26. Sebuah Ancaman

16K 1.3K 787
                                    

kindly vote and comment!! 💫

***

"CEPETAN! LARI KELILING LAPANGAN 10 KALI."

Alvin memasang muka semelas mungkin. Ia tak kuat dengan panas terik siang ini. Bayangkan saja bagaimana panasnya saat matahari tepat berada di atas kepala kalian. "Yaampn Bu! Gak bisa di ganti gitu hukuman nya, panas banget loh ini. Tega banget Bu sama murid nya yang paling ganteng sejagad raya ini."

"Coba ulangi sekali lagi. Kamu ngebantah ibu Alvian Adhijaya?" Bu Yeni menatap Alvin nyalang yang menurut beliau ia sangat menyebalkan. Selalu membantah perintah dirinya.

Alvin menatap penuh harap pada Bu Yeni agar mengganti hukumannya. "Ganti hukuman nya dong Bu jangan lari."

"Bersihin toilet cewe gitu."

Gio menggeplak kepala Alvin. "Otak lo kebiasaan."

"Bantuin gue orang mah. Lagi negosiasi ini." ucap Alvin menatap satu persatu sahabatnya. Tapi tak dihirauan, mereka hanya mengangkat bahu acuh.

"Bu–"

"15 putaran keliling lapangan."

"Kok nam–"

"20 putaran."

Alvin berdecak tak suka. Ia mendapat tatapan tajam dari sahabatnya mengisyaratkan agar dirinya tak perotes lagi yang membuat hukumannya semakin bertambah. "Fine! 10 putaran."

Tadi pada saat jam pelajaran sejarah mereka tidak mengerjakan tugas yang menyebabkan Bu Yeni mengamuk dan berakhir dihukum seperti ini.

Akhirnya mereka pasrah, kemudian mulai berjalan ke pinggir lapangan. Sebelum berlari Gio dkk kecuali Reynand membuka seragam lalu melemparnya. Memperlihatkan kaos hitam polos yang melekat pas di tubuhnya membuat mereka terlihat semakin mempersona dan menggoda disaat yang bersamaan.

Berlari di tengah teriknya matahari membuat keringat berjatuhan mengaliri pelipis Gio. Ia menyekanya sambil mengacak-acak rambutnya yang mendapat teriakan histeris siswi-siswi karena sudah memasuki jam istirahat.

"Anjeng ganteng banget Gio calon masa depan gue."

"Tolong lah gak kuat lihat cowo pake kaos hitam hikss.."

"KAK GIO TIPE ISTRI IDAMAN KAMU KAYA GIMANA?"

"Alvin lopyuuuuu."

"Kak Farrel jadian sama aku yukk!!"

"Senyum dong Rey jangan datar terus."

Gio hanya menggelengkan kepalanya. Ia sudah biasa dengan suasana seperti ini. Tapi tidak dengan Alvin dan Farrel, ia malah memberi kiss jauh kepada beberapa siswi membuat siswi tersebut menduduk malu. Yang di balas kekehan keduanya, seru juga baperin anak orang pikirnya.

Dirasa cukup mereka menghentikan larian nya lalu Gio dkk kembali berjalan ke pinggir lapangan. Tempat tadi ia meletakkan seragam.

"Ganteng lo kaya begitu?" tanya Jovan jengeh melihat tingkah Alvin yang tak ada hentinya menggoda adik kelas.

"Lah emang gue ganteng. Perlu bukti?" 

Erlangga [COMPLETED]Where stories live. Discover now