5. Kantin

49.7K 4K 327
                                    

SIAPA YANG NUNGGUIN??? 💆

cuma mau bilang jangan lupa pencet bintang dan ramaikan juga commentnya yaa💙💙

selamat membaca kalian

***

Selepas insiden tabrakan itu, Echa kembali ke kelas dengan wajah berseri-seri seperti anak kecil yang mendapat mainan baru. Membuat Hana menyirit bingung menatap sahabatnya itu.

Bahkan selama pelajaran pun Echa menopang dagu dengan tangan sambil melamun dan sesekali tersenyum. Ketika Hana bertanya apa yang terjadi kepadanya Echa hanya menjawabnya dengan gelengan.

Dan kini bel istirahat telah berbunyi. Mereka berdua membereskan buku dan segera pergi menuju kantin. Di perjalanan Echa menengok kearah lapangan, celingak celinguk seperti mencari seseorang tanpa menghilangkan senyumnya.

Hana yang sudah sangat gemas karena dirinya merasa penasaran dengan sikap aneh yang Echa tunjukan berujar, "Heh! Stres lo? Dari tadi senyam-senyum."

Echa melotot tak terima, tapi kemudian terkikik. "Senyum kan ibadah, Hana."

"Tapi senyum lo ada maksud terselubung anjir!! Gue perhatiin dari tadi tungak-tengok ke lapangan, cari sape sih?" Hana berujar sambil memelankan langkahnya dan ikut mengedarkan pandangan.

"Kakak ganteng," ceplos Echa tak sadar. Setelah sadar ia langsung menutup mulutnya, memukul pelan bibirnya karena keceplosan.

Alis Hana terangkat, tertarik dengan ucapan gadis di sampingnya itu. "Siapa kakak ganteng?" tanyanya. Echa menghela napas pasrah sebelum bercerita.

"Gak tau namanya, yang pasti ada di salah satu orang yang main basket tadi pagi itu loh." ia menjedanya sebentar kemudian di lanjut, "Terus pas Echa izin ke toilet di pertigaan deket kantin tabrakan sama dia. Gak sengaja sih, gara-gara Echa gak liat jalan." jelas Echa dengan wajah serius.

"Terus, terus?" cecar Hana ikutan serius. Soalnya bener deh, baru kali ini ia melihat Echa seantusias ini menceritakan soal cowok. Biasanya mah si boncel itu tampak biasa saja.

"Dia bilang kalo jalan tuh pake mata, Echa jawab aja kalo Echa jalan pake kaki bukan pake mata. Abis itu kita tatap-tatapan lumayan lama deh." ujarnya dengan polos.

"Anjirr seriusan lo?" pekik Hana terkejut. Yang dibalas Echa anggukan yakin, "Dari deket dia ganteng banget, sumpah." Echa menunjukan jarinya yang membentuk huruf V.

Hana memandang Echa selidik, "Jadi lo tertarik sama dia?" tanyanya membuat Echa mengangguk antusias.

"Eh tapi bentar, kata lo dia salah satu orang yang main basket tadi pagi?" seakan sadar sesuatu Hana bertanya yang di tanggapi Echa lagi lagi dengan anggukan. "Berarti dia salah satu temennya kak Jovan dong?"

"Kak Jovan siapa? Pacar Hana ya? Kok gak bilang sih punya pac—" cerocos Echa menggebu-gebu tapi terpotong kareba Hana membekap mulutnya.

"Mulut lo gak di filter bener! Ngawur kalo ngomong." ketusnya setelah melepaskan tangan dari mulut Echa.

Echa menyengir, keasikan berbincang tak sadar meraka berdua kini telah sampai di kantin. Suasana yang ramai membuatnya hampir tersedak-desak. Harus pandai menjaga keseimbangan tubuh jika tidak bisa saja terjatuh.

"Rame banget, duduk dimana kita?" Hana mengedarkan pandangan ke seluruh pejuru kantin, diikuti oleh Echa hingga satu objek membuatnya hampir tersedak ludah sendiri.

Gadis itu tak menjawab pertanyaan Hana. Kakinya dengan sendiri melangkah menuju objek tersebut yang seakan menariknya ke sana seperti magnet. Meninggalkan Hana yang mengumpati dirinya.

Erlangga [COMPLETED]Where stories live. Discover now