Pack House

1.4K 313 25
                                    

Gian secepat mungkin membereskan pakaian yang mungkin akan digunakan oleh Abel. Untuk pakaiannya sendiri, ia sudah menyiapkan satu tas semenjak pertama kali menjejakkan kakinya di sini. Saat dirinya terlalu naif berpikir bisa kabur dari vampir-vampir ini. Tidak sampai lima menit, ia sudah berada di depan pintu dan melihat Codru yang tampil dengan kasual. Kaos dan celana sedengkul, "Kalian tidak kedinginan pakai baju seperti itu?"

"Tidak, dan aku akan menjelaskannya nanti. Sekarang kita perlu berangkat lebih cepat." Pria itu berjongkok di hadapannya, menyajikan bahu lebarnya di hadapan Gian. "Naik lalu berpegang yang erat. Perjalanan ini akan panjang dan kita akan pergi dengan kecepatan penuh. Kau bisa menutup matamu asalkan tetap pegangan yang erat."

Uh-oh, belum pergi saja Gian sudah mual mendengarnya. Gian naik ke gendongan Codru, memegang pria itu erat-erat dengan cara melingkarkan kedua lengannya di leher Codru. Kakinya dipegang erat oleh pria itu, menguncinya dengan aman agar tidak merosot. Tanpa aba-aba ia sudah melesat bak peluru memasuki hutan. Kegelapan hutan yang hanya disinari temaramnya bulan sama sekali tidak membantunya untuk melihat sekitar. Ia seperti melihat adegan film ketika diputar dengan cepat, bedanya ini tidak ada lampu sehingga hanya warna hitam yang ada di pandangannya. Mungkin karena lebih yakin gendongannya lebih aman sekarang membuat Codru melaju lebih cepat, karena Gian yakin sekali kecepatan sekarang jauh berbeda dari sat pertama kali ia dulu digendong oleh Codru. Kecepatan seperti ini membuatnya susah mengambil napas secara normal hingga ia perlu menyurukkan wajahnya pada bagian belakang leher Codru agar dapat menghirup udara untuk mengisi paru-parunya.

Bukannya dapat menghirup udara segar, ia justru menghirup wangi mint dan juga aroma sesuatu yang tidak dikenalnya dari tubuh pria itu. Hidungnya tergelitik untuk membaui aroma yang tidak diketahuinya dari leher Codru lagi. Namun, otaknya memberikan tamparan keras pada perilaku bodohnya sendiri. Sempat-sempatnya ia mencari aroma Codru sedangkan banyak orang dalam bahaya.

Gian yakin ini sudah pagi saat ia melihat setitik sinar berwarna lain di pandangannya yang hanya berisikan warna hitam. Codru juga tidak bersuara sama sekali. Ia pasti khawatir dengan keadaan sekarang dan ingin secepat mungkin berada di sisi teman-temannya. "Kita akan tiba sebentar lagi, tahan sebentar, okay?" Suara pria itu yang terdengar di telinganya membuat ia menganggukkan kepala sebagai jawaban. Terlalu susah berbicara.

Kecepatannya mulai turun secara drastis ketika ia matanya melihat satu lapangan luas dengan dua ekor serigala yang menjaganya dengan geraman. Memperlihatkan gigi taring tajam yang ia yakini dapat mengoyak dagingnya dengan satu gigitan. Codru berhenti di depan kedua serigala itu, "Izinkan kami masuk, kami datang bersama dengan Serghei," katanya dengan tenang. Para serigala itu terlihat diam dan saling bertatapan sebelum membuka jalan bagi Codru dan dirinya. Untuk sesaat kesadaran itu datang dan Gian tahu kini ia berada di wilayah Serghei dan dua serigala tadi adalah sebagian dari kawanannya.

Euh, ia sangat ingin bertanya banyak hal tapi itu bukan hal utama sekarang. Waktunya tidak ada untuk hal-hal seperti itu. Matanya mulai dapat melihat dengan normal, kali ini bukan hanya pepohonan tetapi ia melihat rumah-rumah dari kayu yang berjejer dengan rapi di sisi kiri dan kanan halangan. Bukan jalanan dari aspal, jalanan dari tanah yang dihaluskan sehingga tidak berbatu. Tempat ini terlihat seperti peradaban lain baginya. Namun, yang menyeramkan adalah bagaimana tatapan sinis yang mereka layangkan padanya dan Codru. Beberapa dari mereka bahkan menggeram dan menunjukkan taring serta otot besar saat mereka lewat. "Ini adalah kawanan Serghei. Dia sudah memberitahukan perihal kedatangan kita pada kawanannya sehingga tidak ada yang menyerang kita. Tapi, sejarah kami cukup rumit sehingga kami menjadi musuh bebuyutan," terang Codru tanpa diminta. "Aku akan menceritakannya di lain waktu. Sekarang kita berada di pack house." Codru menurunkannya di depan bangunan yang jauh lebih besar dari rumah-rumah yang dilihatnya tadi. Bangunan itu juga dikelilingi oleh hutan dan lebih terpencil, jauh dari kerumunan orang-orang, namun ia dapat mendengar keramaian dari dalam sana.

Rumpelgeist [FIN]Where stories live. Discover now