40. Menyadari Kesalahan

14.3K 1K 242
                                    

Ada yang nungguin? Absen warna kesukaan kalian yuk💙💙

Tekan bintang sebelah kiri dan ramaikan Comentnya 💫

selamat membaca kalian

***

🎵 Luka Yang Kurindu-Mahen 🎵

Seminggu berlalu hubungan kedua insan itu merenggang. Echa sudah kembali masuk sekolah setelah sembuh. Tapi sayangnya dia seolah menghindari Gio. Ketika bertemu pas-pasan di kantin pun gadis itu tak segan membuang muka waktu matanya bertemu dengan mata Gio.

Padahal Gio bertekad memperbaiki semuanya. Namun dibuat rumit karena Echa enggan mendengar penjelasannya. Jangankan mendengar, lihat wajah Gio aja kayaknya udah males. Bingung mesti bagaimana lagi. Gio tak mau masalah ini terus berkelanjutan. Dirinya sangat amat menyesal karena perkataannya waktu itu gak dipikir dulu.

Seperti kata pepatah penyesalan datangnya diakhir kan??

Ditambah Hana yang menghalangi jika Gio ingin menemui Echa. Mungkin gadis itu takut Gio kembali menyakiti sahabatnya. Echa gadis baik, terlalu baik malah. Emang seharusnya di jauhkan dari laki-laki brengsek macam dirinya ini.

Echa dikelilingi orang yang tulus peduli dan menyayanginya, Gio bersyukur akan hal itu. Laki-laki itu juga tak perlu khawatir lagi karena gadis gila yang terobsesi padanya menghilang bagai di telan bumi.

Bicara soal Zahra, dia resmi di drop out dari Angkasa. Seperti dugaan Gio sebelumnya. Dimana berita itu menyebar luas dari mulut ke mulut maupun sosmed hingga sampai ke telinga kepala sekolah. Gadis itu dianggap mencoret nama baik Angkasa yang jelas-jelas terkenal se-Jakarta.

"Abang Lau punya belbi balu, ayo kita maen!" pekik Laura sambil menggedor pintu kamar, mengagetkan sang empu. Masih inget sama adiknya Gio yang berusia 4 tahun ini gak?!

"Buka aja pintunya gak Abang kunci." saat terdengar suara pintu di buka Gio langsung pura-pura tertidur. Ini udah mau larut malem, ngapain juga adik manisnya berkeliaran dan apa katanya tadi? Ngajak maen berbi? Oh no!

Laura mencebik lucu, tangannya ia gerakan untuk membuka kelopak mata sekaligus memencet hidung sang Abang. Telah mengira bahwa ini hanya akal-akalan Gio aja, udah jadi kebiasaan.

"Boongin Lau ya? Bangun ih Abang!" ditepuknya pipi Gio dengan keras sampai pemiliknya mau tak mau membuka matanya.

"Aw sakit," keluh Gio karena Laura tak berhenti menabok pipinya hingga terasa panas. Sembari terkekeh kecil laki-laki itu menyambung ucapannya, "Kenapa sih teriak-teriak? Tumben jam segini belom tidur."

"Mau maen belbi tapi ndak ada temen. Cama Abang ya?" pinta gadis itu penuh harap.

Gio melirik jam sekilas, "Sekarang udah malem, mainnya besok aja. Nanti diomelin Bunda loh."

"Becok teluc tapi ndak jadi-jadi!" Laura cemberut. Emang Gio tuh kalo dirinya ajak selalu bilang besok tapi nyatanya gak pernah jadi, pasti ada aja alesannya. Kan sebelin!

"Abisnya Lau ajak maen boneka, udah tau Abang gak suka." timpal laki-laki itu seadanya. "Tapi Lau cuka!"

"Yaudah maen sendiri aja kalo gak ajak Bunda gih," final Gio pura-pura acuh hingga Laura dibuat mencak-mencak sendiri.

"Ih maunya cama Abang!" gadis itu menarik-narik pelan baju Gio sambil menghentakan kaki kesal lantaran keinginannya tidak dituruti.

Melihat tingkah menggemaskan adiknya Gio jadi merindukan Echa. Raut mukanya berubah sendu seketika. Akhir-akhir ini perasaan nya gak tenang, makan gak nafsu, tidur pun gak nyenyak. Makanya keliatan banget keadaan laki-laki itu kacau. Mulai dari kantung matanya menghitam, tubuhnya juga kurusan.

Erlangga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang