30. Satu pemikiran

12.4K 1K 619
                                    

"Kalo ada seseorang yang ngusik kehidupan kita padahal kita gak ngusik mereka, tandanya hidup kita lebih indah dari mereka."

***

"Gue butuh bantuan lo." ucap Zahra sambil tersenyum meskipun orang disebrang sana tak melihatnya.

Seorang disebrang sana menyirit bingung. "Tumben minta bantuan gue. Ada apa?"

"Temuin gue di cafe deket sekolah sekarang, gak pake lama." belum sempat lawan bicaranya menjawab ia langsung mematikkan sambungan sepihak. Lalu melangkahkan kaki kearah mobil nya terparkir. Dengan kecepatan sedang gadis itu melajukan mobil ketempat yang tak jauh dari taman ini.

Cafe tampak ramai hari ini mengingat besok adalah weekend. Kebanyakan anak remaja menghabiskan waktu dengan berkumpul ria.

Zahra mengedarkan pandangan dan mata nya terfokus pada satu titik. Dimana seorang cowok yang tak asing tengah duduk dikursi pojok sambil memainkan ponsel. Ia tersenyum kecil mengingat cowok tersebut sangat gerak cepat.

"Gc juga lo sampenya, padahal gue dari taman yang gak jauh dari sini tapi malah duluan lo." ucap nya mengagetkan sang empu. Ia menarik kursi dan mendudukinya.

Laki-laki itu tersenyum, "Buat lo apa sih yang nggak." dan dibalas senyum remeh oleh Zahra. Dalam hati ia bergedik jijik.

"Jadi?" ia menyiritkan alis bertanya kepada gadis di hadapannya ini. Zahra merubah raut wajahnya menjadi serius tapi laki-laki itu melihat sekilas pandangan mata Zahra yang terlihat sendu.

"Gue pengen cewek itu juga rasain apa yang gue rasain atau bahkan lebih parah. Hati gue sakit Dev, gue ada tapi gak pernah dianggep. Perjuangan gue selama ini masih kurang emang? Kenapa buat dapetin Gio susah banget sih." ucapan Zahra terdengar lirih tapi ada nada benci didalamnya.

"Cewek itu siapa? Echa maksud lo?" Devin bertanya dengan bingung. Ia dalam mode loading sekarang.

"Iya lah! Siapa lagi bego!" geram Zahra.

Devin menghela napas, "Mundur kalo udah gak kuat. Buka mata lo Nin, disekitar lo masih ada cowok yang akan mencintai lo dengan tulus."

Termasuk gue batinnya bergumam. Ia mengepalkan tangan. Mendengar perkataan gadis itu hatinya berdenyut nyeri. Sadar kah dia bahwa Devin merasakan hal yang sama.

"GUE GAK AKAN MUNDUR!" napas Zahra mulai naik turun tak teratur lantaran terbawa emosi.

Devin hanya diam. Setelahnya Zahra membuat seringai licik terpancar jelas diwajahnya. Devin menyipitkan mata curiga ia paham betul apa yang ada dipikiran gadis dihadapan nya ini.

"Apa rencana lo?"

Zahra mencondongkan badan agar lebih dekat kearah Devin. Ia membisikan sesuatu yang membuat laki-laki itu terbelalak tak percaya.

"Lo gila, ya?!"

Yang ditanya malah terkekeh, "Gue emang gila karena cinta hahaha. Lo mau kan bantu gue?"

Devin berpikir keras, sepertinya ia bisa memanfaatkan keadaan. Tak rugi juga sebenarnya membantu Zahra lantaran tujuan awal Devin memang ingin menghancurkan Gio. Tapi lewat prantara itu mungkin lebih baik.

"Apa yang gue dapet kalo gue bantu lo?" tanya Devin.

Zahra memutar mata, paham betul tipe-tipe manusia seperti Devin. "Apapun yang lo mau."

"You be my girlfriend, how?"

Devin menyeringai sedangkan Zahra terlonjak kaget akan permintaan Devin. Sialan! Dikasih hati minta jantung, anjing! batin Zahra.

Erlangga [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora