His Little Pleasure

814 168 24
                                    

#QOTD lebih suka mie atau nasi?

🌟

"Dru, kita mendapat petunjuk keberadaan Horia dan kawanannya," ucapan Abel itu membuat mereka berakhir di salah satu hutan di bagian barat. Membuatnya harus memutar balik karena mereka datang dari arah sebaliknya. Hanya ia dan Abel, mereka belum sempat mengabari yang lain karena tiba-tiba harus mengunjungi tempat ini.

"Apa kau yakin kita tidak perlu mengabari yang lain?" Abel berbisik di sisi kanannya. Mereka tengah berjongkok di belakang semak-semak, jaraknya cukup jauh dari pondok musim panas yang berada di tengah hutan. Cukup agar Horia dan teman-temannya tidak dapat membaui mereka berdua atau mendengar pembicaraan mereka. Hutan yang ramai dengan suara hewan-hewan pun membantu menyamarkan suara mereka. Ia menajamkan pendengarannya, sayup-sayup ia dapat mendengar suara dari dalam pondok itu serta suara kayu yang berderit saat mereka berjalan.

"Ya. Mereka hanya tiga orang, Bel. Dan selain trik-trik aneh yang mereka miliki, mereka tidak sekuat itu. Kita berdua cukup untuk melumpuhkan mereka," jawabnya dengan yakin. Dari segi teknik bertarung, Horia jauh di bawah mereka, hanya saja ia tidak tahu bagaimana kawanan ini bisa menghilang dari radarnya sesudah muncul di satu daerah. "Tidak ada pintu belakang 'kan?"

Abel menggeleng," Hanya satu jendela di sisi kanan dan kiri rumah, berukuran lumayan besar, serta satu di dekat pintu utama. Selebihnya tidak ada jalan keluar."

"Ingat, Bel. Kita perlu mereka hidup agar dapat melihat ingatannya."

Abel memutar bola matanya, "Dru, kau sudah mengatakan itu keempat kalinya. Dan aku tidak akan membunuh mereka, Dru. Sedikit luka serta bagian tubuh terpenggal adalah batas maksimal. Api tidak akan aku gunakan." Abel kembali mengulang hal yang diucapkannya. Sama seperti sebelumnya dan kali ini dengan nada bosan.

Hanya dengan itu saja dan mereka sudah menyerbu pondok yang dihuni oleh Horia. Codru langsung mengincar leher pria itu sesudah mereka masuk ke dalam, memastikan Horia tidak dapat pergi ke mana-mana atau kabur lagi kali ini. Ia membiarkan Abel mengurus dua orang lainnya seorang diri. Satu perempuan sudah ditusuknya dengan pisau di bagian dada hingga tertancap di dinding kayu, teriakannya terdengar hingga menggetarkan kaca. Tetapi, Abel tidak menghiraukannya, terlalu sibuk dengan adrenalin ketika bertarung melawan satu pria lainnya.

"Hai, tidak menduga keberadaan kami di sini?" Codru mengangkat tangan kanannya yang mencekik Horia. Tangan lainnya digunakan oleh pria itu untuk menusuk kedua tangan Horia dengan pisau kecil yang selalu dibawanya di dalam saku, menempelkannya di dinding. Abel memberikannya ide untuk membuka mulut Horia seraya memberikannya hiburan setelah berminggu-minggu harus mengurusi masalah yang mereka ciptakan.

"Karena aku tidak suka berbasa-basi, bisa kau katakan siapa yang menyuruhmu?" Codru langsung pada inti pembicaraannya. Ia hanya ingin segera pulang setelah pergi selama beberapa hari ini.

Horia berusaha untuk melepaskan kedua tangannya, namun Codru justru menusukkan pisau itu semakin dalam di kedua pergelangan tangannya. Menahan pisau itu pada tempatnya, seraya memberikan tekanan saat pria itu tidak juga memberikan jawaban. "Sepertinya, kau tidak berniat memberikan jawaban." Ia berjalan menjauh dari Horia. "Bel, pinjamkan aku pemantik milikmu," ujarnya. Abel melemparkan pemantik itu setelah memberikan pukulan terakhir pada lawannya.

"Kenapa tidak kau baca saja ingatanku?" Bahkan di tengah keadaan terdesak pun pria di hadapannya itu masih dapat mengejeknya. Salah satu sudut bibirnya terangkat. "Atau kau tidak dapat menemukan satu pun ingatan di kepalaku?" lanjutnya.

Codru mengedikkan bahunya dengan tidak peduli, "Kau tidak memiliki ingatan apa pun, aku akan tetap menyiksamu untuk kesenangan pribadi." Dengan satu gerakan, ia memotong pergelangan Horia, hanya berjarak beberapa senti dari pisaunya hingga pergelangan pria itu jatuh ke lantai. Teriakan dari wanita yang ditusuk Abel tadi menarik perhatiannya. "Oh, jadi kalian sepasang kekasih?" Ia tampak terhibur dengan temuannya ini. Dari sudut matanya, ia dapat melihat mata Horia yang kini mulai berubah menjadi merah.

Rumpelgeist [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang