertanya. "Kak Devin kok ada disini?" ya cowok tersebut adalah Devin.

"Abis ketemu temen, lo mau kemana?" Devin turun dari motornya lalu berjalan perlahan menghampiri Echa.

Laki-laki itu melihat menampilan Echa dari atas sampai bawah seolah menilai dengan mata nakalnya membuat Echa risih.

Gadis itu tak menghiraukan pertanyaan Devin. Melihat Devin yang mendekat kearah nya, Echa mundur perlahan. Ia juga dapat melihat sekilas bibir Devin tersenyum sinis. Tiba tiba perkataan Gio tempo hari terlintas di pikirannya.

"Gak usah dekat-dekat Devin Cha."

"Dia bahaya, Devin gak sebaik yang lo pikir."

Karena tak ingin membuat Gio marah lagi dan ia juga sebenarnya takut dengan tatapan Devin. Echa lantas membalik badan bersiap untuk kabur dari hadapan Devin. Tapi gerak-geriknya terbaca oleh sang empu. Devin sudah lebih dulu menarik tangan Echa kuat.

Di cengkramnya hingga pergelangan tangan Echa memerah. "Mau kemana cantik? Balik bareng gue yuk?"

"Gak mau, Echa bisa pulang sendiri." Echa berujar ditengah ketakutan yang melanda. Ia merutuki tubuhnya yang kini bergetar. Terlihat sekali tengah ketakutan.

"Ayo dong! Kurang apa emang gue? Kurang ganteng??" laki-laki itu terus memaksa sambil menarik Echa agar berjalan mengikutinya.

"IH GAK MAU, KAK DEVIN JANGAN MAKSA DONG." teriaknya keras menyalurkan emosi yang meluap karena terus menerus di paksa.

Sumpah ini tangan Echa sakit banget woy!! Di geret-geret udah kayak kambing. Bener-bener gak punya hati si Devin!

Jalanan yang sepi membuat Echa tak banyak berbuat lebih. Ia hanya terus berontak berusaha melepaskan tangannya yang dicekal kuat oleh Devin. Tapi sepertinya usahanya tampak sia-sia, semakin ia memberontak malah membuat tangannya semakin perih.

Erlangga [COMPLETED]Where stories live. Discover now