What Are You?

2.4K 550 110
                                    

#QOTD jenis buku fav kamu itu RomCom atau pure Romance?

🌟

Codru hanya perlu datang, memperlihatkan raut peduli pada setiap ucapan mereka lalu pergi dari sana. Ia tidak terlalu suka beramah tamah dengan orang-orang ini. Ia sampai di kastilnya lewat tengah malam, kakinya langsung menuju ke arah kamar Gian.

Codru masuk melalui jendela, karena tidak sabar untuk melihat gadis itu dan memastikannya aman. Ia lupa bahwa, kastilnya adalah tempat teraman bagi Gian sekarang. Tidak ada yang terlalu bodoh untuk menyambangi tempatnya tanpa menjadi abu.

Codru menyambangi ranjang tempat Gian tertidur. Dahinya dipenuhi dengan keringat serta tidurnya pun gelisah. Gadis itu tidak pernah berhenti diam di satu posisi lebih dari lima menit. Ia berjalan sepelan mungkin, memastikan tidak menghasilkan suara yang dapat ditangkap oleh Gian dan membuatnya terbangun. Permukaan punggung tangannya kini sudah menempel pada kening gadis itu, ia sempat mendengar desahan saat kulit mereka bertemu.

"Panas." Tepat seperti dugaannya. Ia mengirimkan pesan pada Marius agar mencari obat panas dan membawakannya ke kamar Gian. Balasan dari pria itu datang dengan sangat cepat dan berisikan huruf kapital.

Marius
AKU HARUS CARI DI MANA OBAT ANAK MANUSIA JAM SEGINI????

Me
Bukan urusanku, aku hanya mau itu sekarang.

Codru meletakkan ponselnya di nakas samping Gian dan naik ke atas ranjang, sepelan mungkin. Begitu tubuhnya sudah berbaring miring, ia kembali meletakkan tangannya pada dahi Gian.

Matanya dengan rakus menelusuri setiap inci wajah anak manusia di hadapannya. Bulu matanya yang panjang hampir menyentuh pipinya yang chubby. Hidungnya yang kecil tetapi mancung lalu matanya terarah pada bibir Gian yang terbuka. Napasnya panas serta bibirnya tidak memiliki warna pink seperti yang biasa dilihatnya. Bibir itu pucat dan sesekali ia dapat mendengar gemeletuk giginya yang beradu saat tubuhnya menggigil.

Gadis itu terasa berbeda dan familier di saat yang bersamaan. "Mungkin karena sifatnya yang sangat pembangkang. Atau matanya yang meskipun serupa, tetapi menunjukkan perasaannya secara terang-terangan." Telunjuknya kini sudah meninggalkan dahi Gian, menyusuri hidungnya dengan ujung jari telunjuk, hingga berakhir di bibirnya.

Marius membuka pintu kamar Gian dengan raut sebalnya, menaruh kantung obat di nakas." Kau mendapatkannya dari mana?" Ia bertanya dengan suara pelan.

"Kau benar-benar ingin tahu bagaimana aku mendapatkannya?" Marius menaikkan satu alisnya, ia berkata dengan sangat sinis.

"Tidak, aku hanya berbasa-basi. Kau bisa keluar sekarang." Codru mengusir Marius yang kini sudah meletakkan kedua tangannya di depan mulut untuk meredam teriakannya seraya ia berjalan keluar kamar Gian.

**

Saat matanya terbuka, Gian melihat Codru berbaring di sisi kanannya dengan tangan kanan sebagai tumpuan tubuh sedangkan tangan kiri melingkupi dahinya.

Mata Gian terbelalak.

"Kau panas," ujar pria itu seakan berada di kamarnya adalah hal yang wajar.

Yang bisa Gian lakukan hanyalah menepis tangan Codru karena tubuhnya terlalu lemah untuk berdiri dari ranjang.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku sudah bilang kan kau akan sakit? Ini akan berlangsung selama beberapa hari." Pria ity berucap tetapi tidak menjawab pertanyaannya, membuat Gian menggrutu.

"Bukan, apa yang kau lakukan di sini, di kamarku."

"Setahuku, ini kastilku dan setiap kamar yang ada di sini adalah milikku."

Gian memutar bola matanya lalu merapatkan selimut saat giginya beradu. Ia sempat memperhatikan pakaian Codru yang berbeda dari tadi saat mereka terakhir bertemu. Rambut pria itu juga sedikit lebih rapi dari tadi.

"Kau bisa minum obat yang ada di nakas samping ranjang dan tanganku lebih efisien dibanding kompres air." Codru merentangkan jemarinya.

Gian menyipitkan matanya pada Codru yang memberikan senyuman lebar. Ia mengacuhkan pria itu kemudian menggunakan sikunya sebagai penopang tubuh tapi gagal karena ia terlalu lemah.

"Sini, biar aku bantu." Codru mengubah posisinya sendiri sebelum membantu Gian bersandar pada dipan ranjang dan mengambil obat serta air putih. "Minum ini, kau akan tidur dan semoga istirahat yang cukup bisa membuatmu cepat pulih."

"Kalian apa?" Tanyanya setelah menelan pilnya.

"Bukan manusia."

"Itu sangat jelas," balas Gian setelah berdecak. "Maksudku, apa hubunganku denganmu atau dengan kalian jika kalian bukan manusia? I mean, kita bukannya hidup di alam yang berbeda?" 

16/11/20
Revisi 20/7/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 

 Thank you :) 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rumpelgeist [FIN]Where stories live. Discover now