His Home

2.3K 553 33
                                    

#QOTD lebih suka makan atau masak?

🌟

"The hell, aku bahkan gak tahu siapa, bagaimana caranya aku bisa jadi kutukan dan berkah? And by the way, I feel offended." Gian menampik tangan Codru yang membuat pria itu memberikan cengiran lebar dan tawa dari Marius.

"Still a pussy cat." Codru mengangkat bahu lalu menghadap ke teman-temannya. "Kita pulang."

"Dia?" Abel menunjuk Gian dengan dagunya.

"Ikut kita," jawab Codru dan Gian kesal karena tidak ada yang menanyakan pendapatnya padahal ia yang berkepentingan di sini.

"Kau tidak bisa membuat keputusan untukku. Aku mau pulang," putus Gian dengan kedua tangan terlipat di dada. Ia sangat serius sekarang ini.

Marius bersiul, "Dia tidak takut sama sekali, Dru."

"Aku tidak sesabar itu untuk menghadapi sifat pemberontakmu, Little One." Codru berjalan menjauh, "Kau ikut dengan sukarela atau aku akan memaksamu. Pilih salah satu."

Ucapan pria itu membuatnya berang. Bah! Bisa-bisanya pria ini mencoba manhandling dirinya! "Aku akan melapor pada polisi kalau kalian berani memaksaku!" gertak Gian.

Codru membalikkan badannya lalu merentangkan tangan. "Apa tempat ini terlihat akan didatangi oleh seseorang? Kastil tadi itu berada di bagian terluar Transilvania, dan seperti yang kau lihat, kau berada di dalam hutan. Menurutmu, berapa waktu yang diperlukan oleh manusia untuk tiba di sini?"

Gian membuka mulutnya hanya untuk ditutupnya tidak lama kemudian saat tahu apa yang diucapkan oleh Codru benar, tidak mungkin ada yang datang menemukannya di sini sebelum mereka membawanya dengan paksa.

"You little pussy cat," Codru terkekeh, pria ini terlihat terhibur dengan apa pun ekspresi yang ditunjukkannya. Dan jujur saja, itu membuatnya semakin sebal. "Lagi pula, apa kau tidak penasaran kenapa mereka menculikmu?"

Gian penasaran, tetapi ia juga sebal karena setiap kata yang diucapkan pria itu seperti rayuan. Ia berbicara selembut beledu dengan tatapan yang tidak pernah berpaling darinya. Seperti tengah memancing buruannya memasuki jebakan sebelum dilahapnya. Pikiran itu membuatnya bergidik.

Angin berembus dan Gian memeluk tubuhnya sendiri agar merasa hangat.

"Ayo, pulang. Kau perlu istirahat dan tempat yang hangat jika ingin mengeluarkan cakarmu, bukan?"

"Te—"

"Tidak, tempatku," potong Codru, seperti dapat membaca pikirannya.

"Aku perlu kuliah!"

"Marius akan mengantar-jemputmu setiap hari."

Gianheran kenapa pria di hadapannya ini selalu memiliki jawaban untuk setiap alasan yang diajukannya, meskipun hanya tersirat.

"Hei! Kenapa melibatkanku?!" protes Marius dengan tidak suka. Ia sama sekali tidak berminat untuk berdekatan dengan Gian atau manusia mana pun. Sayangnya, Codru tidak ambil pusing dan mengabaikan pria itu.

Gian melihat Codru berkacak pinggang, matanya terpejam dengan kepala menengadah ke langit-langit, mungkin tengah meminta stok kesabaran yang melimpah untuk menghadapinya. Karena jujur saja, ia tidak berminat untuk mengikuti perintah tanpa perlawanan lebih dulu. "Kau perlu tempat yang aman, Little One, dan apartemenmu sangat jauh dari kata aman," kata pria itu setelah matanya terbuka, rahangnya tidak lagi mengetat seperti tadi. Begitu pun dengan kerutan dalam di dahinya yang sudah menghilang.

Lagi-lagi Gian mencoba memberikan alasan yang masuk akal. Ia mencari cara agar tidak masuk ke dalam lubang kelinci dan tidak mau turut serta dalam kegilaan ini. "Bersama kalian juga tidak aman bukan? Mengingat kudeta dan lain sebagainya?"

"Tidak akan ada yang menyentuhmu. Kau aman bersamaku," ucapnya dengan yakin.

"How come you can look effortlessly arrogant?" desisnya pada diri sendiri, tetapi pria itu justru tertawa, seakan menganggap ucapannya adalah sebuah pujian.

"Years of practice," katanya dengan bangga.

"Take a hint. You don't even know sarcasm," gerutunya.

"And your sassiness will get yourself a red ass someday."

Gian melotot mendengar ucapan Codru, ia mencoba memikirkan kalimat balasan tetapi rasa lelah dan lapar berkontribusi besar dalam kinerja otaknya. "Tidak ada jaminan untuk hal itu kan?" Gian bersikukuh, ia tidak mau pulang bersama orang-orang yang tidak ia kenal ke tempat yang ia tidak tahu pula. Bagaimana kalau ia diculik nantinya?

"God, bisa aku buat dia pingsan saja supaya kita tidak perlu berlama-lama di hutan? Kenapa dia banyak protes sekali, sih?" Marius mengangkat kedua tangannya, tanda menyerah dan kesabarannya sudah habis.

"Pulang, Little One. Kita bisa lanjut bicarakan di tempat yang lebih hangat. Bibirmu sudah pucat dan tanganmu sudah bergetar." Codru mengulurkan tangannya pada Gian.

Gian sudah menggigil karena udara yang semakin dingin di malam hari dan angin juga berembus dengan kencang.

Dengan ragu-ragu, tangan Gian terangkat dan meraih tangan Codru kemudian melihat kedua sudut bibir pria itu terangkat.

Tidak mungkin ada kejadian yang lebih buruk dari hari ini, kan? 

15/11/20
Revisi 17/7/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 

 Thank you :) 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rumpelgeist [FIN]Where stories live. Discover now