Still Once Upon A time

2.6K 394 32
                                    

#QOTD jenis buku fav kamu itu RomCom atau pure Romance?

🌟

Baru dua minggu berlalu dari terakhir Stefan menjejakkan kaki di hutan ini, ia harus kembali lagi. Kali ini sang Raja yang memintanya agar dapat melihat pemintal emas itu secara langsung dan bagaimana alat itu bekerja. Kakinya berhenti lagi di tempat yang sama. Biarpun ini kali kedua, Stefan tidak dapat menghentikan jantungnya yang berderap dengan cepat. Keadaan sekelilingnya terlalu hening hingga ia memanggil Codru beberapa kali dan angin berembus kencang seperti saat pertama kali. Dengan tangan yang terkepal, Stefan melihat sekelilingnya, mencari bayangan dari Codru yang bisa saja muncul kapan saja.

"Apa kau membawa lembuku?" sapa suara yang berdiri di kegelapan. Pakaiannya kini berwarna hitam pekat tanpa warna lain di sana.

Stefan menarik napas panjang lalu mengembuskannya sebelum menjawab, "Tidak, tetapi aku hendak meminjam pemintalmu lagi."

Codru terkekeh mendengar jawaban anak manusia itu, "Kau bahkan belum membayar hutangmu, namun kau ingin meminjam lagi?" Anak-anak manusia ini tidak pernah berhenti untuk mengejutkannya dengan kebodohan atau ketamakan.

"Aku akan langsung membayarnya setelah ini. Kali ini, Raja yang meminta untuk melihat pemintal itu," jawab Stefan dengan tenggorokan yang tercekat. Rasanya ia tersedak batu besar sehingga susah untuk berbicara lancar dan bernapas.

Codru menganggukkan kepalanya, seringai itu kembali muncul setelah teringat apa yang dimiliki oleh anak manusia di hadapannya. "Kali ini, apa yang akan kau berikan padaku?" pancingnya. Seluruh arah pembicaraan ini sangat berpihak pada apa yang direncanakannya semula.

"Sepuluh ekor lembu," jawab Stefan dengan tegas dan cepat. Tanpa diketahuinya bahwa Codru memiliki rencana lain.

"Sepuluh lembu tidak sebanding dengan permintaan Raja, Stefan. Kau membohonginya maka nyawamu dan nyawa keluargamu taruhannya. Taruhannya terlalu tinggi hanya untuk sepuluh ekor lembu."

Napas Stefan terhenti seketika mendengar ucapan Codru, di kepalanya tidak pernah ada skenario seperti ini mengingat yang pertama kali sangat lancar. Ia berdeham dengan gugup, "Lalu apa yang kau inginkan?"

"Keturunanmu." Codru tersenyum senang, "Berikan aku satu keturunanmu. Aku tahu kau memiliki anak lelaki yang baru saja lahir. Berikan anak itu padaku, maka akan kupinjamkan pemintal itu," timpalnya tanpa memberi ruang Stefan untuk tersadar dari keterkejutan. Codru dapat mendengar detak jantung pria itu yang kini sudah berderap dengan sangat kencang. Tubuh Stefan terasa lemas seketika.

"Bukankah kaummu sudah dilarang untuk meminum darah kami?" tanyanya dengan hati-hati. Perjanjian yang dibicarakannya adalah perjanjian manusia dengan para makhluk-makhluk yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Setelah banyaknya populasi manusia yang binasa karena dijadikan makanan oleh para Vampir, Werewolf, Banshee, Chimera dan lain sebagainya. Kekacauan semakin parah kala para makhluk itu memperebutkan daerah kekuasaan. Para Faeries, Elf dan Gnome yang menjadi penengah dan memaksa mereka untuk duduk bersama agar ada keseimbangan.

Codru mengedikkan bahunya, "Perjanjian itu memang melarang kami meminum darah kalian, tetapi di sana juga tertera bagaimana kita tidak akan mengganggu satu sama lain untuk keseimbangan. Kau yang pertama mendatangiku. Kau yang pertama kali melanggarnya." Ia membutuhkan pasukan yang dapat dibentuknya, sehingga bayi-bayi manusia itu merupakan pilihan yang tepat. Membiarkan para bayi itu tumbuh dewasa lalu mengubahnya saat usia mereka menginjak tujuh belas tahun.

Kedua tangan Stefan kali ini sudah dingin. Anaknya yang diminta oleh Codru adalah anak lelaki satu-satunya setelah penantian bertahun-tahun dan enam anak perempuan yang dimilikinya. Namun, benar yang dikatakan oleh Codru. Jika ia tidak memperlihatkan pemintal itu, maka bukan hanya dirinya yang akan mati, tetapi seluruh keluarganya. Wajah istri yang dicintainya muncul dan membayangkan melihat wanita yang dicintainya itu meninggal karena mulut besarnya mulai menggerogotinya pelan-pelan. Jadi, Stefan mengambil keputusan tanpa pikir panjang. "Baik. Aku akan memberikan putraku padamu."

"Baiklah. Pulang dan kau akan menemukan pemintal itu di pagi hari."

Anak manusia itu menghilang dari sana dan sepasang mata yang sedari tadi berdiri di balik bayang-bayang pohon muncul. Wanita itu memerhatikan interaksi Codru dan juga anak manusia itu sejak pertama kali ia datang untuk meminta pemintal emas miliknya. "Codru, anak manusia itu akan membohongimu. Mereka jenis yang tidak dapat dipercaya," tukasnya.

Rambut panjangnya yang bergelombang menjadi perhatian pertama Codru. Tangannya menyentuh rambut itu, memainkannya dengan jari telunjuk. "Aku tahu. Tetapi, apa menariknya permainan tanpa tantangan?" tanyanya balik. Senyumnya tidak juga luntur membayangkan trik apa yang akan dimainkan oleh anak manusia itu nanti. Yang ia tahu pasti, ia akan mematahkan seluruh semangat hidupnya hingga yang tersisa hanya tubuh tanpa jiwa jika ia berani mengingkari janji.

Sosok itu kini sudah berdiri di bawah sinar bulan. Menampilkan kecantikan yang tidak akan pernah membuatnya bosan. Terutama kedua mata yang menjadi ciri khas dari wanita itu. "Kau tidak dapat bermain dengan para anak manusia itu terus menerus," tegur wanita itu pelan, tangannya yang lembut kini sudah berada di pipi Codru. Ia menutup mata, menikmati sentuhan itu.

Codru mengedikkan bahunya, "Bukan aku yang datang pada mereka. Bukan aku yang melanggar perjanjian untuk menjaga jarak. The Deity sudah pasti tahu seberapa tamak makhluk yang diciptakannya." Wanita itu menghela napas, ia tampak tidak akan beradu argumen lagi dengan Codru. Pria itu lantas tertawa, menarik tubuh wanita itu dalam pelukan. "Kita harus pulang, Sorina. Tubuhmu terasa dingin." Codru melepaskan jubahnya, lalu memakaikannya pada Sorina. Ia tidak pernah perlu menggunakan jubah karena suhu tubuhnya yang memang sangat rendah, tetapi Sorina tidak demikian.

"Sorina," panggilnya lagi setelah ia kembali menariknya dalam pelukan.

Wanita yang berada dalam pelukannya menengadahkan kepalanya. Suaranya yang lembut terdengar merdu di telinganya, "Ada apa?"

"Tidak ada. Aku hanya suka saat mengucapkan namamu. Sebuah ironi memiliki kekasih yang memiliki nama dengan arti matahari sedangkan aku adalah makhluk yang hidup dalam kegelapan malam," jawab Codru. Matanya sudah tertutup, membiarkan tubuhnya memeluk mataharinya lebih lama sebelum mereka pulang.

Tangannya kini mengelus surai Sorina, "Aku suka rambutmu. Tetapi, aku lebih suka saat dia berantakan di atas ranjang. Jadi, sebaiknya kita pulang sekarang." Dengan cepat, Codru menggendong Sorina yang tertawa pelan.

29/6/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 

 Thank you :) 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rumpelgeist [FIN]Where stories live. Discover now