35. Jogging

10.7K 931 401
                                    

Selamat membaca kalian. Ditunggu Vote & Commentnya moms🤘💙

***

Satu kata, tumben.

Itulah yang mewakili sikap Echa hari ini. Pagi sekali ia sudah membuka mata, pukul 5 lebih tepatnya. Padahal sekarang hari minggu. Hari yang digunakan untuk bermalas-malasan dengan bangun siang hari. Maka dari itu biasanya jika weekend seperti ini Echa harus diberi ancaman seperti disiram air oleh Mika untuk membangunkan nya.

Echa menyibak selimut kemudian turun dari tempat tidur. Kakinya melangkah menuju kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya. Satu jam berlalu Echa keluar dari walk in closet sudah siap memakai traning navy dan kaos kebesaran yang membalut tubuh mungilnya.

Rencananya ia akan lari pagi ke taman komplek. Gak ada angin gak ada hujan, tumben kan? Bukan apa-apa, Echa terlalu malas. Lagi pun jika membahas tentang jogging itu bikin sehat, Echa juga sering kok lari keliling lapangan jika datang terlambat. Sama saja bukan?

Tapi berbeda jika ada Kevin, hampir setiap minggu kakaknya itu memaksanya untuk ikut jogging bersama. Dirasa sudah benar-benar rapi ia keluar kamar dan berjalan pelan menuruni tangga sambil menengteng sepatu di tangannya. Echa melihat hanya ada Arga di ruang keluarga. Lantas kemana Mika?

"Selamat pagi, Papa!" pekik Echa berlari kecil kearah Arga memeluknya dari samping kemudian mengecup pipinya.

"Pagi putri papa yang cantik." balas Arga mengecup puncuk kepala Echa membuatnya terkikik senang.

Melepaskan pelukan Echa beralih mengambil duduk di sebelah Arga. Kepalanya menoleh ke kanan ke kiri mencari keberadaan Mika, "Mama kemana, Pa?"

"Bikin kopi buat Papa." Arga menyipitkan mata melihat penampilan Echa yang rapih, "Mau kemana kamu pagi buta gini?"

"Jogging dong. Papa mau ikut?" tawarnya sambil sibuk memakai sepatu. Menalikannya dengan asal yang penting mah kencang.

Tawa Arga pecah mendengar jawaban Echa. "Ini seriusan Echa bukan sih?" membuat Echa mengerucutkan bibir paham betul kalimat yang terlontar dari Arga mengejeknya, "Papa mah gitu,"

Mika datang dari arah dapur membawa nampan berisi kopi dan biskuit. Kemudian meletakannya di atas meja dan duduk di sebrang suami serta putrinya.

"Wah anak mama udah rapi, mau kemana Cha?" Mika melirik Echa yang tengah cemberut. Bener gak sih kalo misalnya pagi-pagi udah rapih tuh orang rumah pada heboh?? Nanya-nanya mau kemana lah, tumben lah.

Arga meminum kopinya sebentar, "Jogging katanya, Ma." sahutnya masih meledek.

Mika ikutan terkekeh semakin membuat Echa merasa kesal, "Kepala kamu gak kepentok kan? Kok tumben?"

"Mamaaaaaa!!!" rengek Echa. Kedua orang tuanya tertawa kecil, putrinya ini sudah beranjak dewasa tapi masih saja manja.

"Becanda. Yauda sana, kalo udah langsung pulang, jangan main di taman sampe gak inget waktu." ujar Mika memperingati.

Echa terkikik geli, pikirannya melayang semasa ia SMP. Saat itu Echa yang disuruh mamanya membeli sesuatu ke warung tapi ia tak kunjung pulang. Mika khawatir dibuatnya, akhirnya memilih keluar rumah untuk menyusul putrinya.

Dan ternyata suatu pemandangan yang membuat Mika mendengus kesal. Putrinya itu malah asik bermain ayunan di taman. Sambil berdecak pinggang dengan mata melotot Mika menghampiri Echa. Yang disambut cengiran tanpa dosa bocah itu.

Sepanjang jalan pulang ocehan nasihat terus keluar dari mulut Mika. Sebenarnya telinga Echa panas mendengarnya, mau tutup telinga tapi nanti ia jadi anak durhaka. Jadi gadis kecil itu pasrah saja, lagi pula itu salahnya.

Erlangga [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang