Their Heart

2.1K 462 54
                                    

#QOTD lebih suka es krim atau keik?

🌟

"Tusuk tepat di jantungnya dengan salah satu dari kedua pasak itu."

Kata-kata itu terngiang di telinga Gian hingga sekarang. Ia sama sekali tidak bisa fokus dengan kuliahnya dan merasakan beban yang lebih berat di bahunya.

Apa ia bisa menusuk Marius dengan pasak ini? Gian tidak pernah membunuh dan tidak tertarik menjadi pemburu hantu di masa yang akan datang atau menjadi ghost buster a la kadarnya. Nyalinya terlalu kecil untuk membunuh meskipun ia berani untuk melawan.

"Jangan lemah, mereka dapat dengan mudah memainkan perasaan manusia terutama karena wajah rupawan yang mereka miliki," lanjut wanita tua itu tadi. Gian tidak tertarik dengan salah satu dari mereka dan ia cukup yakin perasaannya tidak akan mengambil alih pikirannya. Tapi membunuh, meskipun mereka bukan manusia, tetap tidak dapat dilakukannya. Membayangkan harus hidup dengan perasaan bersalah seumur hidupnya membuat seluruh tubuh Gian menggigil. Tapi, apa ia juga dapat bertahan di sekitar mereka terus menerus? Bagaimana jika ini seperti survival game? Membunuh sebelum dibunuh.

Gian memeluk tasnya dengan erat ketika memasuki mobil Marius. Pria itu mengendus di sekitarnya begitu bokongnya mendarat di kursi penumpang. "Baumu berbeda. Aku mencium bau sesuatu yang lain." Hidung Marius terus membauinya hingga ia memeluk erat tasnya lebih erat dan meringsek menjauh

"Aku coba parfum teman," kilahnya.

"Enggak. Ini beda, aku kenal bau ini." Kening Marius berkerut. "Willow?" tebaknya.

Tanpa aba-aba Marius mengambil tas Gian dan mengeluarkan seluruh isinya hingga kedua pasak itu tidak lagi dapat disembunyikannya.

"Pasak dari Willow wood dan perak?" Kedua tangan Marius memegang pasak itu dan melihat ke arahnya. Ekspresinya serius dan berubah gelap. "Jadi, kau mengubah rencana dari kabur ke mencoba membunuh aku?"

Gian merapatkan punggungnya pada pintu mobil saat tengkuknya terasa dingin. "E-enggak, aku gak berniat begitu saat pergi ke toko dekat sini. Hanya cari hal supaya kalian menjauh."

"Apa kau tahu apa yang kami lakukan pada orang-orang seperti kau? Orang-orang yang mencoba membunuh kami?"

Gian meneguk air liurnya dengan susah payah ketika bola mata Marius berubah menjadi merah seperti darah. Ekspresi congkak dan menyebalkan yang selalu menghiasi wajahnya kini sudah luruh, digantikan dengan awan gelap yang menaunginya. Kengerian merangkak dari jemari kakinya, mengirimkan perintah ke seluruh tubuh agar ia keluar dari mobil itu, tetapi tubuhnya sendiri mengabaikannya. Ia masih terdiam di tempat yang sama dengan posisi yang sama.

"Kami mematahkan seluruh tulang di tubuh mereka. Memastikan mereka masih hidup dan berteriak kesakitan saat kami melakukannya. Mereka akan memohon mati, tapi tebak, kami terlalu bermurah hati untuk membiarkan mereka mati terlalu cepat tanpa mengulitnya hidup-hidup." Suara rendah Marius mengirim sinyal bahaya sehingga seluruh bulu kuduk Gian meremang. "Yang terakhir tentu saja kami akan menguras darah mereka secara perlahan. Karena, kami juga memerlukan kalian untuk makanan. Setiap harinya, hingga mereka merasakan neraka di dunia." Ia mengucapkannya dengan suara rendah, menyeret setiap kata yang diucapkannya.

Wajah Gian sudah pias dan ia merasakan darahnya berhenti mengalir. Apa yang ia pikirkan saat membeli pasak itu? Belum sempat menikam mereka yang ada ia sudah mati lebih dulu.

Wajah Marius berada sangat dekat dengannya yang menahan napas lalu pria itu tertawa terbahak-bahak hingga air matanya keluar. "Ya ampun. Ini usahamu yang terbaik hingga aku tidak dapat berhenti tertawa," ujarnya di sela-sela tawa yang tidak kunjung berhenti.

Rasa takut Gian kini sudah berganti dengan marah bercampur malu karena sadar ia dikerjai oleh pria itu terutama karena ucapannya setelah itu. "Kau pikir pasak itu dapat membunuh kami? Kami bahkan sudah mencoba Ash, Aspen, Juniper, Hawthorn dan jenis lainnya selama beratus-ratus tahun. Dan apa katanya, jantung?" Tawa Marius membahana di mobil itu.

"Kami sudah mati dan bahkan tidak memiliki jantung, jadi ke mana kau akan menusukkan pasak itu, Gian?"

2/1/21

Revisi 22/7/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 

 Thank you :) 

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Rumpelgeist [FIN]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora