Her Past

2.3K 541 48
                                    

#QOTD lebih suka teh atau kopi?

🌟

"Leluhurmu berhutang nyawa pada makhluk yang biasa dipanggil Codru," kata Horia. Pria itu kini duduk di sebelahnya dengan satu kaki terjulur, sedangkan kaki lainnya terlipat untuk menyanggah tangan kanan. Pria yang tadinya dipukuli itu masih tergeletak di lantai, dadanya tidak bergerak naik-turun, namun Gian dapat melihat pergerakannya meskipun samar-samar. Yang memukuli pria itu kini sedang meregangkan tubuhnya, sedangkan satu orang lainnya tampak sibuk dengan dunianya sendiri setelah tidak ada lagi tontonan yang menarik baginya.

"Err, aku benar-benar tidak tahu apa pun mengenai yang kau bicarakan," ujar Gian ragu-ragu. "Aku tidak pernah membicarakan mengenai sejarah keluarga." Bukannya tidak pernah, tapi setiap Gian mulai menanyakan mengenai sejarah keluarga dari pihak ibunya, maka yang ibunya katakan hanyalah hal-hal sederhana seperti bagaimana ibunya pindah ke Indonesia dan bertemu dengan ayahnya.

Alasan mengenai kepindahan? Nihil. Tidak ada alasan lain selain bagaimana ibunya ingin pindah dan coba tinggal di negara lain. Negara yang jauh dari kampung halamannya.

"Boo, tidak menyenangkan." Horia berdiri lalu memasukkan kedua tangannya ke kantung celana dan berjalan menuju kursinya kembali. "Apa yang aku lakukan padamu kalau begitu? Kau jelas sekali tidak berguna jika tidak tahu apa-apa."

Tangan Horia terangkat lalu menepuk dagunya berulang kali, seperti sedang berpikir dengan keras mengenai suatu masalah besar. "Tapi, jika pria itu membuatmu berada di sini maka kemungkinan besarnya adalah kau berguna atau setidaknya penting," sambung Horia.

"Aku mendapatkan beasiswa." Gian mengoreksinya cepat. Ia tidak tahu menahu mengenai siapa pun itu yang disebutkan oleh Horia. Ia bahkan tidak tahu perihal leluhurnya, bagaimana bisa ia yang berada di posisi ini sekarang?

Horia mendengkus untuk menyembunyikan tawanya, "You cute. Tapi, karena bagi Codru kau penting maka dengan amat menyesal aku harus membunuhmu." Jemari yang tadinya menepuk dagu kini sudah terbentang lebar dan memperlihatkan kuku-kuku tajam serta urat-urat yang menonjol.

Dengan cepat Gian berjalan mundur saat merasakan bulu kuduknya berdiri saat melihat mata cokelat Horia berubah menjadi merah seperti darah. Tapi secepat apa pun ia mundur, tiba-tiba saja Horia sudah berada di hadapannya dengan satu tangan mencekik Gian.

Napas Gian hilang saat cekikan di leher terasa semakin erat dan mengangkat tubuhnya hingga kakinya tidak menapak. Ini persis seperti mimpinya. Kepanikan menggulungnya hingga otaknya tidak dapat berpikir hal-hal lain. Udara dari paru-parunya dipaksa keluar ketika pria itu mencengkeram lehernya, membuatnya meronta-ronta. Rasa panas di dadanya mengalir hingga ke belakang bola mata, membuat matanya basah seketika.

"Oh, I love that eyes. Mata yang memperlihatkan ketakutan saat nyawanya akan hilang." Horia mengangkatnya semakin tinggi dan tersenyum semakin lebar. "Memohon, mungkin aku akan membiarkanmu hidup."

Horia tampak menikmati apa yang sedang dia lakukan, matanya masih berwarna merah darah dengan cengiran lebar yang memperlihatkan giginya yang tajam. Bukannya mengikuti apa yang Horia katakan, Gian justru menendangnya dengan kencang dan membuat pria itu kesal sehingga cekikannya semakin kencang.

"Brengsek," maki Horia.

Mata Gian menutup saat paru-parunya kehabisan udara dan tiba-tiba saja terdengar bunyi debuman tang sangat kencang dan cekikan di lehernya hilang kemudian ia terjatuh ke lantai batu. Cekikan itu membuatnya batuk tidak terkendali. Namun, itu tidak menghalanginya untuk menarik napas dalam-dalam. Dengan rakus, ia menghirup udara untuk memenuhi paru-parunya dan mengabaikan bunyi debuman lain yang muncul secara beruntun.

"Kau membuatku kesal, Codru," ucapan Horia dengan terputus-putus menarik perhatian Gian yang sedari tadi sibuk bernapas. Kepalanya menoleh ke arah Horia yang terjatuh dengan seorang pria berada di atasnya. Yang menarik perhatian Gian adalah kata 'Codru' yang diucapkan oleh Horia. Atau orang? Ia bahkan tidak tahu pasti mengenai Codru-Codru yang membuatnya diculik dan hampir dicekik hingga mati oleh makhluk yang ia tidak tahu apa.12/11/20

Revisi 15/7/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 

 Thank you :) 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumpelgeist [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang