His Room

1.7K 379 29
                                    

#QOTD salah kirim pesan atau ngelike foto gebetan di ig?

🌟

Beberapa hari berlalu dan Gian tidak melihat Codru sama sekali. Entah pria itu menghindar atau memang memiliki banyak pekerjaan yang tidak ia ketahui. Dan omong-omong, bekas gigitan pria itu tidak membuatnya sakit seperti sebelumnya.

Tetapi, ucapan Dacian yang setengah-setengah mengganjal di kepalanya. Banyak yang ingin ia tanyakan pada Codru, tapi gengsinya menolak untuk mencari pria itu terlebih dahulu. Ada bagian dari dirinya yang merasa ngeri jika pria itu menatapnya sama seperti kali terakhir mereka bertemu. Ada rasa asing yang menyelinap dalam dirinya kala itu dan ia sulit untuk mengenyahkannya.

Gian melihat Grigor dan Illie beberapa kali datang dan pergi menuju ruang bawah tanah. Asumsinya, Codru masih menahan Petre di sana. Rasa ibanya muncul kerap kali mendengar suara Illie yang menangis dengan kencang atau hanya menyisakan isakan saat sudah tiba di lantai atas.

Gian menghela napas panjang, berulang kali membolak-balikkan badannya hingga akhirnya menyerah dan duduk di ranjang. "Gue gak bisa tidur." Perasaan bersalah dan penasaran menggerogotinya hingga ia memutuskan untuk mencari Codru. Mungkin tidak ada di kamarnya, tapi apa salahnya mencoba?

Kakinya menyentuh ubin yang dingin, berjalan ke arah lemari untuk mengambil sweatshirt dan juga jogger pants berwarna hitam. Suhu masih terlalu dingin untuk keluar dengan kaos dan celana pendek saja, apa lagi tengah malam begini. Bisa-bisa ia terkena hipotermia. Okay, itu berlebihan.

Ia keluar kamar setelah mengganti pakaiannya. Menyusuri lorong dengan cahaya remang-remang hingga menemukan tangga untuk ke atas. Seingatnya Dacian pernah bercerita mengenai kamar Codru yang berada di lantai atas. Dua lantai di atasnya, tepatnya.

Matanya tidak bisa berhenti menatap kastil ini, semuanya terlihat megah tetapi terlalu gelap. Bahkan chandelier besar di tengah ruangan pun tidak dapat menerangi kegelapan. Cahayanya terlalu redup untuk menerangi kastil ini. Bantuan yang didapatkannya hanyalah dari cahaya bulan yang bebas menerobos masuk dari jendela-jendela besar yang memenuhi kastil ini.

Matanya melihat ke sana ke mari. Mencari kemungkinan kamar Codru di antara tiga double door raksasa yang berjejer. Lantai ini sedikit berbeda dengan lantai lainnya. Semua hal yang ada di sini seakan mengingatkannya pada Codru. Mulai dari warna hingga aksen keemasan yang berada di sekitar dinding dan juga pintu-pintu besar itu. Ia memutuskan untuk membuka yang pertama, ruang kerja dan tidak ada penampakan Codru di sana.

Laku kakinya melangkah menuju pintu kedua, membukanya dengan pelan. Melongok untuk melihat di dalam ruangan, namun tidak juga melihat pria itu. Tapi, ia berhasil menemukan kamarnya.

Kamar bernuansa gelap segelap aura pria itu tersaji di hadapannya. Tempat tidur berukuran super besar berada di tengah ruangan dengan berbagai ornamen bantal berwarna emas dan juga seprei dari satin berwarna hitam. Dia tahu satin karena baru saja jemarinya memastikan hal itu. Duvetnya pun berwarna senada, hitam.

Selain ranjang, Gian hanya melihat beberapa lukisan tergantung di dinding dan juga chandelier di tengah ruangan sebagai penerang. Yang omong-omong terhitung gagal karena ruangan ini masih sangat gelap menurutnya. "Mungkin mereka bisa melihat dalam gelap?" tanyanya pada diri sendiri.

Baru Gian mau membalikkan badan karena memutuskan menginvasi ruang pribadi seseorang saat mereka tidak ada adalah hal yang tidak sopan, embusan angin tiba-tiba terasa di tengkuknya. "Kami bisa melihat dalam gelap dengan sempurna." Suaranya sangat serak dan dalam hingga Gian terlonjak.

"Apa yang kau lakukan di sini, Little One?"

Jantungnya terasa turun hingga ke perutnya sekarang. Namun, ia sadar bahwa pria itu kembali menyebutnya Little One alih-alih 'dia'. Ia tidak dapat menatap wajah Codru, tapi cukup yakin nada suaranya tidak semengerikan terakhir mereka berbicara. Tidak ada nada tajam dan nada pria itu pun sekarang kembali mendayu, seakan tengah merayunya untuk memberikan jawaban. Dan itu yang akan ia lakukan. "Aku hanya sedang tidak bisa tidur."

"Jadi, kau memutuskan untuk berkeliling kastil tengah malam?" Pria itu melepaskan jaketnya, lalu disusul dengan dasi serta dress shirt yang sudah tergeletak di lantai. Meninggalkan tubuh bagian atasnya tanpa sehelai benang pun hingga Gian dapat melihat bahu yang bagai pahatan di patung dewa Yunani yang pernah dilihatnya di internet saat berjalan menuju satu ruangan, yang baru ia sadari ada di sana. Meninggalkan Gian yang kehilangan kinerja mulut pembangkangnya selama tiga kedipan mata. 

11/3/21
Revisi 24/7/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 

 Thank you :) 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumpelgeist [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang