Safe And Sound

2.4K 540 56
                                    

#QOTD lebih suka ngobrol lewat telepon atau lewat text?

🌟

Tiba-tiba saja makhluk itu melempar Horia hingga membentur dinding, suara keras dihasilkan dari impak tersebut. Tidak perlu waktu lama untuk Horia bangkit dan menyerang, pukulan dan tangkisan tidak dapat dilihat oleh Gian karena semuanya dengan kecepatan yang tidak dapat ditangkap oleh mata telanjang. Telinganya merupakan satu-satunya indra yang berguna di sini. Suara beda tajam yang bertumbukan terdengar seiring dengan geraman dan debuman keras saat tubuh salah satunya terpelanting ke tembok batu.

Gian mengalihkan pandangannya pada Luca, Iacob dan Adina yang kini juga tengah sibuk dengan pertarungannya masing-masing.

Atau lebih tepatnya sibuk menerima pukulan, karena jelas sekali mereka kalah dalam hal kekuatan dari sekumpulan pria yang baru memasuki ruangan ini. Terutama Adina yang kini sudah terpelanting setelah menerima pukulan kencang dari pria bertubuh kecil.

Pria?

Tunggu-tunggu, sepertinya gue kenal yang pukul Adina.

Setiap pukulan yang diterima oleh Adina membuat kupluk yang digunakan oleh lawannya turun, memperlihatkan fitur samping wajahnya. "Abel?" panggil Gian saat dapat melihat dengan jelas perempuan itu. Ia tidak mungkin salah, wajah Abel terlalu unik hingga tidak mungkin dilupakannya begitu saja.

Gian tidak tahu apa yang terjadi lagi saat suara kencang dan asap berwarna hitam memenuhi ruangan itu. Ia hanya menangkap bayangan yang berlari ke lain arah, kemudian seseorang atau sesuatu mendekapnya erat hingga tubuhnya melayang dan mereka keluar dari tempat yang baru ia sadari sebuah kastil.

Gian memperhatikan kastil yang semakin mengecil, pertanda mereka menjauh dari sana kemudian mulai tertutup oleh rimbunnya pepohonan yang bermandikan sinar bulan di malam hari. Udara dingin tidak dihiraukannya, ia hanya peduli pada keselamatannya sekarang. Jantungnya masih berpacu, terlalu kencang hingga menulikannya.

Ia tidak tahu seberapa lama mereka melakukan hal ini. Hingga pada satu titik Gian merasakan mereka mulai turun dan akhirnya kakinya dapat menapak di tanah. Gian mengambil satu langkah mundur, menjauh dari sosok yang menggendongnya tadi dan memeluk dirinya sendiri. Pakaian yang dikenakannya tidak cukup untuk menghalau dingin yang mulia terasa setelah rasa takutnya semakin terkikis.

Matanya menjelajah ke sekitar tempatnya berdiri. Masih di dalam hutan, tapi kali ini dengan orang-orang yang berbeda.

"God, ada apa sih dengan hari ini?" rutuknya pada diri karena seharian ini terlibat dengan hal aneh. Suaranya menyerupai bisikan yang bahkan samar-samar dapat didengarnya sendiri.

"Codru, dia mau dipulangkan atau bagaimana?" Suara Abel membuat Gian menoleh dan memerhatikan arah pandang perempuan itu ke sosok yang berada di hadapannya.

"Terlalu berbahaya kalau dia dipulangkan, Bel," jawab pria yang ia tidak tahu siapa namanya, tubuh pria itu besar dengan rambut hitam dan bola mata biru. Tubuhnya yang hanya berbalut kaos hitam berlengan pendek memperlihatkan tato yang memenuhi kedua lengannya.

"Merepotkan membawa manusia, Dacian. Aku memberikan suara untuk mengembalikan dia ke apartemennya dan kita bisa bergantian berjaga kalau-kalau ada hal seperti ini. Lagi pula siapa sih yang memberitakan mengenai anak kecil ini ke orang-orang?" ujar salah seorang pria sambil menunjuknya. Nada tidak senang terdengar kental dari setiap ucapannya seakan keberadaan Gian di sini adalah hal yang membuat harinya susah.

Well, ya, memang iya jika diingat apa saja yang baru terjadi. Kumpulan ini menyelamatkannya yang hampir saja mati dicekik.

Tunggu, gue diselamatkan atau ini hanya penundaan kematian? Pikiran itu membuat Gian mengambil langkah mundur lagi. Satu langkah. Dua langkah. Hingga akhirnya sepuluh langkah menjauh dari posisi awalnya.

"See? kau menakutinya, Marius," kata pria yang dipanggil Dacian sambil melipat kedua tangannya di depan dada dan Marius mendengkus. Untuk pria bertubuh besar dan tampang menakutkan, Dacian terlihat lebih perhatian dibandingkan pria yang satu lagi.

"Bukan salahku, dia sangat penakut."

"Setop." Pria yang menggendongnya tadi menghentikan perdebatan mereka berdua. "Hi, there, Little One." Perhatian Gian kini terpusat sepenuhnya pada sosok yang sempat disebut Codrin oleh Horia dan Codru oleh Abel.

"Kalian siapa?"

"Penyelamatmu, sekarang kau bisa sembah kami." Marius menjawab dengan nada meremehkan yang membuat Dacian melempar pria itu ke pohon hingga banyak daun dan ranting berjatuhan.

Marius sudah bersiap untuk melesat menghajar Dacian saat pria yang kini sudah berada di hadapannya lagi berujar dengan suara sangat dalam. "Berhenti." Bulu kuduk Gian kembali meremang saat suara dingin itu terdengar, kali ini nadanya terdengar sangat tajam meskipun hanya berupa desisan. Tetapi, ia pernah mendengar suara itu, entah di mana.

Saat matanya sudah dapat melihat dengan jelas pria itu Gian baru menyadari satu hal.

"Kau orang aneh di hutan waktu itu kan?"

13/11/20

Revisi 15/7/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 

 Thank you :) 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rumpelgeist [FIN]Where stories live. Discover now