10. Gara-gara Bola

35.5K 3.2K 433
                                    

XII IPS 2

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

XII IPS 2


"ALVIN BANGSATT."

"BALIKIN BUKU GUE GAK! SETAN LO."

Kakinya langsung mempercepat langkah hingga orang disekitarnya otomatis menyingkir, karena takut mengganggu aksi kejar kejaran pagi ini.

"GUE PINJEM ELAH." teriak Alvin kepada gadis yang sedang mengejar dirinya dengan napas tersenggal senggal.

"ENAK AJA GUE UDAH CAPE CAPE NGERJAIN LO TINGGAL NYALIN." teriak cewek itu frustasi sambil terus berusaha mengejar langkah lebar milik Alvin.

"GAK BOLEH PELIT NINA SAYANG." celetuk Alvin. Dan ya cewek yang di maksud Alvin adalah Nina sang bendahara kelas. Nina mengamuk lantaran Alvin mengambil paksa buku pr miliknya.

Kericuhan itu terus terdengar menggelegar sepanjang koridor hingga sampai kelas. Untung nya koridor pagi ini tampak sepi. Yang lain hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingakah tom and jerry satu ini yang tidak pernah akur ini. Sudah biasa pikir mereka.

"Balikin udah Vin, kasian itu anak orang sampai kehabisan napas ngejar lo." ucap Jovan jengeh dan diangguki yang lainnya.

Karena kasian Alvin pun memberikan buku milik Nina yang berujung mendapat cubitan maut. Lalu Alvin melangkahkan kakinya menuju teman temannya berada.

"Udah puas kejar kejaran pagi ini?" Gio tertawa kecil melihatnya.

"Puas banget babang Alvin godain neng Nina."

"Nanti juga lo suka sama dia."

Bocah cibir reynand melihat tingkah Alvin.

"Gak ya, sori sori aje ni. Nina bukan tipe gue, tipe gue mah kaya Echa."

Mendengar ucapan Alvin, Gio lantas menoleh lalu menatap Alvin tajam. Alvin yang merasa ada yang menatapnya intens langsung menoleh kearah Gio lalu tertawa kecil.

"Ampun om, elah gak usah tajam gitu natapnya." ucap Alvin sambil mengangkat dua jari. Peach

"Assalamualaikum anak anak mari kita mulai pembelajaran pagi ini." suara Bu Yeni terdengar seketika semua murid langsung kembali ketempat masing masing untuk memulai pembelajaran.


***

Bel istirahat sudah berbunyi dan murid murid sudah berserakan diluar kelas. Ada yang dikantin untuk mengisi perut, Ada yang dilapangan bermain bola basket, Ada juga yang ke perpustakaan untuk sekedar membaca buku atau numpang ngadem saja.

Kini Echa dan Hana tengah berjalan beriringan menuju kantin lewat tepi lapangan. Mereka lebih memilih melewati tepi lapangan, Karena koridor yang terlalu ramai membuat mereka tak mau berdesak desak.

Dari tadi Echa tak ada hentinya menggoda Hana. Lantaran Hana tengah masa pdkt dengan Jovan. Ya Jovan Pratama sepupunya Kak Gio. Hana ini bagaimana sih? Waktu itu melarang dirinya untuk tidak berurusan dengan Gio dkk. Sekarang malah Hana sendiri yang dekat. Dasar!

"Bodo ah sebel gue sama lo. " karena sudah terlalu geram dengan Echa, Hana mempercepat langkah meninggalkan Echa dibelakangnya.

Echa hanya mampus terkikik geli lalu mengerjar Hana.

"Hana marah sama Echa?" tanya Echa saat sudah menjajarkan langkah nya dengan Hana.

Hana tak menghiraukan pentanyaan Echa ia malah semakin mempercepat pinjakkannya. Membuat Echa juga berlari kecil mengerjar. Hingga tiba tiba..

DUKKKK

Dan saat itulah datang bola basket meleset kearahnya tanpa bisa ia hindari.

"Awwww."

Echa merasakan kepalanya berdengung, matanya tampak berkunang kunang kemudian dirinya ambruk tidak inget apa apalagi.

"ECHAAAAAAAAA!"

***

Sama halnya dengan Gio dkk. Mereka tengah berjalan menuju kantin. Lebih milih lewat koridor meski ada jalan lain lewat lapangan yang lebih deket. Panas kata Alvin mah.

Sepanjang jalan gombalan Alvin keluar menemani kegabutan mereka. Dua menit berselang suara teriakan disusul pekikan orang-orang.

Gio mendengar nama gadis yang belakangan ini mengisi hari-harinya lantas langsung berlari secepat kilat menuju area terduga.

Manik matanya berubah tajam. Perasaan panik dan khawatir membuncah dalam hatinya. Sialan!

"ADUH ITU ECHA JIDATNYA BENJOL!"

"Heh anak cowok angkat dong itu malah diem aja kayak patung, Bego."

"Echa kena bolanya siapa woyyy yang lempar gak punya mata apa?!"

"Asli bolanya yang melayang sendiri."

"Eh tolol mana bisa melayang sendiri tanpa di tendang. Gak ngotak anjirrr!!!"

"MINGGIR!!!"

Kerumunan tersebut tersentak mendengar bentakan tersebut. Kaget lebih tepatnya, dimana Gio berdiri dengan muka merah padam dengan urat-urat menonjol pada sekitaran leher.

Menandakan bahwa dia tengah menahan emosi mati-matian. Bukan seperti Gio biasanya, Gio yang mereka kenal friendly tapi datar. Gio yang terkenal keabsurda-nya hilang entah kemana.

Otomatis mereka menyingkir memberi jalan pada sang Most Wanted.

Kemarahannya bertambah meluap melihat Echa tergeletak tak sadarkan diri. Dengan Hana yang menangis di sampingnya. Dan apa yang orang-orang lakukan? Bukannya nolongin, malah jerit-jerit kayak orang tolol.

Gio mendekat lalu mengambil alih mulai menggendong Echa ala bridal style menuju Uks. Mengabaikan mereka semua yang masih membisu.

***

Echa membuka kedua mata lalu mengerjapkan mata beberapa kali. Ia meringis mencengkam kuat kepalanya lantaran pening luar biasa.

"Cha udah sadar? Apa yang sakit?" tanya Gio tiba tiba datang.

Mendengar suara yang sangat ia kenali lantas Echa mendongak melihat Gio disana dengan wajah khawatirnya. Ia langsung menghamburkan dirinya memeluk Gio. Menyembunyikan wajah cantiknya di dada bidang milik Gio.

"Hiks...sak-kit kak...kepala Echa hiks." ujarnya menangis karena tak kuasa menahan pening di kepalanya.

Sesaat Gio mematung menerima pelukan mendadak dari Echa. Tapi tak kunjung lama ia membalas memeluk Echa erat. Mengelus lembut punggungnya, menenangkan. Sambil sesekali mengecup puncak kepalanya.

"Stttt... Pulang aja yuk. Gue anter."

Dengan mata berair yang tampak menggemaskan Echa lantas merentangkan tangan minta gendong.

"Gendongg." rengeknya. Gio sampai melongo melihatnya. Hei tadi menangis tersedu sedu lalu sekarang sudah merengek bak anak kecil.

Gio berjongkok sedikit agar memudahkan Echa naik ke punggungnya. Dengan senang hati Echa naik dibantu Gio mengalungkan tangannya di leher Gio agar tidak jatuh. Lalu menyandarkan kepalanya di punggung tegap milik kakak ganteng nya ini.

Sepanjang koridor banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Tapi Gio tak peduli. Sekarang yang terpenting Echanya.

------------

Tbc

03.03

Selamat sahur semuanya!

see you next chapter

thank you

Erlangga [COMPLETED]Where stories live. Discover now