Hi, Constin!

685 147 18
                                    

#QOTD waffle atau pancake?

🌟

"Marius, aku akan terlambat untuk masuk kelas!" Gian berteriak di tangga bawah, dekat pintu masuk. Ia sudah menunggu Marius kurang lebih 30 menit di sana. Alasan pria itu adalah ia sedang sibuk mengerjakan sesuatu dan tanggung jika berhenti.

"Gian! Aku sedang sibuk!" balas Marius dengan berteriak juga dari salah satu ruang di lantai itu. Gian mengesah, ia mengayunkan kakinya ke ruangan yang ditempati oleh Marius. Pria itu duduk di belakang meja besar dengan tumpukan dokumen yang memenuhi meja hingga Gian tidak dapat melihat Marius. Ia yakin pria itu berada di sana dari gerutuan yang keluar non-stop darinya. Kertas tidak hanya menumpuk di meja itu, tetapi juga di coffee table yang ada di tengah ruangan, juga di sofa-sofa yang mengelilingi coffee table tadi. Intinya, ruangan itu dipenuhi dengan timbunan dokumen.

"Aku benar-benar akan terlambat kelas, Marius." Gian sudah siap merepet mengenai kuliahnya, tetapi pria itu sudah mengangkat tangannya lebih dulu.

"Jangan tambah beban otakku untuk berpikir mengenai urusanmu juga. Sudah cukup Codru melimpahkan banyak urusan di sini."

"Kuliahku juga tidak kalah pentingnya, Marius! Aku masuk dengan beasiswa dan aku tidak mau beasiswaku dicabut!"

Marius memegang kepalanya dengan kedua tangan, "Gian, Gian, Gian. Sudah kukatakan berapa kali kalau beasiswamu tidak akan dicabut? Codru yang membiayai semuanya dan nilaimu F sekali pun ia tidak akan berhenti membiayaimu!" Pria itu sangat frustrasi dan suaranya tercekat. Jemari-jemarinya sudah menjambak rambutnya sendiri untuk melampiaskan rasa kesal. Marius kemudian berdiri tegap, "Kalau kau memang sangat ingin pergi kuliah, kau dapat pergi dengan Constin. Hanya dia yang tersisa di sini sekarang." Marius menghubungi seseorang dari ponselnya. Ia dapat mendengar pria itu memerintahkan seseorang untuk datang ke sini.

Secepat panggilan itu dimatikan, secepat itu pula pintu ruangan terbuka. Gian melihat pria berdiri di sana dengan sweater abu-abu yang melapisi kaos berwarna putih, celana jeans yang pudar kemudian sepatu yang berwarna putih. Rambutnya ditutupi topi berwarna hitam.

"Ada apa, Marius?" pria yang baru masuk itu berjalan melewatinya dengan senyuman.

"Antarkan Gian ke kampusnya. Kau bisa gunakan mobil ini dan pastikan kau tidak telat menjemputnya juga nanti. Jangan lengah karena anak manusia satu itu doyan sekali mencari cara untuk kabur." Marius melemparkan key card pada Constin yang ditangkap dengan mudah. "Kau mungkin akan melakukannya selama beberapa hari ke depan, pindahkan jadwal latihan dan patrolimu di malam hari," imbuh Marius lagi.

Gian melirik pada Constin yang hanya termenung memandangi key card berwarna hitam. "Kenapa? Kau tidak bisa menyetirnya?" Marius mengangkat sebelah alisnya.

"Eh, tidak. Tapi, bukannya aku tidak bisa berada di dekat Gian? Maksudku, Codru jelas memberikan instruksi yang bisa berada di dekat Gian hanya kalian bertiga, selain dirinya."

"Ini pengecualian. Codru lebih sering keluar bersama Abel dan Dacian, meninggalkan semua urusan dokumen ini padaku. Kau bawa dia, sebelum telingaku mendengar rengekannya lagi." Marius menutup pembicaraan itu.

**

Gian dapat melihat Constin menggaruk leher belakangnya dengan kikuk. Ia beberapa kali melirik padanya, tetapi tidak mengatakan apa pun. Untuk mencairkan kekakuan, Gian memutuskan untuk berbicara duluan. "Namaku Gian. Maaf ya, jadi harus mengantarkan aku."

"Aku tahu. Dan gak perlu meminta maaf, aku hanya sedikit kaget karena tugas kali ini agak berbeda dari tugas dadakan yang biasanya diberikan. Ayo, sebelum kau terlambat." Constin berjalan lebih dulu hingga Gian mencoba menyejajarkan langkah mereka.

Gian mencoba berbasa-basi dengan mengangkat satu topik. "Mereka suka memberikan tugas dadakan?"

"Ya. Bekerja di sini berarti harus siap dengan perintah dadakan yang akan mereka berikan, tidak kenal waktu."

"Oh, ya? Biasanya apa?"

Mereka berjalan hingga tiba di depan mobil yang biasanya digunakan oleh Marius, pria itu menempel key card-nya dekat jendela lalu masuk. Gian mengikutinya. Begitu mobil berjalan, Constin baru menjawab pertanyaannya. "Biasanya tidak lebih dari mengoyak dan membakar vampir. Mereka tidak pernah membawa orang lain selain inner circle mereka ke hal-hal penting lainnya. Kalau kau perhatikan, mereka cukup tertutup."

"Dan kau betah tinggal di sana?"

Constin tertawa pelan, "Mau tidak mau. Aku tidak memiliki tempat lain untuk pulang dan hanya Codru yang menerimaku setelah daerahku habis dibakar saat perang." Gian menutup mulutnya. "Tidak apa-apa. Aku cukup bersyukur dengan keadaanku sekarang."

"Apa zaman dulu sering ada pembantaian seperti itu?"

"Cukup sering. Perebutan daerah kekuasaan, rasa lapar para vampir juga tidak mengenal batas dulu. Pernah ada satu desa yang dihabisi oleh satu vampir dalam satu malam. Perjanjian yang dilakukan oleh Codru setelah ia mengambil alih kepemimpinan membuat dunia jadi memiliki aturan. Memisahkan makhluk-makhluk seperti kami dengan para manusia," terang Constin.

"Aku tidak dapat membayangkan jika hidup di zaman seperti dulu akan bernasib seperti apa," bisiknya. Mimpinya dulu saja sudah menakutkan, bagaimana bisa ia menjalaninya? Setiap malam ketakutan akan apa yang terjadi, atau terjaga di setiap malam hanya karena mendengar suara yang asing di kala sunyi.

"Sebenarnya tidak jauh berbeda. Ancaman masih ada, tetapi berbeda dari zaman dulu. Zaman dulu para makhluk bebas mengelilingi dunia, bahkan di saat matahari masih berada di atas kepala. Sekarang, bahaya yang mengincar kalian lebih banyak dilakukan oleh kaum kalian sendiri."

Mereka terus bertukar pikiran hingga ia tiba di kampusnya. "Aku sudah dapat jadwalmu dari Marius. Aku akan tunggu di sini saat jam pulang. Sampai jumpa, Gian."

"Sampai jumpa, Constin." Gian turun dari mobil dengan rasa senang. Akhirnya ia memiliki teman bicara selama tinggal di sana. 

25/7/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 

 Thank you :) 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rumpelgeist [FIN]Where stories live. Discover now