Alone In The Dark

545 145 11
                                    

"Kau yakin mau melakukan ini?" Constin tidak berhenti menanyakan hal yang sama berulang kali, bahkan setelah mereka kabur ke hutan ketika ia keluar kastil untuk berjalan. "Kau yakin tidak ada yang mengikutimu?" tanya pria itu lagi. Ia tidak berhenti melihat ke belakang bahkan setelah ia yakin mereka telah keluar dari teritori Codru.

Satu pembicaraan yang diucapkan Constin secara asal pada saat mereka café hopping dulu membuat Gian tidak berhenti memikirkan mengenai kabur dari kastil itu. Ia sudah meminta temannya untuk membelikannya tiket pulang ke Indonesia dan ia hanya perlu menaiki pesawat dan keluar dari negara ini. Codru jauh lebih parah ketimbang Marius saat di sekitarnya, dan itu semakin membulatkan tekadnya untuk kabur dari sini. Gila saja kalau ia harus bertahan lebih lama lagi dengan pengawasan ketat.

"Tidak ada. Mereka tahu kebiasaanku yang susah tidur. Lagi pula, kau yang mengatakan lengahnya pengawasan di daerah ini saat pergantian penjaga perbatasan." Gian memegangi kakinya yang terasa ngilu saat berusaha berjalan lebih cepat dari yang seharusnya. Gian mengamati sekelilingnya, masih pepohonan tanpa ada tanda-tanda manusia atau pun rumah-rumahnya." Kita ke arah mana?" Ia menoleh, melihat Constin yang membawa tas miliknya setelah pria itu memaksanya tadi.

"Kiri, jalan terus hingga menemukan jalan besar," jawabnya. Gian menunggu Constin untuk berjalan di sisinya, baru ia kembali melangkah.

"Kau sangat mengkhawatirkan kaburku, bukankah kau harus lebih memikirkan bagaimana nanti jika mereka tahu kalau kau membantuku untuk pulang?" Gian menyalakan senter di ponselnya ketika cahaya bulan terhalang oleh rimbunnya pepohonan. Constin melakukan hal yang serupa meskipun ia kapabel melihat dalam gelap.

"Aku dapat berkata tidak tahu apa pun mengenai kau yang hilang," jawabnya cuek. "Dan kau pikir Codru akan percaya?"

"Ia tidak akan memusingkan apakah yang aku ucapkan benar atau tidak saat tahu kau hilang dari pandangannya. Ia akan sibuk mencarimu dan mungkin akan mencecarku saat ia sudah berhasil menangkapmu. Kau tinggal mengatakan bahwa aku tidak tahu apa-apa."

Gian menganggukkan kepalanya, "Omong-omong, apa yang kau ambil tadi?"

"Ha?"

"Apa yang kau ambil di kastil sampai harus kembali saat kita sudah setengah jalan," katanya dengan sabar. Gian mengarahkan ponselnya ke sekeliling, di mana galur-galur bulan pun tidak lagi dapat memasuki hutan. Terlalu gelap untuknya berjalan tanpa cahaya yang diarahkan ke kakinya. Ia bahkan sudah tersandung lebih dari lima kali setelah ia mengikuti arahan Constin.

"Ponselku tertinggal, aku yakin kau memerlukannya untuk penerangan. Untung saja aku kembali untuk mengambilnya kan?" Constin membusungkan dadanya, tampak bangga dengan hal yang dilakukannya tadi.

"Kau yakin kan kalau kita tidak salah jalan? Ini semakin gelap, Constin." Matanya ragu-ragu menatap ke sekitar. Langkahnya semakin berat dalam setiap ayunan.

"Ini hutan, Gian. Sudah seharusnya tidak ada penerangan dan gemeresik yang sedari tadi membuatmu awas itu hewan-hewan nokturnal yang hidup di sekitar sini." Gian terlonjak mendengar ucapan pria itu.

"Ada hewan nokturnal di sini?"

"Di mana lagi mereka hidup kalau bukan di sini? Mereka bukan sesuatu yang harus kau khawatirkan, Gian," jawab pria itu dengan tenang. Semakin lama, ia semakin yakin kalau di ujung jalan ini bukan pemukiman yang akan ditemukannya. Rasa takut menggigitnya ketika bukan hanya gemeresik daun yang terdengar, tetapi juga angin yang tidak lagi malu-malu berembus, menimbulkan suara bagai siulan kencang yang menggema di seluruh hutan.

Saat angin itu berhenti ia melihat sekeliling dan tidak menemukan siapa pun di sana.

"Constin," panggilnya. Suaranya yang lemah kini berubah menjadi lebih kencang, mengulang nama itu berkali-kali. "Jangan bercanda! Ini gak lucu sama sekali!" ujarnya semakin panik karena tidak mendengar suara apa pun dari pria itu.

"Constin!" panggilnya yang terakhir kali sebelum ia memundurkan tubuhnya ke satu batang pohon besar. Suara-suara hewan di hutan terdengar semakin nyaring di telinganya dan ia tersadar kalau panggilannya tadi bukan hanya menakuti beberapa hewan, tetapi juga menarik perhatian hewan lainnya.

28/7/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 

 Thank you :) 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rumpelgeist [FIN]Where stories live. Discover now