47. Surat Cinta?

12.8K 979 208
                                    

RAMEIN PART INI, OKEYY?? 🍭💙

selamat membaca kalian

***

"Psstt Gio," Alvin memanggil berbisik.

"Anying nengok napa dari tadi di panggilin juga." dumelnya kesel. Mungkin Gio terlalu fokus pada layar laptop hingga tak mendengar panggilannya.

"Woy Gio," ini suaranya yang kurang kenceng apa gimana sih? Kalo ditambah intonasinya takut kedengeran pengawas. Akhirnya Alvin memotong kecil menghapus dan melemparnya pada laki-laki itu.

Alhasil Gio celingak-celinguk untuk melihat sang pelaku. Dan menemukan Alvin dengan pandangan berharap. Ia menggerakan bibir tanpa suara, "Apa bangsat?!"

"Nyontek tai. Diem-diem aja lo, nanti udahan pertama nih," kebetulan tempat mereka duduk lumayan dekat. Walau suaranya berupa bisikan tetep kedengeran.

"Tunggu gue selesai. Gak usah ganggu!" nada peringatan Gio tekankan. Dia tuh tipe yang kalo belom selesai semua males nanggepin panggilan orang. Bukan apa-apa, soalnya kalo lagi konsen di panggilin mulu ujung-ujungnya buyar semua.

"Okey." Alvin mengacungkan ibu jari. Mengganti target untuk mendapat contekan, lantas pandangannya tertuju pada Jovan. "Psssttt Van," Jovan acuh, kayaknya sengaja gak denger.

"Ya Allah kenapa waktu ujian temen hamba pada bolot semua." Alvin mengerucutkan bibir, ngambek.

"Nasib orang bego cuma cenga-cengo doangan," tawa kecil terdengar. Ia menoleh dan mendapati Farrel tengah mengejek.

"Bacot monyet," Alvin mengacungkan jari tengah. Daripada kepancing emosi meladeni Farrel ia memilih menatap lagi layar laptop. Membaca soal dengan seksama siapa tau aja otaknya mendadak encer.

Mereka ber-4 emang satu ruangan ketika ujian karena deretan namanya berdeketan. Hanya Reynand yang terpisah di ruangan sebelah. Tapi gakpapa sih, dia mah otaknya hampir sama kayak Gio, pinter. Lah coba kalo Alvin yang kepisah ruangan, mana ada yang kasih contekan.

"Gue bingung dah. Ini setiap soal kenapa jawabannya pada ada 2 anjrit!" dari semua orang di ruangan cuma Alvin yang mendumel terus. Ia mengacak rambut frustrasi.

"Mamaaaaa kepala Alvin mau meledak," jerit Alvin dalem hati. Sedikit nyesel gak belajar semalem, padahal sang Mama udah mewanti-wanti. Dan yang ia lakukan bulak-balik buku doang, di baca mah enggak. Megang buku juga sebagai bentuk pencitraan biar keliatan belajar.

Iseng, ia menggulirkan pandangan kearah waktu yang tersisa. Dan fuck, sisa 5 menit lagi. Sontak Alvin melongo. Dari 50 soal pilihan ganda ia baru mengisinya 11. Itu pun bermodalkan tang ting tung pakai kancing seragam. Oh ayolah, pelajaran bahasa inggris Alvin gak paham sama sekali.

"Pssttt Vin. Udah belom lo?" Farrel berbisik sembari menunduk sedikit.

"Boro-boro, banyak yang belom." lawan bicaranya menampilkan raut pasrah membuat laki-laki itu menahan tawa.

"Gue udah dong!" pamernya sombong. Alvin berdecih meremehkan, "Paling-paling ngasal semua kan lo?!"

"Yoi! Yang penting keisi semua elah. Bener nggaknya mah belakangan." ini salah satu prinsip Farrel ketika menghadapi ujian. Ada yang sama??

"Ajaran setan!" cetus Alvin. Lalu suara pengawas mengintrupsi jika yang udah menyelesaikan ujian harap keluar ruangan.

Kursi berdecit, Gio, Jovan serta Farrel segera beranjak karena udah selesai. Alvin memandang mereka memelas. Mau nangis aja rasanya!

Erlangga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang