43. Rumah Sakit

14.6K 1K 293
                                    

JANLUP VOTE KOMEN YAW 💙💙

🎵 Rossa — Jangan hilangkan Dia 🎵

Selamat membaca kalian

***

Kelopak mata Echa perlahan terbuka. Membuat gadis itu mengernyit berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Pemandangan pertama yang ia lihat yaitu ruangan serba putih. Dengan bau khas yang dari dulu dirinya benci.

Ketika menoleh mendapati punggung tangannya terpasang infusan. Echa terdiam, terus berpikir apa yang terjadi hingga menyebabkan dirinya berada disini.

"Mbak Keysha sudah sadar?" seorang wanita berpakaian serba putih masuk ke dalam ruangan. Membawa nampan berisi air minum dan beberapa butir obat.

"Echa ada di rumah sakit ya, Sus?"

"Iya, tadi mbak pingsan cukup lama." Echa terdiam, sampe Suster tersebut melanjutkan, "Mbak harus banyak istirahat dulu. Ini di minum obatnya."

Pingsan? Pikirannya sontak melanglang buana. Ia tersentak saat sudah mengingatnya. Gadis itu memaksakan bangun dari atas brankar. Mencabut secara paksa infusan yang terpasang membuat darah menetes ke lantai. Tak peduli jika sang Suster akan memarahi dan melarangnya untuk pergi.

Dengan langkah gontai Echa berjalan perlahan. Kepalanya masih terasa berat, terlebih dadanya yang sesak memikirkan bagaimana keadaan Gio sekarang.

"Echa?! Kamu apa-apaan sih!" sentak Kevin baru aja masuk terkejut melihat kelakuan adiknya.

"Gak liat itu tangan berdarah-darah?!" terburu-buru laki-laki itu menghampiri Echa dan membawanya kembali kearah brankar.

"Abang! Kak Gio dimana? Dia baik-baik aja kan?" tanya Echa beruntun sambil menepis lengan Kevin yang hendak memampah dirinya.

Kevin mengusap wajahnya gusar, "Bisa gak nurut kali ini aja. Jangan bikin Abang khawatir terus." 

Harusnya kepulangan Kevin ke Indonesia masih minggu depan. Tapi ketika mendapat kabar adik kesayangannya mengalami kecelakaan membuat jantungnya hampir berhenti. Tanpa pikir panjang laki-laki itu langsung mengambil penerbangan detik itu juga.

Echa itu gak ngerti bagaimana kekhawatiran dirinya. Hampir enam jam lamanya gadis itu tak sadarkan diri membuat Kevin ketar-ketir sendiri. Dari Bandara menuju rumah sakit ia seperti orang gila. Berteriak kepada supir taksi agar mengendarai dengan cepat.

"Jawab dulu kak Gio mana? Jangan alihin ya Bang, Echa gak suka." dari nada bicaranya gadis itu gemetar. Perasaannya makin gak enak saat Kevin ditanya justru jawabannya melenceng gak sesuai.

"Tangan kamu berdarah Cha ayo obatin dulu," Kevin tetap kekeh mengalihkan pembicaraan. Seolah tengah menyembunyikan sesuatu dengan menghalangi gadis itu agar tak pergi.

"Abang!" jerit Echa habis kesabaran. Air mata yang sedari tadi terbendung pun akhirnya luruh juga. Kalo emang gak mau kasih tau yaudah gak usah menghalangi dirinya untuk pergi. Setidaknya Echa bisa mencari tau sendiri tentang keadaan Gio.

"Gio kritis, sekarang lagi di ruang operasi." kalo Echa udah nangis gini Kevin mana bisa tahan lagi. Sebenernya ia bukan bermaksud merahasiakan dari Echa. Hanya saja kondisi gadis itu kurang baik sekarang, takut jika mengetahui akan semakin down.

Benar aja, tubuh Echa langsung limbung mendengar penuturan Kevin. Dengan sigap laki-laki itu menahannya. Bisa ia rasakan tubuh adiknya gemetar hebat, "E-Echa mau ketemu kak Gio."

"Abang antar," Kevin membuang napas kasar sebelum menuruti keinginan adiknya.

Di depan ruang oprasi terdapat orang tua Gio serta orang tuanya sekaligus. Kinan menangis tersedu di sebelahnya Mika sedang menenangkan. Mendengar langkah kaki spontan mereka menoleh kearah sumber suara mendapati Echa yang dipampah oleh Kevin menatap dengan pandangan penuh luka.

Erlangga [COMPLETED]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt