One Hell Of A Fight

1.3K 245 22
                                    

#QOTD emoji for Eyang Codru

🌟

"Ada apa lagi? Tidak bisa kah aku pulang dan beristirahat?" keluhnya saat Abel memasuki ruang kerjanya dengan tampang serius. Seluruh wajahnya tampak tegang untuk mengucapkan selamat datang padanya.

"Kau sudah menghabiskan banyak waktu dengan anak manusiamu itu, Codru. Dan aku terlalu capai untuk mengurusi masalahmu lebih lama lagi." Wanita itu mengempaskan tubuhnya ke atas sofa yang berada di tengah-tengah ruangan. Kedua kakinya terjulur ke atas meja.

"Enlighten me, who are you talking to?" tanyanya.

Abel mendengkus, "Pardon my french, okay? Kau sudah bersenang-senang di sana dan biarkan aku melampiaskan rasa lelah selama di sini sekarang."

"Jadi, ada apa?"

"Kita harus berangkat ke tempat Albescu sekarang, akan aku jelaskan selama perjalanan." Raut Abel menunjukkan hal yang tidak baik telah terjadi.

Pulang dan disambut dengan masalah adalah hal yang tidak paling diinginkannya. Rasanya penyerangan terhadap kaumnya terus berlanjut. Kali ini serangan dari para pemburu vampir, anak-anak manusia ini perlu segera mengurusi persoalan dunianya sendiri ketimbang merusuhi kaumnya.

Sayangnya, serangan kali ini meninggalkan lubang besar bagi salah satu pak terbesar. Lebih dari lima puluh persen anggotanya mati dalam peperangan karena para pemburu vampir itu seperti mengetahui denah biru dari kastil yang mereka datangi.

Mau tidak mau ia harus berjalan ke utara untuk bertemu dengan mereka. Didampingi oleh Dacian, Abel, Marius serta Constin, ia memasuki daerah dari keluarga Albescu. Mereka lebih senang disebut keluarga dibandingkan pak. Kastil yang mereka miliki berada di dalam hutan, meskipun keluarga itu cukup berbaur dengan manusia.

Marius bersiul sebelum membuka mulutnya, "One hell of a fight right here." Pemandangan yang tersaji di hadapan mereka membuat Codru menghentikan langkahnya. Bau hangus tercium di mana-mana, lengkap dengan beberapa potong tubuh yang menggantung di pepohonan atau terjatuh di tanah, membuat bau anyir darah juga sangat kental di sini.

Sekeliling kastil tampak gundul karena pohon yang berjatuhan. Bekas cakaran serta tumbangnya di pohon-pohon yang berdiri memperlihatkan bagaimana keluarga ini berjuang untuk melindungi keluarga mereka hingga pukulan telak harus mereka terima sebelum kabur ke dalam kastil.

Menurut berita yang didengarnya, kepala di pak ini mati akibat kepalanya yang terpenggal lalu dibakar sebelum sempat ia memulihkan diri. Ia melihat janda dari pemimpin pak ini yang mengenakan pakaian serba hitam yang menutupi tubuhnya. Luka-luka bekas pertarungan masih tersisa di tubuhnya yang tidak tertutup pakaian hitam. Buku-buku jarinya dipenuhi dengan luka sabetan benda tajam, wajahnya yang tertutup veil juga tidak jauh berbeda.

Tangisan yang keluar dari bibir wanita itu terdengar sangat pilu. Ia mendatanginya yang duduk di samping peti mati berwarna putih. Tidak ada yang tersisa untuk disemayamkan di sana kecuali abu sebenarnya, namun demi alasan sentimental Codru tidak mungkin mengeluarkan pendapat seperti itu. "Aku turut bersedih atas apa yang terjadi pada keluargamu," katanya dengan perlahan mencoba berhati-hati dan tidak ingin menyinggung seseorang yang baru saja ditinggal mati pasangannya. Kematian pasangan membawa efek terbesar bagi kaum mereka. Dan salah satunya adalah kemarahan yang meluap-luap.

"Aku tidak membutuhkan ucapanmu itu. Bawakan aku kepala orang yang bertanggung jawab dan aku binasakan dia dengan tanganku sendiri," desisnya dengan suara bergetar, sarat akan emosi. Ia tertawa dengan sinis sebelum berucap, "Ah, aku lupa. Kau tidak dapat melakukan apa pun karena sepengetahuanku hal ini tidak terjadi pada keluargaku saja dan kau tetap saja diam."

Codru menggigit bibirnya dengan gigi taringnya untuk menahan emosi. Ucapan seperti ini biasanya akan berakhir dengan kematian tetapi ia juga tahu ini sebagian besar merupakan salahnya yang kecolongan. "Akan aku pastikan membawa kepalanya kepadamu," jawabannya mendapatkan ganjaran dengusan dari janda itu.

"Apa yang bisa kau lakukan memangnya? Kau bahkan tidak tahu siapa yang melakukan hal ini. Hal ini tidak pernah terjadi di bawah pengawasan Mihail," desisnya.

Codru mengepalkan tangannya dengan erat, taringnya tidak lagi menggesek kulit bibirnya, taring itu sudah menancap di sana. Ia yakin matanya sudah berubah warna sekarang karena ia bisa melihat perubahan ekspresi dan aura ketakutan yang keluar dari tubuh janda itu. "Kau tidak tahu apa yang pria itu mampu lakukan hanya karena kau dan keluargamu tidak pernah berada di bawah radarnya," balas Codru dengan desisan yang sama. Makhluk-makhluk yang berada di pak besar tidak akan pernah tahu apa yang Mihail lakukan pada kumpulan kecil. Tanpa bisa ia halangi bayangan masa lalu itu hinggap di kepalanya.

Bagaimana jeritan ketakutan dari terdengar menyayat di telinganya, bagaimana permohonan dan iba tetap berakhir dengan kepala terpenggal dan tubuh yang menjadi abu, bagaimana hal itu menjadi teror di setiap harinya. Yang diincar oleh Mihail adalah pak lemah yang ia tahu tidak akan mampu melawannya dan bisa dihanguskan agar tidak ada kabar yang tersebar.

Codru menutup mata, mencoba mengendalikan emosi meskipun sulit. Ia tahu hal ini yang diinginkan oleh dalang yang melakukan semua ini. Ia yang kehilangan kepercayaan dan membunuh sehingga menimbulkan kekacauan. Saat tubuhnya sudah rileks ia membuka mata dan melihat ketakutan di janda itu lalu dia menunduk agar tatapan mereka tidak bertemu. Sudah seharusnya dia melakukan hal itu, pikirnya. "Aku akan pergi dan melihat yang lain," katanya seraya berdiri. Ia berjalan menuju ruangan lain di mana terdengar hal serupa, tangisan dan ratapan. Mau tidak mau ia akan menghadapi hal serupa, stok sabarnya untuk beberapa tahun ke depan nampaknya akan habis dalam satu hari ini.

"SERANGAN!" teriak seseorang dengan suara parau sebelum kepalanya terjatuh ke tanah lalu dibakar. Codru keluar dari ruangan ketiga yang dikunjungi bersama dengan empat orang lainnya. Ia melihat segerombolan anak manusia bersenjatakan dua hal yang dapat membunuh kaumnya. Pedang panjang untuk menebas leher dan juga api. Ia menyapukan pandangannya pada kumpulan anak manusia itu. Dari pakaian yang mereka kenakan, jelas sekali mereka adalah gerombolan pemburu vampir yang menyerang kelompok ini.

Lima belas orang. Tidak sebanding dengan jumlah penghuni di sini biarpun ditambah dengan kelompoknya. Belum lagi, lebih banyak yang terluka di pihaknya. Namun, ia perlu berolahraga setelah menahan emosinya hari ini.

"CODRU!" Salah seorang dari mereka bersuara lantang. Suaranya yang sarat akan dendam membuat Codru tertarik pada pria itu. Dia berjalan mendekat dengan kaki yang mengentak ke lantai batu seperti banteng yang siap bertarung. "Aku akan membunuhmu!" ujarnya lagi. 

Bab tambahan 6/7/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 

 Thank you :) 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumpelgeist [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang