Let's Get You Warm

2.1K 472 50
                                    

#QOTD high heels atau sneakers?

🌟

"Tunggu-tunggu, bukannya aku bagian dari perjanjian dan tumbal untukmu?" Gian membalikkan tubuhnya hingga mereka berhadapan. Pertama kalinya dalam malam ini ia memperhatikan penampilan Codru setelah menganggapnya angin lalu.

Codru memakai kemeja berwarna hitam dengan celana dan sepatu pantofel berwarna senada. Rambutnya yang pirang tidak berubah dari terakhir yang Gian ingat saat pertama kali mereka berjumpa. Di dekat rumahnya dengan Codru yang memakai tux berwarna hitam. Hell, bahkan tidak ada yang berubah dari penampilan pria itu. Gian hampir memukul dirinya sendiri saat sadar kalau pria itu sudah tidak dapat bertambah tua meskipun umurnya sudah seperti fosil.

"Di situ bagian terlucunya." Codru terkekeh namun wajahnya tampak muram. "Kau seharusnya jadi korban persembahan dari moyangmu. Seharusnya tidak memakan waktu selama ini, tapi The Deity berkata lain dan kau jadi satu-satunya jalan untuk membinasakanku."

"Caranya?" tanya Gian ngeri.

"Membunuhmu. Menusuk jantungmu dengan pasak karena selain berdetak untukmu, jantungmu juga berdetak untukku."

Tubuhnya lemas sekarang. Seluruh tulangnya terasa lumer dan tidak dapat menopang tubuhnya sendiri. Gian terduduk di rumput saat menyadari bahwa dirinya sedang dalam bahaya. "Jadi, karena itu ada kudeta dan orang-orang akan menculikku untuk membunuhku agar kau binasa?"

Codru berjongkok, tangan kanannya mengelus rambut Gian untuk menenangkan perempuan itu. "Iya, karena itu kau tahu kan kalau kau sedang dalam bahaya? Kau tidak bisa berada di sembarang tempat tanpa pengawasan karena yang kita bicarakan ini musuhku, jenisku dan itu tidak sedikit, Little One. Ada banyak yang ingin mengambil posisiku dan mereka akan melakukannya dengan berbagai cara."

Tangan Gian gemetar, bukan karena angin malam yang kini semakin menusuk, tapi karena sadar kalau hidupnya kini dalam bahaya yang amat besar. Codru meraih tangannya ke dalam genggaman, tidak membuatnya merasa lebih baik karena tangan pria itu jauh lebih dingin dibandingkan udara dan tangan itu juga yang menjadi sumber ketakutannya. Bagaimana ia dapat bertahan dengan makhluk-makhluk yang gerakannya saja dapat berubah dalam sekali kedipan matanya?

"Kau akan baik-baik saja. Marius, Dacian dan Abel sangat kuat," kata pria itu seakan dapat membaca ketakutannya. Sayangnya, apa yang diucapkan oleh Codru sama sekali tidak menenangkan badai ketakutan yang bergemuruh di dalam dirinya.

"Kau? Apa kau lebih kuat dibandingkan mereka?" Gian bertanya saat ia dapat melihat pria itu tidak memiliki keraguan sama sekali. Sekali lagi ia mencoba mencari celah atau apa pun yang dapat membuatnya memiliki alasan untuk segera terbang kembali ke Indonesia. Di sana seharusnya lebih aman kan? Apa ada perjanjian ekstradisi juga di para hantu-hantu ini?

"Iya," jawab pria itu dengan lugas, menariknya dari pikirannya yang mulai aneh.

"Kalian hanya berempat, dan musuh kalian pasti lebih banyak ketimbang Horia dan teman-temannya itu kan?"

Codru melipat bibirnya ke dalam sebelum berdecak. "Ah, untuk Horia kau sudah tidak perlu memikirkannya lagi." Ia memiringkan kepalanya mendengar ucapan Codru itu, "Dia sudah mati, intinya itu dan kau tidak perlu mendengar cerita lengkapnya." Codru menjawab pertanyaan yang tidak diucapkannya dengan gelengan kepala. "Selama mereka tidak menyerangmu, aku tidak terkalahkan." Pria itu mencoba meyakinkannya lagi saat ia tidak juga membuka mulut untuk memberikan protes atau mencari alasan lain.

Gian menatapnya bingung. "Kau semacam raja terakhir kalau di gim maksudnya?

Codru tertawa mendengar rujukan, "Setiap makhluk mempunyai The Ruler, Little One. Dan aku kebetulan menjadi The Ruller untuk kaumku selama berabad-abad. Kami ada untuk menjaga batasan yang sudah ada di perjanjian beribu tahun lalu antara setiap makhluk," terang pria itu.

"Tunggu, 'setiap makhluk'? Ada jenis lain selain kalian?" Matanya membesar mendengar informasi baru ini sedangkan Codru menaikkan sebelah alisnya.

"Menurutmu kalau aku ada maka makhluk lain tidak mungkin ada, begitu? Penyihir, manusia serigala, peri, nymph--"

Sebelum Codru lanjut menyebutkan makhluk-makhluk yang selama ini Gian yakini hanya lah dongeng dan cerita konyol, ia sudah memotongnya dan meletakkan telapak tangannya pada bibir Codru. "Setop! Aku gak mau dengar lagi."

Codru menurunkan tangan Gian dari bibirnya, memberikan kecupan di telapak itu sebelum berbicara kembali, "Aku harus mengunjungi The Ruler setiap makhluk untuk memastikan tidak ada yang bekerja sama untuk menggulingkanku."

"Aku gak pernah menyangka akan mendengar politik di makhluk seperti kalian," gerutunya, Codru tertawa pelan.

"Let's get you warm first, bibirmu sangat pucat." Codru menggendongnya tanpa aba-aba dan melompat keluar dari labirin itu menuju jendela kamarnya. Ini bukan kali pertamanya, tetapi Gian tetap merasa tidak akan pernah terbiasa dengan hal ini. Pria itu membaringkan Gian di ranjang kemudian memakaikan selimut sebelum menempatkan bokongnya juga di ranjang.

Semuanya kini jelas di kepalanya, kenapa Horia menanyakan Codru padanya dan kenapa ia diculik. "Bagaimana mereka tahu mengenai aku? Kalau Horia mencariku, berarti mereka tahu akan hal ini kan? Berapa banyak orang yang tahu?"

"Aku tidak tahu untuk hal itu karena yang tahu mengenai kau hanya lah orang-orang yang tinggal di kastil ini. Kemungkinan ada salah satu penyihir yang turut serta dan melanggar perjanjian. Sudah merasa hangat?" Codru duduk di sampingnya, memakaikan selimut hingga di bawah dagunya. Kedua kaki pria itu berada di atas ranjang.

"Kau akan pergi lagi?" Gian tidak menjawab pertanyaan Codru dan memilih bertanya balik. Gian ketakutan, tentu saja. Siapa yang tidak takut saat tahu begitu banyak orang yang berminat untuk membunuhnya.

"Ya, aku harus mengunjungi para penyihir. Hanya mereka yang belum kutemui."

Tanpa Gian sadari tangannya memegang lengan kemeja Codru dengan tangan bergetar.

"You little pussy cat." Codru terkekeh pelan. Melepaskan pegangan Gian pada kemejanya lalu beringsut ke posisi tidur dengan tubuh miring menghadapnya, satu tangan pria itu melingkarinya tubuhnya yang berbalut selimut tebal. "Tidur, Little One. Tidak akan ada yang mengganggumu."

"Ngapain peluk-peluk?!" protesnya, berusaha tampak garang. "Ini semua terjadi karena kau!" Gian meronta namun tubuh Codru tidak bergerak sama sekali bagai tembok.

"Kau ketakutan dan omong-omong, berhenti mengeluarkan cakar kitten-mu karena kita sama-sama tahu kalau kau membutuhkanku untuk menjauhkan mereka sama seperti aku yang membutuhkanmu tetap hidup untuk diriku sendiri."

7/1/21
Revisi 22/7/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 

 Thank you :) 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rumpelgeist [FIN]Where stories live. Discover now