44. Kabar Baik atau Buruk?

12.4K 983 198
                                    

mulmed : Gio si penganut badboy good lips 😍

janlup tinggalkan jejak dan ramaikan komennya, okeyy?? 💛💛

***

"Bunda marah ya kalo kamu becanda Gio." baru juga bangun dari koma, udah di ancem aja. Biarin mau di bilang begitu, tapi sumpah ucapan putranya menghantam keras dada Kinan. Matanya melirik Echa yang diam terpaku.

"Kak Gio baru sadar udah ngajak Echa becanda ya Bunda?" Echa merubah tubuhnya menyamping menghadap wanita paruh baya itu. Tatapannya seolah berbicara meminta Kinan agar mengiyakan pertanyaannya tadi.

Kerutan bingung muncul di dahi Gio. Siapa yang sedang bercanda? Membuat Kinan menyorot serius, "Kamu gak inget sama Echa?"

"Emangnya dia siapa?" sahutnya dengan suara masih agak serak. Rasa penasaran meluap ketika suasana menjadi tegang. Pada kenapa sih??

Echa bungkam lagi, raut wajahnya sulit di tebak. Di sisi lain sangat senang serta bersyukur akan kesadaran Gio dari tidur panjangnya. Tapi kenapa semesta tak berpihak padanya? Ketika membuka mata laki-laki itu dengan entengnya berbicara seolah tak mengingat— oh lebih parah tak mengenalnya.

Jadi ini termasuk kabar baik atau buruk?

Tanpa berniat menjawab pertanyaan putranya. Kinan justru bergegas keluar bermaksud memanggil dokter untuk memastikan bahwa apa yang ia pikirkan tidaklah benar. Mungkin kah Gio hilang ingatan? Tapi laki-laki itu mengingat dirinya.

Gio mengalihkan pandangan. Diwaktu bersamaan kaget saat mata gadis yang tidak dikenalnya berkaca-kaca menatap kearahnya. Kenapa dia hendak menangis? Apa perkataannya barusan menyakiti hatinya?

Baru hendak mengeluarkan suara pintu terbuka lebih dulu. Bundanya masuk bersama dengan dokter, di belakangnya perawat mengikuti. Echa yang peka segera keluar ruangan dengan Kinan. Membiarkan dokter untuk memeriksa Gio. 

Diluar mereka mundar-mandir gelisah. Tak berlangsung lama pun suara pintu terbuka mengalihkan, "Buk, bisa ikut ke ruangan saya?" kata dokter to the point. Spontan dibalas anggukan pasti oleh Kinan.

"Bunda, Echa ikut boleh?" pinta Echa. Ia ingin mendengar langsung mengenai kondisi Gio. Wanita paruh baya itu tersenyum seraya mengelus kepala Echa pelan. Ia mengangguk kecil sebagai tanda mengizinkan. "Boleh sayang."

Setibanya di ruangan, sang dokter dengan sopan menyuruh mereka duduk. Berdeham sebentar lalu mulai menjelaskan, "Begini, di lihat dari tanda-tanda sepertinya Gio mengalami Amnesia Retrograde. Beliau kesulitan untuk memperolah daya ingat di masa lalu. Hal ini disebabkan karena adanya kerusakan pada otak. Sehingga mengakibatkan pasien kehilangan sebagian memori ingatannya."

Echa mematung. Rasanya sedih, sesak, mau marah,  tapi sulit untuk di gambarkan. Sorot matanya tampak kosong memandang lurus ke depan. Kenapa harus dirinya yang Gio lupakan? Apa hubungannya akan berakhir seperti ini?

Kinan menutup mulutnya dengan ekspresi syok, "Anak saya bisa ingat kembali kan dok?"

"Tentu bisa. Amnesia yang Gio alami tidak bersifat permanen. Kita bisa merangsang memori masa lalunya melalui media, tempat atau orang-orang yang beliau anggap special."

"Point-nya harus bersabar, semuanya perlu waktu. Jangan paksa pasien berpikir berlebihan, nanti justru akan berdampak buruk pada kondisinya." lanjutnya penuh peringatan.

Echa mengerjap pelan waktu merasakan bahunya di elus Kinan. Tidak! Semuanya belom berakhir. Seperti kata dokter, amnesia yang Gio alami tidak permanen. Harapan sebenarnya masih ada. Mungkin sekarang Tuhan sedang menguji hubungan mereka.

Erlangga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang