32. Ungkapan Rasa

13.4K 1K 852
                                    

enjoy reading and i hope you like it!

***

Cahaya matahari mulai turun perlahan memasuki celah jendela kamar. Membuat seorang gadis mungil terusik dalam tidur pulasnya. Echa mengerjapkan mata, terdiam sebentar guna mengumpulkan kesadaran.

Echa melihat jam di sampingnya menjunjukan pukul 4 sore. Bisa dihitung kurang lebih sudah 2 jam ia tertidur. Tapi gadis itu masih menguap merasa kurang puas dengan tidurnya. Hingga tersadar sesuatu.

Matanya berusaha mencari dimana kekasihnya berada. Lalu menangkap pintu balkon kamarnya yang terbuka, ia segera beranjak dan melangkahkan kaki kesana.

Menatap terkejut punggung tegap Gio yang pertama Echa lihat. Tengah berdiri membelakanginya dengan tangan yang berada di penyangga pagar. Bukan keberadaan Gio yang membuat ia terkejut. Tapi asap rokok yang mengepul yang dihembuskan berasal dari mulut kekasihnya.

Echa sebelumnya tak pernah melihat Gio merokok. Sejak kapan batinnya bertanya-tanya.

Tak sadar asap itu melayang kearah Echa dan langsung terbatuk kecil. Gio menegang, ia berbalik melihat Echa dengan rambut yang sedikit berantakan dan lipatan tipis di wajah khas orang bangun tidur. Sontak laki-laki itu langsung mematikan rokok dan membuangnya.

"Kak Gio ngerokok?" pertanyaan Echa lebih terdengar seperti pernyataan dari pada pertanyaan.

Gio hanya diam tapi matanya tak lepas memperhatikan gerak-gerik Echa yang mendekat kearahnya.

Gadis itu menangkup pipi Gio lembut. Memberi sedikit elusan disana membuatnya seakan terhanyut dalam tatapan teduh itu.

"Kalo ada masalah kak Gio boleh cerita sama Echa. Jangan malah ngelakuin yang bisa bahayain diri kakak sendiri." ujar Echa menatap kekasihnya lekat.

"Gue gak papa."

Echa mencibik dan memberikan cubitan di perut Gio. "Ih cewek banget jawabannya."

Pasalnya Echa merasa aneh dengan Gio. Terlihat banyak sekali melamun. Entah apa yang terjadi sampai mengusik ketenangan kekasihnya.

"Kenapa bangun? Keliatan nya lo masih ngantuk." tanya Gio berusaha mengalihkan.

"Kak Gio gak temenin sih, jadi Echa bobonya gak nyenyak."

Gio mengacak-acak rambut Echa membuat tambah berantakan. Kemudian mereka terdiam dengan pikiran masing-masing. Mungkin hanya suara angin sore yang berhembus mengisi kesunyian diantara mereka.

"Coba liat kesana deh Cha!" titah Gio sambil menunjuk bunga yang tertata sangat cantik di halaman rumahnya.

Echa mengikuti arah tangan Gio, "Bunga tulip?"

Laki-laki itu mengangguk. "Lo suka?"

"Mama yang suka bukan Echa." elaknya sambil menggeleng.

Gio terdiam sebentar kemudian menatap Echa. "Rata-rata bunga pasti punya filosofi-nya tersendiri. Lo tau filosofi bunga tulip?"

Lagi dan lagi Echa menggeleng. Ya memang ia tak mengetahuinya. Ia bukan tipikal orang yang suka mencari tahu tentang filosofi.

"Sedikit yang gue tau, bunga tulip mengungkapkan fakta bahwa cinta tidak memiliki batas. Menjelaskan tentang keindahan cinta yang tidak bisa diberikan lewat kalimat. Sama halnya dengan rasa cinta gue sama lo. Ibarat lingkaran, gak ada ujungnya."

Gadis itu tersenyum kecil mendengar perkataan Gio. Seperti ada ribuan kupu-kupu yang menggelitik perutnya. "Kayaknya sekarang phobia Echa ganti deh, bukan gelap lagi."

Erlangga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang