Madness

1.5K 337 56
                                    

Raut tidak puas terpatri jelas pada Serghei, tapi ia membiarkannya berlalu karena terlalu banyak orang di sini dan tidak mungkin ia bertanya mengenai hal ini di depan forum. Codru tahu ia akan mendapatkan cecaran pertanyaan setelah orang-orang ini pergi. Tapi, apa pedulinya? Ia memiliki lebih banyak kekuatan untuk berbicara dengan banyak mata ketimbang berdua saja dengan Serghei. Sekaligus untuk membuatnya kesal. Serghei menggerutu, "Kita bisa menggunakan kegesitan para lintah ini untuk membantu menjaga bungker."

"Apa kau gila? Kawanan mereka yang menyerang kita dan kau membiarkan salah satu dari mereka menjaga pintu bungker?" ujar seseorang yang berada di sebelah kiri Serghei. Codru menyelak sebelum Serghei memberikan jawaban dengan mencekik leher pria itu karena mempertanyakan keputusannya. "Marius lebih cepat dibandingkan kalian semua. Dan juga, dia hanya sendiri di antara kalian para werewolf yang menjaga pintu itu. Apa yang kalian takutkan? Kalian takut ia akan membunuh, katakanlah lima werewolf, seorang diri? Aku tidak tahu kalian selemah itu," ujarnya dengan dramatis di akhir kalimat dan membuat sekumpulan werewolf di ruangan ini menggeram dan mengeluarkan taringnya.

Oh, ini yang ia rindukan dari bertarung dengan para werewolf. Bagaimana mereka mudah sekali emosi dan dengan senang hati ia akan mempermainkannya. "Taring kalian akan dengan mudah membuat kepalanya berpisah dari leher dan yang perlu kalian lakukan selanjutnya hanyalah membakarnya setelah itu. Bukan hal yang sulit untuk dilakukan lima werewolf bukan?" lanjutnya. Menikmati emosi yang membungkus ruangan dan kini geraman para werewolf itu terdengar seperti musik di telinganya.

"Satu gerakan mencurigakan, maka aku akan menarik mematahkan kepalanya," ujar pria yang tadi meragukan keputusan Serghei.

"Be my guest," jawabnya dengan santai. Sedangkan Marius yang menjadi tumbal di sini hanya memberikan cengiran dan memainkan jarinya dengan mengetukkannya ke meja. Membuat melodi yang aneh di telinga.

"Jaga setiap perimeter dan mulai pindahkan seluruh shewolf dan pups ke dalam bungker. Pastikan seluruh kebutuhan mereka terpenuhi selama di sana. Sediakan dokter dan perawat juga karena ada beberapa shewolf yang hamil..." dan berbagai macam perintah Serghei keluar dari mulutnya. Codru memperhatikan dengan saksama sambil mencatat di dalam kepalanya. Semua orang keluar dari sana dan mulai bekerja sesuai perintah dari Alphanya.

"Anak manusiamu tidak dimasukkan ke bungker?" tanyanya sambil menunjuk Gian dengan dagu. "Dia akan masuk ke sana nanti." Ia menunggu Gian memberikan protes panjang kali lebar mengenai keputusannya, namun perempuan itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun. "Hei, tidak ada protes?" Ia menyenggol Gian dengan bahu.

"Tadi kau bilang aku harus mendengarkan semua ucapanmu selama di sini." Gian memberikan jawaban, "Aku hanya ingin keluar dari sini hidup-hidup dan bertemu dengan ibu dan nenekku," imbuhnya dengan cepat. Codru kehilangan kata-kata, Gian yang penurut tidak pernah ada di dalam rencana yang disusunnya dalam kepala meskipun ia berdoa setengah mati untuk hal itu. Ia sudah membayangkan setidaknya tiga alasan kenapa perempuan itu akan melawan dan menolak keputusannya.

"Kau sakit?" Tangan Codru terjulur untuk memegang kening Gian. "Gak panas." Gian menampar tangannya dengan kencang. Ia tahu kencang dari reaksi perempuan itu yang meringis setelah melakukannya. Ia memberikan cengiran mengejeknya yang mendapat ganjaran tatapan kesal dari perempuan itu. Mengganggunya tidak pernah membosankan, pikirnya.

"Kau bisa pergi dengan Marius atau istirahat dulu di salah satu kamar di sini." Ia menoleh pada Serghei, "Ada kamar untuknya di lantai berapa?"

Pria itu menggerutu, "Kau pikir aku resepsionis hotel? Cari sendiri di lantai dua dan lihat kamar mana yang kosong."

"Kau dengar si penggerutu berbadan besar itu. Kalian bisa ke lantai dua. Marius akan berjaga di dalam kamar."

Gian menarik-narik hem bajunya dengan kedua tangan. "Aku...aku gak bisa di sini saja?" tanyanya dengan kepala tertunduk namun matanya menatap dari balik bulu mata panjang yang membingkai kedua bola matanya. "Maksudku, kalian berdua yang terkuat di kaum kalian kan? Kalau tidak, tidak mungkin kalian memimpin dan rasanya akan lebih aman berada di sini," jelasnya.

Rumpelgeist [FIN]Where stories live. Discover now